O2O

18K 1.9K 41
                                    

Betapa helaan nafas lega itu tidak berhenti terdengar kala mobil hitam yang dikemudikan Jeno memasuki kawasan kota tempat nya di besar kan.

Senyum cantik nya lagi-lagi di tarik sempurna seperti lengkung pelangi di ujung sana.

Healing terbaik menurut nya adalah pulang ke rumah seperti yang ia kira, dan benar saja hati nya perlahan menghangat lagi seperti semula.

Memang pada awal nya Jeno menyarankan untuk pergi berlibur ke suatu tempat dengan nya. Ah, Honeymoon maksud nya. sekaligus melepas segala beban penat di pikiran setelah apa yang sudah mereka lewati selama ini.

Namun Nana menolak, dengan keinginan kuat untuk pulang saja. Tanpa pernah tahu bahwa keputusan nya itu akan menjadi boomerang besar untuk nya.

Melangkah turun, menatap bangunan kayu di depan nya. Namun satu yang lebih membuat nya tertarik saat ini adalah keberadaan mobil lain di sana.

"Siapa "

Nana mengendik kan bahu nya. Dia saja tidak tahu apalagi Jeno.

"Nana!"

Lelaki manis itu menoleh ke belakang tatkala suara ribut dari luar pagar menyapa telinga nya. Terlihat, dua orang wanita paruh baya dengan keranjang sayur di masing-masing tangan nya. Nana kenal, itu bibi Han dan bibi Kim. Lantas saja Nana berjalan menghampiri lalu menundukkan tubuh nya memberi salam.

"Ah kau akhirnya pulang juga. Kami pikir rumah ini sudah di jual semenjak kalian berdua menikah."

Nana tersenyum canggung menanggapi, menoleh sejenak ke arah Jeno yang juga berjalan ke arah nya. Lelaki itu lalu memberi salam dengan menundukkan tubuh nya.

"Jadi ini suami mu? Aduh tampan nya. Kalian berdua beruntung sekali ya bisa punya takdir yang baik sehingga mendapatkan suami yang tampan-tampan."

Nana terkekeh pelan, mulai cemas pada arah pembicaraan. Apalagi raut wajah Jeno yang mulai terlihat tidak paham tertuju kepada nya."Ah iya bibi. Terima kasih."

"Orang tua kalian berdua di atas sana pasti senang sekali, apalagi Renjun sudah hamil kan, ya?"

"Ya?"

Wanita yang di sapa dengan sebutan Bibi kim itu mengerjap,"Jadi kau tidak tahu. Renjun dan suami nya juga pulang ke rumah dua hari yang lalu, kami pikir kalian memang berencana untuk berkumpul bersama."

Jadi mobil itu milik Guanlin? Bagaimana ini, Nana benar-benar tidak tahu. Melirik ke arah Jeno yang juga tengah menatap nya. Jadi, berapa banyak kebohongan lagi yang harus ia katakan.

—★

Tidak ada jalan lain lagi selain masuk ke dalam rumah sesuai rencana awal, menginap untuk beberapa hari kedepan. Karena tidak akan sangat mungkin jika Nana tiba-tiba saja mengajak lelaki itu untuk pulang.

Renjun bahkan Guanlin juga sama terkejut nya ketika menemukan keberadaannya dan Jeno di depan rumah.

"Kau sudah seperti saudara dengan nya?"

"Ya?"

"Ah iya. Kita sudah seperti saudara, benar.." Nana tertawa kecil menutupi kegugupan nya. Mata nya kini mengawasi sosok Jeno yang berjalan mengitari ruang kamar milik nya.

"Sayang.. " Tungkai nya lalu berhenti di depan sebuah bingkai foto anak kecil yang tengah tersenyum memamerkan seluruh gigi kelinci nya.

"Kau.. tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari ku kan?"

Nana bungkam, meresapi bagaimana jantung nya berdetak cemas di dalam sana. Foto itu, Jeno mengangkat nya lebih dekat untuk dilihat.

"A-apa maksud mu?"

When I Married UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang