Prolog

15 4 0
                                    

Seorang remaja laki laki terbaring tak berdaya dengan rebreathing mask yang menempel di hidungnya. Kecelakan yang terjadi beberapa bulan lalu telah membuatnya jatuh koma tak sadarkan diri selama 4 bulan. Tidak jauh darinya terlihat seorang gadis muda yang setia menemaninya dengan penuh harapan.

"Fariel. Gue tadi di marahi mama cuma gara gara gue engga denger waktu mama panggil. Parah kan? Masa cuma ngga denger waktu di panggil, mama langsung marah marah sama gue. Yang lebih parahnya lagi papa diem aja waktu lihat gue di marahi mama loh. Lo tau Fariel, gue itu ngga denger waktu mama panggil karena gue lagi mikirin lo loh. Fariel, mau sampai kapan lo tidur kayak gini? Ini udah lewat 4 bulan loh. Ayo dong bangun, lo kan harus belain gue kalo gue kena masalah."

Gadis itu terus saja berbicara tanpa henti padahal lawan bicaranya hanya terdiam. Terkadang di tengah tengah bicaranya gadis itu terisak karena tangisan yang ditahanya.

"Fariel. Gue kangen sama lo. Cepat bangun dan temani gue kaya dulu lagi, please. Gue benar benar kesepian ngga ada lo."

Gadis itu menangis dengan mengenggam erat tangan laki laki yang bernama Fariel.

"Abel sayang. Sekarang kamu pulang dan istirahat dulu ya."
Seorang wanita cantik paruh baya yang berumur 39 tahun menepuk pelan pundak gadis yang dari tadi terus saja berbicara kepada Fariel. Wanita itu adalah Ivanka, yang tidak lain adalah mama dari Fariel.

"Bun boleh Abel disini lebih lama lagi? Abel masih pengen di dekat Fariel."

"Bunda tidak akan melarangmu untuk terus berada di dekat Fariel, sayang. Tapi bunda juga tidak ingin melihatmu sakit karena sudah terlalu lama disini tanpa istirahat."

"Tapi bun--

"Tidak ada tapi tapian, kamu harus pulang dan beristirahat atau bunda tidak akan mengizinkanmu untuk menemani atau bertemu Fariel lagi"

"Tidak bun! jangan larang Abel buat temuin Fariel, Abel akan pulang. Tapi Abel besok bisa kesini lagi kan?"

"Iya boleh. Tapi setelah kamu pulang sekolah."

"Abel besok nggamau ke sekolah bun."

"Abel sayang, dengerin bunda. Bunda tau kamu khawatir dengan keadaan Fariel. Tapi kamu juga tidak boleh mengorbankan masa depanmu hanya untuk bisa terus menemani Fariel disini. Disini ada Bunda, Ayah, dokter, juga perawat yang akan terus berada di samping Fariel. Kamu tidak perlu terlalu khawatir."

"Baiklah! Abel akan pergi ke sekolah. Tapi bunda harus janji satu hal sama Abel."

"Apa itu?"

"Jangan biarkan Fariel melangkah lebih jauh dari ini. Bunda harus janjikan itu sama Abel." Ucap gadis itu dengan menunjukan jari kelingkinya kepada Ivanka.

"I iya sayang, bunda janji. Sekarang kamu juga harus janji kalau kamu akan rajin ke sekolah lagi." jawab Ivanka menaut jari kelingking gadis yang bernama Isabel atau lebih sering di panggil dengan sebutan Abel.

'Bunda juga berharap sama sepertimu Abel. Semoga saja Fariel segera sadar dan bisa kembali bergabung lagi bersama kita.' Batin Ivanka.

ISABELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang