7.

6 4 0
                                    

Tiga remaja wanita yang masih berbalut seragam tengah berjalan melewati koridor sekolah yang terasa sunyi. Hembusan angin juga suara jangkrik yang terdengar semakin membuat suasana menjadi menyeramkan.

"Uuuhhh, gue merinding, katanya ada jam malam tapi kok sepi banget sih." Ucap Alisa sembari menggandeng kuat tangan kedua sahabatnya.

"Ah apaan sih, lepas deh, nggada apa apa juga ngapain takut!" Angel berusaha melepaskan tangan Alisa dari tanganya, namun nihil, usaha Angel sia sia, tangan alisa yang mencengkram kuat tidak dapat ia lepaskan.

"Sepi banget tau! kalo ada apa apa gimana?" Ucap Alisa yang semakin cemas.

"Nggabakalan ada apa apa kok Lis, ada kita juga, jadi tenang aja." Ucap Abel yang mencoba menenangkan Alisa.

Alisa mengernyitkan dahinya, dan sedikit menutup matanya karena masih merasa takut. Angel dan Abel dapat merasakan tubuh Alisa yang gemetar ketakutan.

Kriiieeetttt.....

Suara pintu berhasil membuat Alisa terkelonjak kaget yang diikuti oleh Abel juga Angel. Kini sudah tidak dapat dipungkiri lagi, Alisa bergetar hebat dengan mencengkram tangan kedua sahabatnya semakin erat.

Abel memasangkan earphone miliknya ke telinga Alisa dengan maksud menenangkanya. Kini suara yang menurut Alisa menakutkan tidak bisa lagi didengarnya, hanya musik k-pop kesukaanya yang dapat di dengarnya.

"Udah ngga takut?" Tanya Abel.

Alisa mengangguk, "Terimakasih" jawab Alisa dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Kita cuma mau ngambil kendaraan ngapain harus masuk ke sekolah segala?" Dumel Angel.

"Gue penasaran tau, gue kan ngga pernah ikut kelas malam." Jawab Abel santai.

"Terus kita mau ke mana sekarang?"

"Ke ruang musik lah, kan kata pak june hari ini anak band yang ada kelas malam."

"Nggamau! ruang musik ada di lantai tiga, gue nggamau kesana!" Ucap Alisa yang mendengar pembicaraan Angel dan Abel.

"Tuh kan bel, Alisa juga nggamau, kita ke parkiran aja yuk ambil kendaraan terus langsung balik, udah malem nih."

"Tapi gue penasaran." Abel melihat ke arah lift. "Oke gini aja, kalian ke parkiran dulu, gue mau liat bentaran doang kok beneran."

"Bener ya bentaran doang? gue sama Lisa tunggu lo di parkiran, kasian Lisa ketakutan gini."

"Oke!" Abel menekan tombol lift dan pergi ke lantai tiga.

Suasana sunyi lantai tiga tidak membuat Abel merasa takut. Dengan santai ia berjalan menuju ruang musik untuk melihat siswa yang sedang berlatih. Jika bukan karena Fariel ia tidak akan dibuat penasaran sampai mau membuang waktunya untuk hal hal yang tidak ia minati.

Kini pintu ruang musik sudah dapat terlihat oleh sepasang mata Abel. Terdengar lantunan indah piano yang membuat jantung Abel berdebar tak karuan. 'FARIEL' hanya nama itu yang terlintas di pikiran Abel sekarang. Melodi yang sering dimainkan oleh Fariel, siapa yang bisa memainkan melodi itu dengan sangat indah? Langkah kakinya mulai memberat - bimbang apakah ia harus melanjutkan langkahnya atau berbalik untuk menyusul kedua sahabatnya. Pikiranya meminta agar Abel berbalik dan segera temui sahabatnya, namun hati kecilnya meminta agar Abel melanjutkan langkahnya.

Abel tak bisa mengalahkan rasa penasaranya, setelah sekian lama Abel bisa mendengar lagi lantunan indah piano yang sering dimainkan kekasihnya untuknya. Dengan tangan yang gemetar Abel memegang gagang pintu ruang musik dan mendoronya, terlihat pungung seorang laki laki dengan rambut berwarna pirang kecoklatan dan kulit putih yang bersinar karena terkena pantulan cahaya rembulan. Siapa? Abel tak pernah melihat laki laki itu sebelumnya. Apakah dia siswa baru? atau hanya warga asing yang memasuki sekolahnya? Abel melangkahkan kakinya mendekati laki laki tersebut.

ISABELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang