O1O

20.3K 2.4K 99
                                    

Terdengar aneh bagaimana bisa hari-hari selanjutnya benar-benar mereka habiskan layak nya seorang teman. Bertingkah seolah kedua nya saat ini hanya sedang terjebak untuk menjadi roomate yang tengah berbagi tempat tinggal saja.

Suasana nya memang sudah banyak berubah, seperti kedua nya yang mungkin lebih banyak menghabiskan waktu bersama, seperti membersihkan apartemen di akhir pekan, memasak makan malam berdua, atau yang paling penting Jeno tidak lagi menurunkan Nana di halte bus ketika kedua nya berangkat di mobil yang sama.

Bagaimana Nana?

Tidak usah di tanya, ia sedang berusaha melawan hati nya. Bagaimana pun juga tidak akan pernah ada yang merasa cukup hanya dianggap sebatas teman bagi seseorang yang jatuh cinta.

Iya, Nana mengakui nya. Jeno sudah berhasil memenangkan hati nya.

Menikmati debar dan semburat merah yang merekah di pipi nya ketika tanpa sadar perlakuan Jeno terasa manis untuk nya.

Namun Nana bisa apa, ia kini hanya ingin menikmati waktu, merekam setiap moment yang ia lewati bersama Jeno.

Menamai folder nya sebagai sebuah kenangan ketika ia pernah menjadi seorang suami bagi Jung Jeno.

Hanya tinggal tujuh bulan lagi semua nya selesai, waktu yang ia yakini akan begitu cepat berlalu bagi nya.

—★

"Besok kau ada janji lagi dengan Hyunjin?"

"Ya? Ah, iya""

"Jangan mudah percaya… "

"Apa?" Nana menoleh, menatap Jeno yang saat ini sedang memandang lurus ke arah televisi yang tengah menayangkan sebuah drama.

Merasa di perhatikan, Jeno pun ikut menoleh membalas tatapan Nana.

"Jangan suka pada nya."

"Siapa?"

"Kau. Jangan suka pada nya."

"Kata siapa?"

Jeno mengernyit, merasa sedikit tidak asing dengan percakapan ini.

Nana menggigit bibir nya, segera saja melarikan pandang nya ke depan. Dalam hati merutuki diri nya sendiri untuk tidak memulai percakapan seputar perasaan lagi.

"Jangan menebak sembarangan. Kau bukan aku."ujar nya sembari terkekeh yang kemudian Jeno ketahui bahwa ternyata lelaki manis itu sengaja.

"Lalu?"

Nana melirik Jeno sekilas, lelaki itu malah memandangi nya lekat.

"Lalu apa?" Nana berusaha untuk tidak terlihat peduli pada pembicaraan yang tiba-tiba saja terdengar serius diantara kedua nya.

Menelan saliva, Nana memberanikan diri untuk membalas tatapan Jeno lagi, pun wajah yang berusaha ia buat sebiasa mungkin." Tenang saja, lagipula itu bukan berarti aku punya perasaan terhadap mu."

Pembohong. Benar-benar pembohong yang handal.

Kedua nya lantas sama-sama melarikan pandang. Kemana saja asal tidak saling bertatapan lagi.

When I Married UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang