CHAPTER 8

75 16 0
                                    

Malam itu terasa sangat panjang bagi Angkasa kecil. Dia duduk sendirian dibalik pintu rumah besar itu.

Rasa dingin, takut, dan ngantuk terus mengganggu Angkasa kecil. Tetapi rasa khawatirnya pada sosok yang dia panggil bunda itu lebih besar, dia terus menunggu bunda dan ayahnya kembali dengan harapan mereka membawa sebuah hadiah untuk hari spesialnya besok. Esok dia sudah menginjak angka 7 untuk usianya.

Dan keesokan harinya, harapan milik Angkasa kecil itu harus sirna. Ayahnya datang dengan penuh rasa amarah, dan bundanya tidak ikut pulang bersama ayahnya.


"Kita harus mindahin Akas dari sini sebelum prajurit kerajaan ngelihat kita disini"ucap Rey lalu kemudian mencoba untuk mengangkat tubuh Akas dibantu oleh Gio.

Lena, kucing Akas terus mengeong dan tidak berhenti. Terus mencakar-cakar saku celana milik Akas.

Sedangkan ditempat lain. Arga dan Mob yang sudah sampai disana langsung mendapat sambutan yang kurang baik.

Dengan cepat tanah disekitar kaki Arga terangkat, menjadi tameng untuk menghalangi serangan kejutan dari musuh.

Pemandangan tidak menyenangkan terlihat disana. Alea dan Biru diikat disebuah tiang kayu.

Arga yang melihat langsung kejadian itu langsung tidak terkendali, seketika emosinya memuncak.

Tetapi belum sempat mengamuk, Arga dan Mob mendapat serangan kejutan untuk kesekian kalinya. Tetapi kali ini serangannya lebih kuat, tanah yang harusnya melindungi Arga malah hancur dan serangan itu tembus mengenainya.

Tentakel gurita besar itu bergerak cepat tidak terarah. Menyerang Arga dan Mob.

"Segitu aja kemampuan buronan tingkat tinggi ini?"ucap pria dengan lengan tentakel yang tadi menyerang Arga.

Mob langsung memotong salah satu tentakel besar miliknya, membungkam kata-katanya barusan.

"Tarik kembali kata-katamu".

Tentakel besar itu langsung mengecil seukuran tangan manusia biasa.

"Yah, seenggaknya kalian berdua bisa menghiburku sedikit"ucapnya sombong.

Serangan berikutnya menyusul. Tetapi Arga dan Mob tampaknya lebih siap kali ini, Dinding tanah yang dibuat Arga lebih kokoh dari sebelumnya.

Mob menyerang cepat dari atas sana, menggunakan pecahan batu dari sihir Arga sebagai pijakan agar tetap berada diatas sana. Arga menyerang langsung dari depan. Serangan Nunchaku cukup lincah dengan kombinasi sihir tanah miliknya.

Lawan mereka berdua kali ini tidak semudah yang Rintaf, Atta, dan yang lainnya lawan. Ini ditingkat level yang berbeda. Meskipun begitu, mereka berdua sudah cukup untuk menandingi musuh kali ini.

Awalnya mereka berdua lebih unggul, tetapi semuanya diluar ekspektasi mereka.

Serpihan batu dari tanah yang dikeluarkan Arga dimanfaatkan oleh musuh. Tentakel itu memukul batu-batu itu hingga mengenai Mob yang sedang menyerang dari atas, membuat Mob lengah dan serangannya mulai melambat dan terbaca oleh musuh.

Dan disaat listrik dari pedang kecil milik Mob ditembakkan, serangan itu terhalang oleh sihir tanah milik Arga.

"Sihir kalian itu bertolak belakang. Kalian gak cocok untuk jadi tim. Kalian cuma saling menghalangi".

"Huh, belum tau dia Mob"ucap Arga cengingisan.

"Kasih tau dia Arga!" seru Mob.

Tanah yang jadi pijakan pria tentakel itu langsung roboh, membuat pria itu jatuh dan terperangkap disana.

THE SEVEN WALLS: Rahasia DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang