6

106 18 2
                                    

Happy Reading:) Don't forget to vote:)

***

"Aku memang tidak tau penyebab tangismu, yang kutau, pelukanku akan menenangkanmu."


Langit terlihat cukup terang, saat waktu menunjukkan pukul 4 sore. Kazella terbangun setelah tertidur selama dua jam penuh.

Saat terbangun, Kazella merasakan sesuatu yang hangat seolah menyelimutinya dan seolah mendorongnya untuk kembali tetidur. Namun, logikanya mengalahkan rasa kantuknya saat ini.

Kazella terdorong rasa penasaran akan sebuah tangan yang mendekapnya, serta, sebuah dada yang menjadi bantalannya saat ini.

Gadis itu mendongak dan kemudian menemukan wajah Dareld yang sedang tertidur.

Ada genangan air di sebelah Dareld yang terpantul oleh matahari dan menghasilkan bayangan  pada wajah pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada genangan air di sebelah Dareld yang terpantul oleh matahari dan menghasilkan bayangan  pada wajah pemuda itu.

Darah-darah dalam tubuh Kazella segera berdesir dan mengakibatkan rasa hangat pada perasaan juga tubuhnya.

Saat gadis itu tengah sibuk menikmati wajah sang pemuda yang berhasil mendebarkannya, tiba-tiba, mata Dareld perlahan terbuka dan langsung menatap tepat pada kedua mata Kazella.

Sesaat pandangan mereka bertemu. Saling mengunci satu sama lain. Darah di tiap-tiap tubuh berdesir bersamaan. Wajah Dareld dan Kazella memerah dan menghangat juga. Tangan Dareld yang bebas menyentuh pipi gadis di hadapannya.

"Kumohon, jangan menangis lagi." ucap Dareld lirih.

***

Satu jam selanjutnya, Kazella ataupun Dareld tidak ada satupun yang mengeluarkan suara. Setelah ucapan yang di lontarkan pemuda itu, keheningan kembali mengambil alih.

"Sudah mulai gelap, Kazella. Kau tidak ingin pulang?"

Kazella mendongak, menatap langit yang sudah hampir gelap. Gadis itu menundukkan kepalanya lagi.

Dareld mengehela nafas pelan. Kemudian pemuda itu berdiri dan membersihkan celananya.

"Ayo."

Dareld memberikan tangannya kepada gadis yang masih terduduk di atas dedaunan.

Kazella mendongak, menatap kedua mata pemuda itu dan mengambil tangannya lalu ikut berdiri.

"Aku tak ingin pulang, Dareld"

Dareld menoleh dan menatap Kazella hangat kemudian tersenyum.

"Tenang, tempat ini lebih menyenangkan dari rumahmu."

Selanjutnya mereka berdua berjalan semakin jauh kedalam hutan, sambil bergandengan. Selama perjalanan, tidak seorangpun membuka suara. Dareld fokus pada jalanan yang semakin lama semakin membawa mereka menjauh ke dalam hutan.

20 menit kemudian, Dareld berhenti di sebuah pohon raksasa dengan lubang besar di tengah pohon. Seperti pintu gua.

Kazella memiringkan kepalanya.

"Wah, pohon ini unik. Selama ini aku belum pernah melihatnya." oceh Kazella

Dareld tersenyum, "kau mau tau asalku, Kazella?"

Kazella menoleh cepat,menatap Dareld yang tengah sibuk menatap pohon didepannya.

"Aku datang dari dalam sana." ucap Dareld sambil menunjuk bagian dalam pohon itu.

Kazella tak tahan, gadis itu melepas genggamannya dan berlari untuk masuk kedalam lubang itu.

"Dareld..." panggil Kazella "tidak ada apapun didalam sini. Tidak ada pintu, ataupun lubang lain," sambungnya "darimananya kah kau keluar?" Dareld terekekeh.

"Dimensi lain, Kazella."

***

See u next chap:)

DenrhomichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang