PAGI ini adalah pagi yang sangat cerah. Padahal masih pukul tujuh, Tapi matahari sudah menampakan dirinya saja. Sinar matahari yang menelusup masuk ke dalam kamar Jennie membuat Jennie terbangun.
"Nghh, masih pukul 7 rupanya." Kata Jennie pada dirinya sendiri. Ia lalu berniat untuk melanjutkan tidurnya, namun urung karena dering telfon mengganggunya.
"Kusarankan menelfon satu jam lagi. Karena aku sedang mengantuk." Jennie yang malas membuka mata dan belum niat bangun itu akhirnya memutuskan telephonenya. Namun, baru saja Jennie menutup matanya, Telfonnya kembali berdering.
"Sudah kubil—"
"Pagi sayang." Kata seseorang disebrang sana membuat Jennie sadar sepenuhnya. Kantuknya hilang karena tau kalau yang menelfon itu adalah Taeyong.
"Ah, kau. Kukira siapa." Kata Jennie sambil mengucek - ngucek matanya. Jennie lebih terlihat lebih bersemangat dari biasanya, karena pada saat terbangun, ia disambut oleh suara kekasihnya.
"Efek rindu sih," kata Taeyong dengan nada menggoda. Sedangkan Jennie mendelikan matanya tetapi tersenyum.
"Aku sama sekali nggak ngerasain efeknya, tuh." Goda Jennie balik. Membuat Taeyong sedikit tertawa di sebrang sana.
"Ah iya, ada apa kau menelfonku pagi - pagi? Maaf ya, tadi ku reject. Soalnya masih ngantuk. Hehe" kata Jennie. Jennie lalu berdiri dan menuju meja riasnya. Ia mencepol asal rambutnya sehingga lehernya terekspos bebas.
"Reject? Tapi aku baru menelfonmu sekali." Ucap Taeyong bingung. Karena Taeyong memang baru menelfon Jennie sekali.
"Hah? Lalu tadi siapa?" Tanya Jennie ikut bingung.
"Selingkuhanmu, mungkin." Jawab Taeyong asal membuat Jennie kembali mendelik. Namun sekarang ia mendelik karena kesal.
"Aku tidak sedang bercanda, Tae. Sudahlah lupakan, kau sudah makan?" Tanya Jennie.
"Sudah setengah jam yang lalu. Hari ini aku ada pemotretan untuk persiapan comeback tiga minggu kedepan." Jelas Taeyong. Jennie hanya ber - oh ria lalu mulai memesan sarapannya dengan delivery sesuatu.
"Oh iya, kemarin kudengar kau tertangkap kamera dis—"
"Ekhm." Suara Taeyong terpotong karena Jennie berdeham. Jennie terdiam sebentar sebelum kembali melanjutkan perkataannya.
"Itu... hanya salah paham Tae, sebenarnya waktu itu dia hanya menawariku pulang bersama." Jelas Jennie sedikit gugup. Ia tidak enak menceritakan ini kepada Taeyong, tetapi bagaimanapun juga, Jennie harus menceritakannya agar tidak terjadi kesalah pahaman.
"Dia... menawarimu pulang?" Tanya Taeyong dengan suara berat. Terdengar nada kecewa di dalam nadanya itu.
"Hmm.. iya, ma—"
"Dan kau mau?" Tanya Taeyong sekali lagi membuat Jennie diam. Jennie tidak tahu lagi bagaimana cara menjelaskan yang baik sehingga Taeyong tidak salah paham dengannya.
"Kenapa tidak menelfonku?" Tanya Taeyong yang ketiga kalinya. Suaranya begitu mengintrogasi, membuat jantung Jennie dua kali berpacu lebih cepat.
"Kukira kau sibuk.. aku tidak mau merepotkanmu..." jawab Jennie. suara Jennie melemah. Sungguh ia takut kalau Taeyong benar - benar marah padanya.
"Maunya ngerepotin Kai aja nih?" Kata Taeyong, namun kali ini ada nada bercanda di dalamnya. Membuat ketakutan Jennie sedikit mereda, tapi belum hilang.
"Tid—sebentar..." Jennie tersenyum sebentar dan sengaja diam untuk beberapa waktu.
"Apa kau sedang cemburu??" Tanya Jennie dengan nada terkejut yang dibuat - buat. Padahal aslinya sedang jungkit - jungkit diatas kasur dengan wajah sumringah.
"A-apa? Te-tentu saja tidak!" Jawab Taeyong terbata. Membuat Jennie semakin bersemangat menggodanya.
"Ohiya? Kalau begitu lain kali aku akan meminta Kai lagi saja untuk menjemputku." Goda Jennie semakin menjadi - jadi.
"Terserah." Kata Taeyong singkat. Membuat aktivitas Jennie berhenti seketika. Jennie kembali serius.
