3. Barbie

672 87 7
                                    

Jeon Jungkook

"Wahhh itu hampir saja..," gelisah Seongwoo.

"Itu bukan hampir saja, bodoh," keluh Sungjae.

"Apa kita akan mendapatkan masalah?" khawatir ku.

"Tenang saja, dia memang tidak suka dengan sikap kita tadi yang kentara sekali sedang membicarakannya. Tapi dia tidak berniat untuk membuat masalah dengan kita," kata Taehyung yang berusaha menenangkan kami bertiga.

Aku tidak paham dengan Taehyung yang terlihat mengerti dengan semua orang. Atau mungkin aku saja yang bodoh karena tidak peka atau pengertian atau semacamnya? Mungkin saja dia dekat dengan salah satu kakak kelas lalu sering bercerita tentang kehidupan di sekolah ini, juga bagiamana karakter dari siswa yang menonjol baik menonjol baiknya maupun buruknya. Tidak heran jika ia mengetahui banyak hal.

Tapi dipikir-pikir lagi, bukannya aku terlalu banyak berpikir? Sepertinya tidak penting aku penasaran kenapa Taehyung mengetahui banyak hal.

Tapi ini sedikit mencurigakan.

Tapi untuk apa aku curiga? Ah sudahlah. Aku anak kecil yang terlalu banyak pertanyaan. Sebaiknya aku memikirkan hal-hal yang perlu aku pikirkan saja. Seperti pelajaran.

Kami berempat sudah berada di bangku masing-masing.

Tepat sekali aku hendak membuka ponsel, seorang guru datang, sehingga aku membatalkan niatku bermain ponsel dan menaruhnya kembali ke dalam tas. Ia terlihat sangat berkharisma dengan ketampanan dan kehangatan yang dipancarkan dari wajahnya. Alhasil menimbulkan dengungan kecil di kelas kami. Ya, para yeoja mulai membicarakan guru tampan tersebut.

Tapi dilihat dari wajahnya, ia sudah pantas menikah atau kalau belum ya pasti sudah memiliki pacar atau calon istri.

"Annyeonghaseyeo," sapa guru tersebut kepada kami.

"Annyeonghaseyeo," balas kami dengan kompak. Sebenernya tidak kompak-kompak amat, karena tiba-tiba saja suara para yeoja sedikit dibuat-buat dengan lebih imut dan terkesan menjijikan.

"Chunun Cho Kyuhyun imnida. Aku adalah guru matematika di sekolah ini. Aku tahu sebagian besar tidak menyukai pelajaran ini, tapi aku percaya diri jika aku yang mengajar, selama lima menit saja kalian sudah suka dengan pelajaran ini. Dan kalian tidak akan khawatir dengan nilainya." Cho Sonsengnim terlihat percaya diri dan membuat kami berharap sesuai dengan harapan yang diberikan olehnya kepada kami.

Benar katanya, sebagian besar siswa maupun bukan siswa pasti tidak suka atau bahkan membenci matematika. Alasan setiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang menganggap matematika itu sulit karena memiliki banyak rumus —padahal fisika lebih banyak—, lalu memang ada orang yang tidak suka berhitung —ia lebih suka menghafal atau kemampuan bahasa—, dan lain-lainnya.

Dan aku tipe orang yang menyukai matematika. Lebih tepatnya semua yang berhubungan dengan pelajaran aku menyukainya. Seperti yang kalian tahu, aku adalah anak cerdas yang bisa menguasai semua pelajaran dengan mudah dan cepat lebih dari orang kebanyakan. Tidak heran jika nanti aku bisa menjadi juara kelas. Dan aku yakin hal itu. Haha, lagi-lagi aku sombong.

Itulah salah satu sifat jelekku. Sombong atau narsis.

"Sonsengnim?" Seseorang mengangkat tangannya hendak bertanya sesuatu kepada guru matematika tersebut.

"Ya?"

"Apa kau sudah memiliki seorang pacar?" Tanya gadis itu dengan malu-malu kucing. Lalu tangannya memainkan ujung rambutnya dengan centil.

Seketika suasana kelas menjadi tidak kondusif. Ada yang melontarkan ejekan bercanda, ada yang tertawa karena heran, dan ada juga yang kagum karena keberaniannya melontarkan pertanyaan barusan.

[FF BTS] SpecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang