CHAPTER 4

131 23 3
                                    

Hari kelima latihan yang mereka jalani. Lebih baik dari sebelumnya. Mereka memutuskan untuk mengambil misi level rendah sebagai permulaan.

"Kurasa kita udah siap"
Dijawab dengan anggukan, mereka kemudian mencoba pergi mengambil selembar misi di Papan misi tengah kota.


MENEBANG POHON AKAR TUA DI DESA FARGLU
Gift: 800 keping perak.

"Ini gak terlalu gampang? Nebang pohon doang"

"Ya bagus dong, 800 perak itu bukan upah yang kecil"

"Desa Farglu ya... desa dengan tanah subur dan rempah-rempah melimpah", Atta tau banyak hanya dengan bertanya dan membaca diperpustakaan Hagro milik keluarga Biru.

Cukup aneh, hanya menebang pohon mendapat upah 800 perak. Terlalu mudah untuk upah yang begitu banyak.

"Eh Kas, kamu belum punya kratur kan?"

"Iya, maaf aku mungkin gak bisa membantu"

"Gapapa, kali aja disana kamu nemu kratur kan?"ucap Rey menyemangati.

Dari kejauhan mereka bisa melihat kalau desa Farglu sedang tidak dalam kondisi yang bagus, porak poranda, dan banyak bangunan yang sudah hancur.

"Apakah kalian yang mengambil misi itu?"seorang paruh baya menyambut mereka.

"Iya, kami yang mengambil misi itu"

"Ah, akhirnya ada yang ingin mengambil misi itu setelah beberapa tahun lamanya"ucapan orang itu membuat Akas semakin berpikiran negatif. Ini sangat aneh. Sepertinya misi ini tidak semudah yang diperkirakan.

"Sudah bertahun-tahun kami hidup ditindas seperti ini. Setiap seminggu sekali ditengah malam desa diserang oleh akar tanaman, kami tidak tahu pasti tentang siapa pelaku utamanya. Tetapi kami yakin serangan ini berasal dari Pohon Akar Tua dihutan, sebab ketika kali kami menebangnya, tidak ada goresan sedikitpun yang berbekas dibatang pohonnya."Orang itu bergemetar ketika menceritakan detail kejadian ini. Seperti sangat ketakutan akan sesuatu.

"Lalu, apa yang terjadi sebelum dan sesudah penyerangan itu?"

"Beberapa detik sebelum penyerangan terjadi, angin akan bertiup kencang dan semua tanaman akan layu secara tiba-tiba. Dan setelah penyerangan terjadi semua kembali seperti semula, tanaman kembali segar, tetapi air dan bibit tanaman kami selalu diambil"

"Kapan terakhir kali penyerangan itu terjadi?"Atta bekerja seakan dia sedang mewawancarai seorang saksi mata di sebuah acara tv.

"Tadi malam, penyerangan terakhir terjadi tadi malam. Aku tidak mengetahui bahwa akan terjadi penyerangan, aku tidak sempat bersembunyi dan aku melihat sosok monster, ya! Monster besar dengan dedaunan ditubuhnya. Matanya tajam bercahaya menatap, seakan mengisyaratkan untuk membunuh, aku takut setengah mati. Kupikir aku sudah mati saat itu, tetapi ketika kubuka mataku, aku..."

BRUUKK!!
"TOLOOONGGG!!" Terdengar suara teriakan yang kencang dari luar.

Semua tanaman disekitar layu, angin berhembus kencang. "Ini penyerangan!!".

"Tunggu, bukannya kata bapak penyerangan hanya terjadi seminggu sekali ditengah malam? Ini siang bolong!"

"Larilah nak! Dia marah! Kita semua akan mati!!"

THE SEVEN WALLS: Rahasia DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang