16.37 a.m
Angin terus berhembus tanpa henti, seperti tak mau kalah dengan rasa kesal ku yang terus membujuk ku agar melakukan hal yang akan ku sesali nantinya.Aku berdiri di bawah pohon, bersama dengan emosi yang masih setia menemani, perlahan air mata mulai membasahi kedua pipiku, genggaman tangan ku juga tak kalah.
Bukan ini, bukan seperti ini yang ku mau.
Ingin ku balas perbuatannya, ingin ku bekam mulutnya.Puk!
Perhatian ku tertuju pada bola yang memggelinding menyentuh kaki ku.
"Maaf maaf"
Seorang pria bertubuh tinggi, berlari kecil ke arah ku. Matanya menatap bingung ke arah ku, melihat kedua pipi ku yang basah tersiram air mata.
"Kamu gapapa?" Tanya pria bertubuh tinggi itu.
"Gapapa" aku menunduk, mengambil bola yang berada tepat di kaki ku dan mengembalikannya kepada sang pemilik.
"Hm yaudah, sekali lagi maaf ya... dan makasih" garis lengkung terlukis di wajahnya. Pria bertubuh tinggi itupun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sebentar. Ia sepertinya sedang melatih kebugaran bersama kelompok olahraga yang terlihat sudah mulai letih.
Aku memutuskan kembali pulang karna matahari sudah semakin bosan menemani ku yang tak kunjung selesai membereskan semua masalah yang mengantri untuk diselesaikan.
Selesai aku mengganti baju ke baju yang lebih nyaman, aku mulai kembali menyibukkan diri di dapur, membuat kue kering untuk cemilan. Aku mulai membongkar lemari dapur mencari bahan bahan kue, menimbang sesuai takaran, hingga mengocok adonan. Aku tinggal di rumah bersama kedua orang tuaku, seorang adik laki-laki dan seorang kakak perempuan. Kedua orang tuaku sibuk memancing rezeki yang tak kunjung cukup, adik ku masih duduk di bangku kelas 3 SMP dan kakak perempuanku sudah kuliah semester 6. Sedangkan aku, baru saja memulai pertualangan ku di kehidupan perkuliahan, semester 2.
Ting!
Suara panggilan yang menandakan bahwa kue kering ku sudah tak sabar ingin keluar dari kandang oven membuyarkan lamunanku. Aku segera menuruti keinginan kue kering ku. Aroma kue tersebar keseluruh rumah. Membuat seluruh penghuni rumah berlarian kecil ke dapur untuk menjawab teka teki dari hidungnya.
"Kakak masak apa tuu?" Goda adikku.
Aku masih melanjutkan pekerjaanku menyusun kue kering dalam toples, menghiraukan godaan Haritz, adikku.
"Macem enak jee" sambung kakakku, Haura.
"Nanti ya kalo ada kue yang lebih" jawab ku seadanya masih dengan tangan yang asik menyusun kue.
"Uh gak asik ah" melas haritz.
Haritz dan kak Haura masih menonton sambil berharap toples itu menjadi kecil sehingga ada sisa kue untuk mereka. Padahal kue kering ini juga nantinya buat cemilan mereka, hanya saja lebih seru kalau makannya bareng Papah dan Mamah saat weekend besok. Papah dan Mamah sudah berjanji meluangkan waktu untuk duduk bersama kami sambil menonton film keluarga.
"Mau?" Aku menyodorkan satu loyang kue kering yang lebih dan beberapa ada yang pecah.
"Mauu" sorak Haritz dan kak Haura kompak, raut wajah mereka yang senang karna penantian mereka berakhir dan tak sia-sia membuatku tersenyum riang.
Dengan adilnya Haritz membagikan porsi untuk dirinya sendiri dan untuk kak Haura, mereka makan dengan lahapa, aku terus menonton pertunjukan makan mereka yang membuatku selalu ingin terus membuat kue hingga melihat raut wajah mereka seperti ini lagi.
Ting Tong!
Bel pintu rumah berbunyi menandakan ada seorang tamu yang hendak berkunjung mengalihkan perhatianku,
"Biar Hannah aja yang buka" aku bangun dari kursi penonton dan berjalan cepat kearah pintu depan. Dengan sigap aku membuka pintu dan melihat seorang pria yang tentu saja aku kenali berdiri di ambang pintu.
"Hannah" panggilnya lembut.
"Kenapa? Kenapa kau kesini lagi" getirku, melihat sosok pria ini lagi membuatku kembali muak dan emosi yang baru saja pulang kembali datang dengan cepat seperti ada tombol otomatis dalam diriku.
"Biarkan aku menjelaskan semuanya" mohonnya.
Bersambung...
—————
Ada apa ya dengan Hannah? Siapa pria yang datang kerumah Hannah yaa? Apa yang ingin dijelaskan pria itu kepada Hannah ya?Terus baca cerita Pick Up Happiness untuk menegetahui jawabannya yaa ><
Update: every Sunday
Hai, Untuk kesekian kalinya Sausan mencoba menulis lagi nii, tapi Sausan tetap butuh kritik dan saran readers ni, bisa comment apa yang kurang atau ada opini yang membangun yaa.
Dann jangan lupa vote-nya yaa :)
-Sausan-
![](https://img.wattpad.com/cover/178761972-288-k211524.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Up Happiness
Non-FictionBukan kita yang tak bisa disatukan karena perbedaan yang kita miliki, namun kamu yang tak ingin berjuang untuk mempersatukan. Sesulit itukah? Jangan banyak tingkah. Tanyakan pada hatimu, Apakah kau sedang memperjuangkannya atau kau sedang membu...