"Hei kau tidak apa-apa?"
Hari ini adalah hari Senin dan saat ini upacara sedang berlangsung, beberapa hari lagi bulan Febuari akan berganti menjadi bulan Maret. Dan sekarang saat upacara sedang berlangsung aku mengalami sakit kepala hebat entah karena apa aku juga bingung. Ah! Pasti karena kemarin saat kami pulang dari pantai aku dan Gaara-senpai kehujanan, apa karena itu ya? Memang sejak pagi aku sudah merasa sedikit tidak enak badan tapi karena hari ini ada ulangan Sejarah maka aku memutuskan untuk datang ke sekolah, aku tidak mau mengikuti ulangan susulan sendirian. Ulangan sendiri itu tidak enak, karena tidak bisa menyontek jawaban orang lain saat dirimu tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang berada di soal."Aku tidak apa-apa Ino, hanya sedkit pusing."
Aku dan Ini berada dibarisan paling depan sedangkan Hinata berada dibarisan kedua tepatnya dia berada di belakangnya Ino."Pergilah ke UKS tidak usah menjadi sok kuat seperti itu."
Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan tajam Hinata. Aku segera mundur dari barisan lalu menuju ke UKS bersama seorang siswa yang memang telah ditugaskan untuk menjaga barisan. UKS berada tepat didepan tiang bendera jadi saat aku dan Menma (itu yang kubaca dari name tagnya) ke UKS kami melewati seluruh barisan yang berada dilapangan.Di UKS aku langsung berbaring lalu Menma memberikan minyak kayu putih dia menyuruhku untuk mengolesnya dibagian perut kemudian setelah itu dia langsung pergi untuk kembali menjaga barisan.
Sudah satu jam lamanya aku berada disini, aku tiba-tiba mendengar suara pintu UKS yang terbuka mungkin itu Ino atau Hinata. Orang itu mendekat kearahku lalu dia mengusap dengan lembut lengan kananku, lalu aku merasakan ada sebuah telapak tangan besar yang menyentuh dahiku. Ini bukan telapak tangan perempuan, berarti orang ini adalah laki-laki. Aku membuka mataku yang sedari tadi terpejam, kepalaku terasa berat jadi sedari tadi aku memejamkan mataku. Saat mataku terbuka hal pertama yang kulihat adalah tatapan khawatir dari Gaara-senpai, aku juga tidak menyangka kalau Gaara-senpai yang datang disini untuk melihatku.
"Apa aku membangunkanmu?"
"Tidak, tadi aku hanya memejamkan mataku saja."
Kulihat dia terkekeh mendengar aku berbicara seperti itu. Apa yang lucu coba dari kata-kataku? Aku hanya membicarakan sebuah fakta disini."Apa ini karena kita pulang kehujanan kemarin?"
"Mungkin."
"Aku minta maaf seharusnya kita berteduh dulu. Bukannya malah menerjang hujan dengan alasan agar cepat sampai."
"Tidak apa-apa."
Kami terdiam selama beberapa menit. Gaara-senpai terus menatapku dengan tatapan khawatir dan rasa bersalah, aku jadi tidak enak padanya. Kemudian tatapannya beralih ke tanganku yang sedang menggenggam minyak kayu putih."Kau sudah mengolesnya diperut?"
Aku hanya mengangguk menanggapinya. Gaara-senpai mengambil minyak kayu putih itu dari tanganku, dia kemudian mengoleskannya di jari-jari dan tanganku lalu setelah itu memijatnya perlahan. Bahkan disaat-saat seperti ini dia bisa melakukan hal-hal yang romantis, walaupun kami tidak memiliki hubungan apapun."Dari siapa Gaara-senpai tahu aku disini?"
Aku bertanya padanya sementara Gaara-senpai terus memijat tanganku. Pertama tangan kananku kedua tangan kiriku. Terus-menerus diulang seperti itu."Aku melihatmu tadi saat upacara berjalan ke UKS."
"Oh."
"Pulang yah, demammu tinggi sebaiknya kau istirahat saja dirumah."
"Hari ini ada ulangan Sejarah, aku tidak mau mengikuti ulangan susulan sendirian, itu tidak enak."
"Kapan pelajaran Sejarah?"
"Jam terkahir."
"Itu lama sekali. Pulang saja ya?"
Gaara-senpai benar aku tidak bisa lagi menahan rasa sakit di kepalaku apalagi sekarang perutku juga mulai ikut-ikutan sakit dan rasanya aku ingin muntah. Jadi, aku mengiyakan ajakannya. Soal ulangan itu bisa dipikirakan nanti, mungkin nanti aku akan meminta Hinata atau Ino atau Shion atau siapapun untuk menemaniku ulangan susulan."Aku akan ambil tasmu didalam kelas. Biar aku yang mengantarmu pulang. Dan tidak ada bantahan."
Lagi dan lagi aku hanya bisa mengangguk saat Gaara-senpai mulai berlari menuju kelasku untuk mengambil tas dan buku-buku yang berada di laci meja milikku. Besok pasti Hinata dan Ino akan mulai bertanya tentang kejadian hari ini dan sepertinya aku harus menyiapkan tenaga untuk menceritakan segalanya karena aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari mereka berdua terlebih Hinata.Lama aku menunggu Gaara-senpai mengambil tasku. Aku sudah dalam posisi duduk di ranjang UKS menunggu kedatangan Gaara-senpai. Sampai akhirnya aku melihat Gaara-senpai datang dengan membawa tas coklat muda milikku dan kulihat juga sebuah jaket hitam yang tersampir dibahu kirinya.
"Maaf lama, tadi guru yang mengajar di kelasmu masih bertanya tentang banyak hal, lalu setelah itu aku juga menyiapkan motor. Sekarang ayo kita pulang.""Tidak apa-apa."
"Tasmu biar aku yang pegang dan pakai ini. Ini bisa menghangatkan tubuhmu."
Gaara-senpai memberikan jaket berwarna hitam yang tadinya berada dibahu kirinya. Oh Tuhah sanggupkah aku mencampakkan laki-laki didepanku ini disaat nanti aku tidak membutuhkannya lagi? Dia terlalu baik untuk diriku. Gaara-senpai lalu menuntunku sampai disamping motor miliknya, dia dengan cepat menyalakan motornya lalu aku naik diatas motornya dengan sangat perlahan. Aku sudah tidak memiliki tenaga lagi. Bahkan saat Gaara-senpai bertanya apakah aku siap atau tidak. Aku hanya terdiam. Memejamkan mataku dan bersandar dibahu tegap milik Gaara-senpai, menghirup wangi parfum miliknya yang berada di baju sekolah dan jaketnya yang saat ini sedang kukenakan. Dia benar-benar tulus mencintaiku. Dan aku menyadari hal itu.