Mungkin benar, kamu hanyalah bagian dari impianku, yang takkan pernah jadi kenyataan.
-Galaxyo Clanando.Dengan posisi; Glaxyo duduk di kursi roda dan Cenzie yang berjalan dibelakangnya sambil mendorong kursi roda Glaxyo, keduanya beriringan menuju kantin yang disediakan di Rumah Sakit Permata.
"Gue ngerepotin ya?" Tanya Glaxyo sambil mendongak untuk menatap cewek yang berdiri di belakangnya itu.
"Ngomong apaan sih lo?"
"Gue ngerepotin, kan?" Ini tidak seperti kalimat pertanyaan lainnya, melainkan lebih seperti sebuah pernyataan.
Sebelum menjawab, Cenzie menghela nafasnya pelan, "Xyo, dengar ya. Gue gak pernah merasa direpotin sama lo. Jadi jangan pernah berpikir kaya tadi. Lagian gue senang kok, bisa nemenin lo disaat lo lagi susah."
"Thanks." Balas Glaxyo lalu menunjukkan senyum manisnya yang tulus dan senyuman itu juga dibalas oleh senyuman yang tak kalah manis -senyuman Cenzie-
Setelah sampai di kantin, keduanya memesan makanan dan makan dalam diam.
"Lo dah selesai makan, kan?" Tanya Glaxyo begitu melihat Cenzie sudah menghabiskan makanannya dan meneguk minuman.
"Udah, kok."
"Jalan, yuk?"
"Kemana?"
"Taman rumah sakit aja, ya?"
"Terserah lo, gue mah ikut aja, hehe." Melihat kekehan Cenzie, entah mengapa itu membuat Glaxyo juga tertarik untuk memberikan senyumannya, bibirnya sudah melengkung ke atas, menunjukkan kedua bolongan di pipi kiri dan kanannya.
"Nah, begitu kek. Senyum yang manis."
"Hehe."
"Jadi ke taman RS gak, nih?" Tanya Cenzie karena sedari tadi mereka hanya berbicara gak jelas juga gak beranjak dari tempat duduk masing-masing.
"Jadi, lah. Gue kesananya jalan kaki aja, ya?"
"Eum, emang kaki lo udah gak sakit?"
"Sakit sih, dikit doang tapi. Gue jalan aja, gak enak juga sama lo. Dorong gue kan berat."
"Ya udah, kalo gitu gue balikkin kursi rodanya dulu ya ke suster yang tadi."
"Eh, gue ikut aja."
"Ya udah, ayo."
Lalu keduanya berjalan menuju pusat rumah sakit untuk mengembalikkan kursi roda tadi.
****
Karena Glaxyo masih memakai infusan pada tangan kirinya, jadilah Glaxyo harus membawa infusan itu kemana-mana, termasuk ke taman rumah sakit yang sedang dikunjunginya bersama Cenzie.
"Gak bisa pisah sama infusan ya, lo? Dibawa kemana-mana dah tuh infusan." Ucap Cenzie meledek yang hanya dibalas umpatan kasar cowok itu.
"Zie?"
"Ya?"
"Gue boleh cerita, gak?"
"Boleh kok, cerita aja sama gue."
Sebelum bercerita, Glaxyo menghela napasnya pelan. Dia harap keputusan untuk berbagi sedikit bebannya pada Cenzie adalah pilihan paling tepat. Dia juga berharap keputusannya ini tak pernah salah.
"Gue kangen mama, Zie. Jujur, dulu gue sempat iri sama keluarga lo. Mama sama papa lo yang selalu perhatiin lo, selalu ada buat lo, paling nggak untuk sekedar makan malam bersama kayak waktu itu."
"Maaf sebelumnya, tapi kalo gue boleh tau, orang tua lo dimana?"
"Suatu saat nanti lo pasti tau kok." Balas Glaxyo lalu tersenyum manis, ini bukan senyum tulus, ini senyum untuk menutupi kesedihan dan Cenzie tau Glaxyo sedang melakukan yang kedua-senyum untuk menutupi kesedihan-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denaxyo #WATTYS2019
Novela JuvenilTentang Dia, yang menyimpan luka dalam diam. Tentang Dia, yang menghindari keramaian. Tentang Dia, yang rapuh di dalam namun kuat di luar. Semua yang di luar hanyalah topeng semata yang dia gunakan untuk menutupi kerapuhan dalam dirinya. Dia, terlal...