Sudah berhari hari aku berada dalam kecanggungan ini dengan hanbin. Aku selalu berusaha untuk berbaikan dengannya, namun semua yang kulakukan salah di matanya. Astaga dia benar benar keras kepala. Bahkan ia tidak tau apa yang sebenarnya kan?
Dan akhir akhir ini lintang juga sering menghubungiku atau mengajakku keluar. Itu terkadang membuat hanbin semakin marah padaku. Aku juga sudah menolak beberapa ajakan lintang, tapi ia selalu memaksa.
Aku belum bercerita hal ini ke siapapun. Sebenarnya aku ingin meluapkan semua keluh kesahku, tapi aku tidak tau harus bercerita ke siapa.
Hari ini hari yang sama seperti sebelum sebelumnya. Hanbin, jihwan, dan bobby ada di studio untuk mendengarkan unrealesed song mereka yang berjumlah ratusan.
"Ada yang mau kopi?" Tanyaku kepada mereka. Bobby menggangguk dengan cepat.
"Ah perutku lagi gaenak tadi pagi. Aku air mineral aja deh." Jihwan lalu mengambil air mineral yang ada di meja.
"Oke deh. Mau aku ambilin obat juga ga?" Tanyaku pada jihwan. Ia lalu menggeleng sambil membuka botol air nya.
"Oppa, mau kopi juga?" Tanyaku pada hanbin. Ia hanya menghadap komputer tanpa menghiraukanku. Bobby dan jihwan saling menukar pandangan.
"Hanbin oppa, mau kopi?" Tanyaku sekali lagi dengan penuh penekanan. Hanbin tetap diam dengan wajah yang kesal.
"Baiklah, aku pikir enggak." Aku tersenyum dan pergi dari ruangan itu dengan hati yang benar benar hancur. Apa susahnya sih bilang enggak?
Saat aku kembali hanya bobby dan jihwan yang berada disana. Aku memberikan gelas khas YG dengan kopi di dalamnya pada bobby. Mereka menatapku dengan iba.
"Mungkin.. hanbin lagi kecapekan hara. Sebentar lagi kan dia juga harus siapin unit sama bobby juga." Jihwan menenangkanku. Aku hanya tersenyum mengangguk angguk.
Bukan itu jihwan oppa, bukan itu.
"Dia lagi pms kali hahahaha!!" Bobby tertawa lalu disusul oleh jihwan. Bobby selalu punya cara untuk menenangkan suasana yang genting seperti ini.
"Oh iya oppa, nanti kayanya aku mau pulang ke apartku dulu. Mau beres beres."
"Yaaah sepi dong gaada hara."
"Kan lusa aku dateng lagi, tenang aja. Oiya 4 hari kedepan kalian kosong kok. Baru setelah itu ada acara ke singapore, terus fansign, dan lain lain. Jangan lupa jaga kesehatan ya."
Aku lalu mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Aku mengambil tas dan jaketku. Aku berjalan keluar YG dan menyegat taksi.
Sampai di apart yang sepi membuat memori tentang sikap hanbin akhir akhir ini semakin menyiksaku. Aku duduk termenung di pinggiran kasur seraya meratapi nasibku.
Mungkin memang engga seharusnya fans ga tau diri kaya aku pacaran sama seorang kim hanbin.
Perasaan sendu mulai menyelimuti tubuhku. Semakin lama muncul perasaan bersalah yang semakin besar. Hatiku dipenuhi emosi yang tak menentu.
Aku menuju dapur untuk menemukan sesuatu yang bisa ku makan. Siapa tau itu bisa menghilangkan perasaan menyiksa ini.
Aku mengambil beberapa snack dan roti di kulkas. Mataku lalu tertarik dengan sebuah minuman disana. Aku mengambil minuman itu dan membaca tulisannya.
Wine. Ah pasti ini punya om chandra.
Aku meratapi botol itu semakin lama. Sudah satu jam lebih aku berada di dapur tanpa kepastian yang jelas. Botol itu benar benar membuatku goyah.
Katanya, wine itu bisa buat bahagia kan? Kita bisa ngelupain sejenak apa masalah kita sama ini kan?
Ini bakal buat aku lupa sama perasaan menyiksa ini. Iya kan?
Aku membawa 2 botol wine dan snack ke kamar. Aku memakan semua snack yang kuambil dan tidak peduli dengan sampahnya. Sekarang kamarku sudah seperti kapal pecah.
Aku melihat kembali botol wine itu. Aku bukan peminum yang hebat. Kubuka perlahan tutup botol itu dan mulai kutenggak isinya.
Semakin lama perasaanku semakin melayang layang. Yang kurasakan aku sangat bahagia kali ini. Memang benar, minuman ini sangat manjur untuk menghilangkan perasaan ini. Walaupun hanya sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanbin's Scenario 2
Romance"Ah senangnya jadi pacar seorang Kim Hanbin!" Tapi apa kamu yakin hari harimu kedepan akan bahagia seterusnya? Bagaimana rasanya menjadi pacar seorang idol? Apa kamu siap dengan semua kemungkinan terburuk yang terjadi? Sekuel of Hanbin's Scenario