OO2

22K 2.8K 106
                                    

"Bagaimana? Apakah semuanya baik-baik saja?"

Jeno melengos berjalan melewati Hwang Hyunjin—satu batang rokok yang tadinya berada di tangan laki-laki itu sekarang beralih ke tangannya. Pantatnya lalu dihempaskan ke atas kursi panjang. Melirik ke arah orang di samping, Jeno dengan jahil menghembuskan asap dari tembakau yang dia hisap ke wajah Eric yang tengah sibuk memainkan game online di ponsel nya.

"Terkendali." jawab nya setenang mungkin.

"Bajingan!"

Eric Sohn—pria yang memiliki fitur wajah yang tidak jauh berbeda dengan Jeno itu mendengus, dengan segera menggeser duduknya menjauh dari sebelah Jeno.

"Apa kali ini?" Hyunjin kembali bertanya setelah menyulut batang rokoknya yang baru.

"Sesuatu yang indah dan mahal?" Jeno terkekeh sendiri.

Hyunjin pada akhirnya hanya menggeleng maklum; sudah tidak heran lagi.

"Bukankah semua nya terlalu tiba-tiba? Bagaimana bisa kau menikahi orang yang bahkan tidak kau kenali?" Ternyata topik tentang perjodohan Jeno juga berhasil menarik perhatian satu temannya yang lain—Choi Bomin.

Semua mata kini kembali mengarah pada Jeno dan laki-laki itu hanya mengendikkan bahunya sebagai reaksi,"Ini mungkin gila kedengarannya, tapi Bubu membuat perjanjian dengan teman semasa sekolah nya dulu."

Semuanya kini manggut-manggut mencoba untuk mengerti.

"Omong-omong Jeno… " Hyunjin tiba-tiba saja menyeringai,"Bagaimana, apakah dia cantik?" lelaki sipit itu menarik turun kan alis nya.

Jeno mendengus, sudah hafal luar kepala bagaimana gelagat temannya yang satu ini. Dia mengangguk cepat. Tidak berusaha untuk menyangkal ketika kepala nya otomatis memikirkan wajah Nana.

Ketiga temannya lantas bersorak dan tentu saja Hyunjin adalah orang yang paling nyaring.

"Lalu bagaimana rasanya?"

"Apa?"

"Ah tidak perlu berputar-putar, dia belum pernah di sentuh bukan?"

"Ya! Apa yang kau bicarakan!?"

Mendapati reaksi Jeno yang nampak kesal, Hyunjin lagi-lagi terkekeh, semakin sengaja untuk memanas-manasi,"Oh, apakah belum?"

Jeno menghela kasar. Sadar akan emosi nya sendiri, dia kini berusaha menekannya,"Aku. tidak. sepertimu!" lugasnya.

Tawa kini meledak di antaranya. Kali ini giliran wajah Hyunjin yang pias.

"Lalu—sepertinya pizza dan beberapa kaleng bir tidak buruk juga malam ini."

—★

Jeno melangkah ke arah kamar yang kini telah jadi milik seseorang dengan paras yang cantik sejak kemarin malam. Jeno akui iya, dia pangling ketika untuk pertama kali Taeyong membawa nya menemui lelaki yang akan menikah dengan nya itu.

Paras nya sungguh cantik, benar-benar sempurna mungkin. Tapi Jeno belum pernah menatap Nana untuk mengagumi apa ada nya lelaki itu. Tutur kata nya, sikap nya. Jadi, apa yang membuat Jeno begitu susah untuk membuka hatinya?

Pertama, bagaimana pun juga pria itu adalah orang asing meskipun Taeyong mengatakan bahwa mereka pernah bertemu di waktu kecil tetap saja Jeno sudah tidak punya ingatan itu lagi. Kedua, dia menyukai kehidupan nya yang bebas sekarang. Lantas bagaimana semuanya bisa berantakan dalam kurun waktu sebentar. Jeno bahkan masih ingat dengan jelas makan malam waktu itu—sang Ayah tiba-tiba saja memberitahukan perjanjian perjodohan yang menurut nya sangat tidak masuk akal. Dan terakhir, dia sudah punya kekasih. Walaupun hanya untuk bersenang-senang.

When I Married UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang