Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku senang pagi ini dia datang menyapaku Entah ini keberapa kalinya ia kembali datang lalu pergi dan pada akhirnya ia kembali dengan segala janji Bodohnya aku! Mau saja menjadi tempat untuk ia singgah Setelah berkali kali ia memberi luka Yang aku tahu memberi kesempatan tidak ada salahnya Namun jika berkali kali? Mungkin nasib hujan dengan aku sama rela jatuh sakit berkali-kali dan berharap akan jatuh pada tempat yang tepat Namun sayang harapan adalah mimpi yang telah usang karena ketika aku jatuh kamu sibuk menghindar untuk berteduh Dan kemudian aku hanyalah genangan-genangan seperti masa abu-abu Kamu lebih memilih berteduh dibawah payung yang kau bawa Dan enggan untuk menyentuhku bahkan setetes pun Aku sempat berpikir Apa kau takut pada kenangan Karena sering ku dengar Penyair bilang hujan adalah kenangan Benarkah?mungkin iya Karena kenangan itu kamu Kamu adalah kenangan abu-abu Tak terlalu berwarna terang atau pun gelap Yang aku rasakan sekarang warnamu telah pudar Tak seindah pelangi setelah hujan reda Tak sesejuk embun hujan yang singgah pada daun tanaman di beranda rumahku Kamu kini hanyalah luka Namun tidak berbekas:) Seperti air hujan Jatuh lalu menggenang dan kemudian hilang Entah karena terik matahari Atau karena takdirnya harus pergi Aku dan hujanku pamit Hanya sebentar Aku akan kembali dan akan aku bawa bidadari Untuk melukis pelangi di bola mata indahmu
