4. Cho Ssaem dan Sungjae

609 80 0
                                    

Jeon Jungkook

"Ternyata membuat SIM untukmu yang masih dibawah umur sangat sulit, karena keamanan saat ini terlalu ketat. Jadi, tidak ada yang namanya motor-motoran. mulai besok kau naik bus setiap berangkat ke sekolah," keluh appa sambil menyetir mobilnya.

Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Walaupun appa memiliki banyak koneksi, tetapi membuat SIM tanpa menggunakan KTP sangat mustahil, apalagi umurku terpaut 6 tahun dari usia batas minimal membuat KTP dan SIM. Masih sangat jauh. Kecuali hanya terpaut 1 tahun, mungkin teman appa masih bisa mentoleransi. Tentu mereka yang dimintai kerja sama oleh appa tidak mau mengambil risiko, apalagi jika aku mengalami kecelakaan lalu lintas, pasti mereka-mereka yang terlibat dalam pembuatan SIM palsu juga akan mendapatkan sanksi.

"Kau sudah seharusnya menjadi anak yang mandiri. Jangan terus-terusan dimanja oleh orang tuamu. Lihat, banyak anak sekolah yang menaiki bus. Kau juga harus seperti itu," omelnya kepadaku.

Aku hanya diam. Diam bukan berarti aku sedang takut atau bosan karena sedang di ceramahi. Sialnya sekarang aku sedang kesal. Ya bagiamana tidak? Lagian siapa si yang ingin aku menaiki motor ketika berangkat sekolah? Dia sendiri kan? Bahkan aku tidak kepikiran sama sekali soal motor. Sejak awal aku mengira akan sama seperti anak-anak sekolah kebanyakan yang berangkat sekolah dengan bus.

Bukannya introspeksi diri, malah marah kepada anaknya yang tidak salah apa-apa.

Baru saja berangkat sekolah, aku sudah disuguhi omelan tidak bermutu. Dan parahnya, mampu membuat mood-ku hancur.

Akhirnya aku sampai di sekolah.

Aku sangat lega ketika mobil ayahku sudah melaju menjauh. Sangat sumpek rasanya di salahkan oleh orang yang sebenernya bersalah dan tidak mengakui kesalahannya karena gengsi. Ya, gengsi adalah salah satu sifat yang menyebalkan dari diri ayahku. Masih banyak kok sifat dirinya yang menyebalkan. Tapi maaf aku tidak ingin menceritakannya sekarang, terlalu malas dan tidak penting untuk dibahas.

Saat berjalan menyusuri koridor, entah kenapa aku merasa orang-orang sedang memperhatikanku.

Tetapi sepertinya dugaanku tidak salah, buktinya saat aku menoleh ke arah depan kanan dan menatap salah satu murid kelas 1-3, ia langsung memalingkan mukanya. Dan ia menunjukan ekspresi yang konyol, yaitu seperti sedang tertangkap basah telah melakukan kesalahan.

Ternyata benar, orang-orang sedang melihatku dan membicarakan ku dengan diam-diam namun sangat kentara hingga aku yang sedang dibicarakan pun merasakan hal tersebut.

Mereka kurang lihai dalam bidang membicarakan orang rupanya. Atau mereka sengaja?

Entahlah. Toh aku tidak peduli selagi mereka tidak mencelakai ku.

Aku berjalan memasuki ruang kelas yang ternyata teman-teman ku sedang mengerubungi bangku milik Jimin — si hacker sombong yang kurang ajar. Masa foto profil Line ku yang tadinya menampilkan fotoku yang terlibat sangat tampan itu tiba-tiba diganti oleh boneka Barbie yang ku akui memang cantik, namun jika diperhatikan terus-menerus lama-kelamaan jadi terlihat menakutkan seolah mata Barbie tersebut bisa bergerak.

"Jimin-ah.. Jebal..," pinta Seungcheol sambil berlutut di samping meja Jimin, lengkap dengan kedua telapak tangannya yang mengapit seperti sedang memohon maaf kepada seseorang karena telah melakukan kesalahan besar seperti telah merusak pot bunga kesayangan milik tetangga.

Ini sudah keterlaluan.

Pasalnya ia tidak hanya merubah foto profil kami menjadi boneka Barbie, tapi juga membuat kami tidak bisa mengendalikan akun masing-masing. Padahal seharusnya kami bisa dengan mudah mengganti foto profilnya, tetapi sekarang tidak. Kami bisa melakukan hal lain seperti mengirim pesan, telepon, dan mengupdate status, kecuali ya mengubah foto profil kami.

[FF BTS] SpecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang