Terlihat 3 remaja laki laki yang tengah duduk bersama di salah satu meja di kantin. Mereka adalah Mark Paylons, Vallen Thyson, dan Martin pranson jaya.
Mereka adalah segerombol laki laki yang sangat dikagumi oleh hampir seluruh kaum hawa di Smasbak-SMA Nusa Bakti. Mark dikagumi karena sifat lemah lembutnya terhadap wanita, Vallen dikagumi karena otaknya yang cerdas, akan tetapi para gadis tidak tau bahwa di dalam otaknya sangatlah kotor! Alias OMES - otak mesum! Dan Martin, dia di kagumi karena dia super duper dingin dan juga kasar kepada siapapun kecuali orang yang sudah dekat denganya, karena sifat dinginya itulah yang membuat karismanya terlihat berbeda dari yang lain. Tapi yang utama dari berbagai alasan utamanya adalah karena mereka semua sangatlah TAMPAN!
Vallen yang merasa bosan dengan keheningan di sekitarnya mulai mencari cara untuk mendapatkan tontonan yang menarik. Ia sangat tau kalau sahabatnya-Martin sangatlah tidak suka saat tau ada gadis yang menatapnya lebih dari 5 menit. Vallen celingak celinguk mencari gadis yang tengah memperhatikan Martin, dan pandanganya terhenti saat melihan Mona, teman satu kelasnya. Mona tengah menyeruput pop ice sembari melihat ke arah Martin yang sibuk dengan ponselnya. Senyum licik terukir jelas di wajah tampan Vallen, Otak yang ia miliki langsung bekerja dengan cepat layaknya Valentino Rossi yang sedang beradu di jalur balap.
"Hei Tin! Lihat tuh si Mona liatin lo dari tadi." Ucap Vallen sembari menunjukkan telunjuknya dan tersenyum picik ke arah Mona.
Martin yang mendengar perkataan Vallen dengan cepat melihat ke arah Mona dengan tatapan membunuh. Mona yang menyadari tatapan Martin tertuju padanya langsung gelagapan dan mengalihkan pandanganya kepada teman temanya.
"Masa lo diem aja sih. Dia liatin lo dari tadi loh." Vallen menyenggol pundak Martin.
"Diem lo udang! Gue masih memastikan omongan lo bener nggak."
Martin terus melihat ke arah Mona yang masih bersikap aneh. Sesekali Mona melirik ke arah Martin untuk memastikan bahwa Martin sudah tidak memandangnya lagi, tapi na-as, Martin masih menapanya dengan tatapan yang lebih tajam dari pedang samurai. Mona semakin gelagapan dibuatnya, otaknya terus saja bekerja untuk memikirkan jalan keluar.
"Ngapain lo tadi liat liat gue hah!"
Mona yang dari tadi tengah sibuk mencari ide dibuat kaget setengah mati saat mendengar gebrakan meja dan suara berat khas Martin. Kini semua pandangan penghuni kantin tertuju ke tempat yang tengah di duduki Mona dan teman temanya. Mona semakin gugup saat melihat wajah tampan Martin sudah berada tepat di depanya.
"A aapa?" jawab Mona spontan karena tidak ada satupun alasan yang bisa di pakainya untuk terbebas dari Martin.
"Apa! Apa! Lo budeg ya! Ngapain lo liatin gue tadi!" bentak Martin.
Mona dibuat gemetar ketakutan setengah mati karena bentakan Martin. Mona semakin bingung harus menjawab apa, ia tidak berani berkata jujur kalau alasan dia memperhatikan Martin adalah karena dia tertarik denganya.
"Jawab atau gue tumpahin ini minuman ke kepala lo!" Bentak Martin sembari mengarahkan pop ice ke atas kepala Mona.
Dengan kondisi seluruh tubuh yang gemetar karena ketakutan, Mona masih mematung dan menundukkan kepalanya, dia tidak berani berbohong juga tidak berani berkata jujur alasan dia memperhatikan Martin. Martin semakin geram dengan diamnya Mona, dia tidak segan segan menumpahkan pop ice yang tadi di pegangnya ke kepala Mona.
Sedangkan di sisi lain terlihat Vallen yang tengah santai menyaksikan Mona yang ditindas oleh Martin. Di sisi lain pula terlihat Mark yang merasa tak enak melihat seorang gadis di tindas oleh seorang laki laki, dan yang paling membuatnya tidak enak adalah pelaku penindasan itu adalah sahabatnya sendiri. Karena prinsip Mark laki laki seharusnya melindungi bukan melukai wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISABEL
Teen FictionAkankah Isabel menemukan seseorang yang sungguh dicintainya dan bahagia?