"Jodoh itu misteri tuhan, tidak ada yang tahu dan dapat menebaknya. Tugas kita saat ini adalah memperbaiki diri. Percayalah, bahwa perempuan yang baik akan dipersatukan dengan laki-laki yang baik,begitupun sebaliknya."
"Nak Khansa udah siap?", aku yang baru tersadar dari lamunan panjang seketika terkejut dengan sentuhan lembut bunda di bahuku. "Oh bunda, inshaAllah Khansaa siap bun",jawab ku dengan perasaan tak menentu.
Antara deg-degan,senang,sedih,
semuanya bercampur menjadi satu."Yaudah hayukk pengantin laki-laki udah menunggu kamu di lantai bawah lho", ucap bunda dengan senyuman yang terus mengembang.
Kemudian akupun berdiri dan berjalan disamping bunda menuruni anak tangga. Tanganku erat sekali memegang tangan nya.
Entah kenapa rasanya aku tidak ingin berpisah dari perempuan yang sudah merawat dan mendidik ku sejak kecil ini.
"Ya Allah kuatkan Khansa, ikhlaskan hati Khansa untuk bisa menerima semua ketetapan Mu", kataku dalam hati.
Kemudian dari jarak yang tidak terlalu jauh aku sudah dapat melihat nya, seorang laki-laki yang sudah sah menjadi suamiku saat ini. Senyumnya sangat menyejukkan, wajahnya teduh karena selalu tersiram air wudhu.
Di bawah sana juga sudah banyak tamu undangan yang tengah menanti kehadiranku tak terkecuali ayah dan orangtua mempelai laki-laki, tatapan mereka kini tengah mengarah padaku yang sedang menuruni tangga bersama bunda.
Yaampun,aku malu menjadi sorotan. Aku hanya mampu menunduk dan mempererat pegangan pada tangan bunda. Seolah mengerti, bunda pun mengusap ngusap punggung tanganku sembari menenangkan.
"Bunda tahu perasaan Khansa. Pasti deg-degan kan?,udah tenang aja, bismillah" bisik bunda di telingaku tepat saat kita sudah menuruni anak tangga terakhir.
Kemudian dengan kode mata dari bunda akupun berjalan dan duduk disamping laki-laki yang bahkan aku belum yakin sepenuhnya bahwa dia lha yang mengikrarkan janji suci beberapa menit yang lalu dan kini telah 'sah' menjadi suamiku
Setelah aku duduk tepat disampingnya, ia pun memberikan tangannya untuk aku salami dengan senyumnya yang manis sekali.
Aku tak sanggup menatapnya, aku sungguh tak sanggup. Rasanya air mata yang telah berada di pelupuk mata ini tak mampu lagi ku bendung. Sembari mencium tangan nya aku menangis, menumpahkan segala perasaanku yang tak menentu. Aku tak peduli dengan reaksinya maupun para tamu undangan.
Aku hanya terus menjerit dalam hati. aku takut ya Tuhan, ketika separuh hatiku masih membekas bersama orang lain, tetapi disini sudah ada seseorang yang Engkau persatukan denganku, dan itu bukan dia yang kuharapkan.
Iya, karena bagiku suamiku terlalu sempurna untukku yang penuh dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khansa
Teen FictionSiapa sangka seorang Khansa, primadona SMAN Harapan Bangsa yang sering bergonta- ganti pacar hanya untuk kesenangan belaka pernah menderita karena seorang laki-laki yang ia cintai di masa lalu. Bahkan bohong sekali bila Khansa mengatakan perasaan it...