Hanbin kembali bertanya padaku dan masih menatap kosong layar tv. Aku terkejut dengan apa yang dikatakannya. Apa ia melihat dan mendengar semuanya?
"Kamu.. liat?"
"Terus kenapa? Panik? Ketauan ya?" Hanbin melihatku dengan tatapan mengejek.
"Hah? Apaan sih maksudmu?"
"Iya, kamu panik kan ketauan ngedate sama cowok lain?"
"Ngedate apaan sih? Siapa yang ngedate?"
"Ya kamu lah! Siapa lagi?! Aku?!"
Hanbin membentakku seketika. Aku membeku saat itu juga. Aku benar benar tidak percaya ia menuduhku seperti ini tanpa mengetahui kebenarannya.
"Aku ga ngedate."
"Terserah kamu lah." Hanbin langsung masuk ke kamar dan membanting keras pintunya. Aku terdiam di ruang tamu sambil menatap kosong layar tv di depanku. Perlahan lahan air mata jatuh dari mataku.
Ceklek
"Hara-ya, aku mau minta ramyun yang.."
Bobby masuk ke dorm sambil memainkan hpnya. Ia terhenti setelah melihatku menangis. Ia langsung berlari duduk di sebelahku sambil merangkulku.
"Wae? Jangan nangis." Bobby berbisik menanyakanku. Ia tidak mau terdengar oleh member lain. Ia lalu menuntunku keluar dari dorm. "Ayo keluar aja."
Bobby merangkulku menuju tempat duduk di taman depan apartemen. Ia menyuruhku duduk dan ia mulai menanyakan apa yang terjadi padaku.
"Wae? Skandal itu? YG udah konfirmasi kok, tenang aja."
Aku hanya menggeleng. Aku masih ragu menceritakan ini ke bobby atau tidak. Jika aku menceritakannya, seakan akan aku tergantung pada bobby dalam menyelesaikan masalahku dengan hanbin sama seperti dulu.
"Aku.. emm.. ah itu, kangen rumah."
"Kamu gak lagi boong kan?"
"Hm? Eng.. enggak kok." Aku tersenyum untuk meyakinkan bobby.
"Kamu tau? Kamu bisa cerita ke aku apapun masalahmu kapanpun itu."
Aku tertegun dengan perkataan bobby. Ia benar benar baik padaku. Dan aku tidak bisa membalasnya dengan apapun.
"Ne, gomawo oppa."
"Aku juga sering kok kangen rumah. Bahkan sekarang pun juga. Kadang aku jalan jalan kalo engga ngegame sama chanu. Gimana kalo kita jalan jalan aja?"
"Gapapa nih?"
"Iya! Kita jalan jalan ke myeongdong! Street food! Mampir ke aori ramen! Main games! Banyak deh! Kajja!"
Bobby langsung beranjak dari tempat duduknya dengan bersemangat. Bobby memang mempunyai happy virus. Siapapun yang melihat senyumnya akan ikut tersenyum. Dia benar benar kakak yang amat berharga untukku.
05.00 pm
Myeongdong streetBobby menggandeng tanganku menyusuri jalanan di myeongdong. Ia mengajakku ke salah satu toko mesin capit dan bermain disana. Ia benar benar membuatku bahagia.
"Ya! Padahal kan tinggal dikit lagi!" Bobby terus menerus mengulang untuk mendapatkan salah satu boneka.
"Sini biar aku yang coba." Aku mencoba memainkan mesin yang dipilih bobby. Dan yap, aku mendapatkannya. Ini sangat mudah!
"Uwaa, jinjjayo? Aigoo aku sekarang malu sama kamu." Bobby menggaruk garuk kepalanya. Aku hanya tertawa sambil memeluk boneka yang kudapat.
Kami beranjak keluar untuk menemukan street food. Bobby membelikanku corndog mozzarella yang terkenal di korea, sementara ia sendiri membeli teoppoki.
"Haus ga? Aku mau beli milkshake milkshake gitu. Dimana ya?" Bobby melihat lihat sekitarnya.
Setelah menemukan toko milkshake, kami membelinya. Bobby memesan chocolate milkshake dan aku memesan caramel milkshake. Saat membayar, ternyata penjual itu mengenal bobby. Kami sempat kaget dan panik jika ia berteriak.
"Bobby? Ikon bobby? Jinjja?"
"Ah ne, annyeonghaseo." Bobby tersenyum kepada penjual milkshake itu.
"Waah! Aku fansmu! Apa aku bisa meminta tanda tanganmu?"
"Ne, dimana?" Penjual itu lalu mengeluarkan notebooknya. Ia lalu melihat ke arahku.
"Siapa yeoja cantik ini? Apa pacarmu?"
"Bukan, dia adik kesayanganku. Ini bukumu, gamsahamnida." Bobby tersenyum kembali dan menarikku pergi. Aku juga tersenyum kepada penjual milkshake itu.
Kami menyusuri myeongdong hingga malam. Bobby juga membelikanku sebuah dress cantik yang ia pilih untukku. Kami tak henti hentinya tertawa karena bobby selalu menjadikan bahan lelucon setiap apa yang dilihatnya.
Setelah itu kami pergi ke aori ramen. Restoran ramen milik seungri itu lumayan ramai. Untung saja pegawai restoran mengenali bobby dan langsung mencarikan tempat duduk untuk kami.
"Hara-ya, kecoa, udang, kepiting, lobster, itu saudara loh." Ucap bobby setelah kami memesan ramen. Aku sempat berpikir sejenak apakah bobby melawak atau tidak.
"Hah? Ya enggak lah."
"Iyaa, mereka kan sama sama punya sungu di kepala. Ya kann?"
"Aniyaa oppa. Mereka bedaa, ahhahahahaha!" Aku tertawa melihat tingkah dan segala pengetahuannya tentang kecoa di muka bumi ini.
"Kamu ga percaya sama aku?"
"Ya enggak lah! Hahahahaha!"
"Kalo gitu kamu bakal lebih ngerasa konyol sama pemikiran june."
"Hahahahahaha! Apa lagi tuh?"
"June tu nganggep bulan sama matahari tu sama! Kaya cuma ganti cahaya gitu katanya! Konyol siapa coba?"
"Aigoo, kenapa biasku gini semua?" Aku tak berhenti tertawa dengan apa yang dikatakan bobby.
"Konyol june kan? Mending aku kan?"
"Ya sama aja salah semua oppaa, ahhhahahaha gimana sih?"
Benar benar banyak yang terjadi hari ini. Tadi pagi aku dibuat marah, siang aku menjadi sedih, dan malam aku sangat bahagia. Aku sendiri pun bingung apa yang harus ku rasakan sekarang. Tapi paling tidak, hari ini ditutup dengan tawa bobby yang membuatku membaik.
Gamsahamnida bobby.
Fyi : buat yang nanya itu pemikiran bobby sama june bener atau engga, ya itu memang bener. Emang sekonyol dan seabsurd itu bias kalian:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanbin's Scenario 2
Romance"Ah senangnya jadi pacar seorang Kim Hanbin!" Tapi apa kamu yakin hari harimu kedepan akan bahagia seterusnya? Bagaimana rasanya menjadi pacar seorang idol? Apa kamu siap dengan semua kemungkinan terburuk yang terjadi? Sekuel of Hanbin's Scenario