Abel segera keluar dan membayar uang taxi saat sudah mencapai tujuan. Sebenarnya ia ragu apakah tidak apa apa kalau dia pergi ke rumah sakit di jam sekolah? ia takut kalau Ivanka akan memarahinya karena sudah melanggar janji.
Abel melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah sakit yang sangat megah. Kamar Fariel ada di ruang VIP lantai 6. Tidak perlu waktu lama Abel sudah berdiri di depan kamar Fariel karena menaiki lift.
"Isabel? Itu kamu?"
Suara seseorang mengagetkan Abel yang masih mematung di depan ruangan Fariel. Dengan cepat Abel melihat ke arah suara, ternyata itu adalah Irawan Bandektic - Ayah Fariel.
"Ayah Wawan!" Spontan Abel menghampiri Irawan dan memluknya.
"Lama tidak bertemu, Abel sangat merindukan Ayah. Ayah apa kabar? Baik baik saja kan?" Tanya Abel setelah melepaskan pelukanya.
"Hahaha kamu masih seperti biasa ya selalu merindukan Ayah." jawab Irawan terkekeh.
"Memangnya kenapa? apa Abel tidak boleh merindukan Ayah." Ucap Abel sembari mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Haha kamu sudah dewasa tapi tetap saja imut ya, bikin gemas saja." Ucap Irawan mengacak acak ramut Abel karena gemas. "Kabar Ayah sangat baik, bagaimana denganmu? kamu tidak nakal kan?" lanjut Irawan.
"Ahhh ayah hentikan, rambut Abel jadi berantakan. Abel juga baik baik saja kok, dan kalo nakal atau engga yaa ngga tau deh itu rahasia hehe." ucap Abel sembari tersenyum kuda.
"Dasar kamu ini!" Ucap irawan sembari mencubit halus hidung mancung Abel.
Irawan adalah orang yang sangat baik juga penyayang, terlebih lagi kepada Abel yang tidak lain adalah pujaan hati putranya.
"Oh iya, Ayah sampai lupa mau menanyakan ini, apa yang sedang kamu lakukan disini? seharusnya kamu ada di sekolah sekarang." Tanya Irawan.
"Ituu,,A Abel udah ijin ke guru kok buat jenguk Fariel." ucap Abel sembari menggaruk garuk belakang teringanya yang tidak terasa gatal.
"Kamu tidak sedang berbohong kan?"
"Eh?"
"Kamu habis memangis, Ayah tau itu saat melihat ke matamu, apa yang terjadi padamu? Kamu tidak sedang baik baik saja kan Abel?"
Abel terkejut saat mendengar kata kata Irawan. Apa wajahnya sungguh terlihat seperti orang yang habis menangis? Abel menundukkan kepala dan memikirkan jawaban apa yang harus dia katakan kepada Irawan.
"Abel hanya kurang tidur kok, bukan habis menangis, hehe." Alibi Abel.
"Yasudahlah, kalau kamu tidak mau menceritakanya kepada ayah. Ayo masuk, kamu mau menjenguk Fariel kan?" Irawan menghembuskan nafasnya sembari melangkahkan kakinya kedalam ruangan tempat Fariel terbaring.
Abel mengangguk dan mengikuti langkah Irawan. Di kamar mewah Fariel tak terlihat siapapun, di mana Ivanka?
"Ayah, dimana bunda Ivanka?" tanya Abel.
"Fariel kan punya adik, jadi Ivanka ayah suruh pulang untuk istirahat dan menemani Marselia di rumah."
Abel mengangguk faham, hatinya sedikit lega karena tau Ivanka sedang tidak di rumah sakit. Abel menghampiri Fariel dan duduk di dekatnya. Tanganya mengenggam erat tangan Fariel. Matanya memancarkan rasa khawatir juga kerinduan kepada sosok Fariel.
"Abel, kamu temani Fariel dulu ya, ada yang harus Ayah beli di luar, ayah akan segera kembali." Ucap Irawan sembari menepuk halus salah satu pundak Abel.
"Iya ayah, Abel akan temani Fariel. Ayah hati hati di jalan."
Irawan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Fariel. Abel kembali lagi menatap wajah pucat Fariel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISABEL
Teen FictionAkankah Isabel menemukan seseorang yang sungguh dicintainya dan bahagia?