"Tae, kau tidak marah kan?" Tanya Jennie serius. Ia sungguh tidak berniat membuat Taeyong sampai marah.
"Tidak. Aku hanya..." Taeyong sengaja menggantungkan kalimatnya. Membuat Jennie semakin takut - takut dan penasaran setengah mati.
"Hanya... apa?"
"Aku hanya sedang memikirkan rencana bagaimana cara menyingkirkan Kai darimu." Ucap Taeyong dibuat seserius mungkin.
"Hah? Hahaha.. kau, bisa saja." Kata Jennie sambil tertawa. Hari ini Jennie benar - benar senang. Karena selain dapat hiburan di pagi hari, ia juga mendapatkan fakta kalau kekasihnya itu tidak pencemburu.
"Hehe, Tapi aku bisa saja serius jika dia benar - benar mengambil Jennieku." Ucap Taeyong sengaja menekankan pada kalimat "Jennienya" itu.
Percaya atau tidak, tetapi itu sukses membuat pipi Jennie memerah. Sikap Taeyong yang terkadang terlalu posessive membuat Jennie terkadang merasa kalau dirinya selalu diperhatikan. Jennie suka itu.
"Apa ap—"
Drrttt
Tiba - tiba saja nomor tidak dikenal muncul dilayar Jennie. Namun hanya missed call yang ia dapatkan. Penasaran, Jennie segera mengakhiri percakapan dengan Taeyong-nya itu untuk menelfon balik nomor togel itu.
"Tae, sudah dulu ya. Aku mau mandi, sampai nanti." Akhir Jennie lalu mematikan sambungan setelah Taeyong mengizinkan. Jennie lalu segera beralih ke riwayat telfonnya. Disana tertera nomor yang belum ia save, yang baru saja tadi menelfonnya, tetapi tidak bisa karena Jennie sedang berada di panggilan lain.
"Ini tidak mungkin sasaeng kan? Aku sudah mengganti nomor kemarin." Gumam Jennie karena ia takut kalau yang tadi menelfonnya itu sasaengnya. Seperti dua hari kemarin, ia mendapat telfon dari sasaengnya yang meminta Jennie datang ke suatu tempat sendiri. Tentu saja Jennie menolak dan segera memblokir nomor itu. Tetapi pintarnya, sang fanboy fanatik itu terus saja menelfon dengan nomor lain. Itu akhirnya membuat Jennie menyerah dan segera membuang nomor lamanya. Ia lalu mengganti ke nomor baru.
"Kucoba saja dulu kali ya.." gumam Jennie sekali lagi lalu mencoba menelfon nomor tak dikenal itu.
Satu menit...
Dua menit....
"Kau sudah bangun?" Terdengar suara lelaki di sebrang sana mengejutkan Jennie. Baru saja Jennie hendak mematikan telfonnya, tetapi lelaki disana kembali melanjutkan ucapannya.
"Ah, aku Kai. Maaf mengganggumu pagi - pagi." Kalimat itu sukses membuat Jennie urung mematikan sambungannya. Jennie lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan Kai.
"Oh, Kai. Kukira kau sasaeng yang dua hari lalu menerorku." Ucap Jennie tak sengaja memberi tahu Kai perihal kejadian yang dua hari lalu terjadi.
"Hah? Menerormu?" -Kai
"Ah tidak, lupakan. Ada apa kau menelfon pagi - pagi?" Tanya Jennie berusaha mengalihkan perhatian.
"Hanya ingin membicarakan hubungan kita ya—"
"Kesalah pahaman." Potong Jennie.
"Iya?"
"Bukan hubungan, tapi kesalahpahaman." Koreksi Jennie sekali lagi. Bukannya apa - apa tetapi Jennie tidak nyaman saja ketika lelaki lain menyebut 'hubungan' dengannya.
"Ah iya, maksudnya kesalahpahaman kita kemarin." Kata Kai dengan nada kikuk. Sedangkan Jennie hanya diam menunggu Kai melanjutkan kalimatnya.
"Emm, hari ini kita bisa bertemu?" Tanya Kai yang tentu saja membuat Jennie terkejut. Apa Kai baru saja mengajaknya bertemu?
"Hyung, kau dipanggil pak Lee diruangannya." Ucap seseorang disebrang. Kalau didengar dari suaranya, tentu saja itu Sehun. Karena suara yang berat dan serak sudah menjadi khasnya yang membedakan diri dari orang lain.
"Temui aku pukul 11 di Cafee dekat kantorku, jika kau mau. Aku ada urusan sebentar, sampai nanti." Ucap Kai lalu mematikan sambungannya tanpa menanyakan dulu pada Jennie apakah dia mau atau tidak.
"Apa ini? Haruskah aku menemuinya?"
Tbc.