hidup di pelosok desa memaksaku untuk pergi kekota. menduduki jabatan yang selalu ku impikan dari umur jagung.
aku haus akan materi tanganpun mulai lancang mengantongi harta rakyat.
aku hanyut dalam hingar bingar ibukota memaksaku terus mengeruk yang bukan hak bagiku.
glamor dan terpandang memperkuat ambisiku untuk memperkaya diri dari keharaman.
hahahaha aku bahagia tiada tara ketika aku bisa memiliki apapun.!
tapi seketika rasa takut menghampiri.takut akan semua terbongkar.!
merubah bahagia menjadi histeris penuh gugup.dengan pucat pasi aku berfikir.
oke tak apa aku banyak dolar.!
satu jentikan jari nyawamu melayang.
hahahaha..
tak peduli hukum bila meteri memihak semua bisa diatur.
sampai tiba masa dimana semua tawa berubah menjadi air mata.
terlalu larut dalam dunia hingga lupa akan waktuku.
waktuku segera berahir datang mahkluk mengerikan yang menariku menuju ruang gelap tanpa udara. aku mulai bertanya tanya dimana aku, dari sini aku melihat diriku yang terlihat memalukan karena terlalu mendewakan harta.pbtap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Sarkas Nasionalis
PoesíaJika aspirasiku tak bisa sampai ke telingamu. Maka ku tuangkan saja semua dalam sajaku.Biarkan aku berorasi dalam sajak.