Hevelin, gadis cantik berusia 13 tahun yang bersekolah di SMP Swasta Jevjin Jakarta. Ia termasuk anak yang berpestasi di kelasnya, maupun dalam lingkup sekolah.
"Membosankan sekali hari ini, lebih baik aku menggambar saja," Hevelin membanting tubuhnya ke kasur.
"Kakak, tolong aku. Aaah.. awas ada Kak Perlinda," seru Mifa sambil berlari-lari dan kemudian menarik tangan Hevelin yang sedang menggambar.
"Aduh... kalo mau bermain jangan di kamarku. Kalian kan punya kamar sendiri. Tuh lihatlah! Gambarku jadi berantakan gara-gara kalian. Dasar menyebalkan!", bentak Hevelin. Kedua adiknya yang bernama Perlinda dan Mifa hanya terdiam menunduk dan takut. Kedua adiknya pun keluar dari kamar Hevelin.
Hevelin membiarkan tubuhnya tenggelam dalam kasurnya yang nyaman. Ia pun tertidur dan membiarkan kertas gambarnya tergeletak di samping bantalnya.
Huaaahh... Hevelin menguap sambil mengangkat kedua tangannya. Badannya pun mengulat begitu lentur dan direnggangkan otot-otot tubuhnya. Kemudian Hevelin memandang ke arah wekernya. Jarum pendek menunjuk ke arah antara angka empat dan lima, sedangkan jarum panjang menunjukan angka lima.
"Astaga, sudah setengah lima, aku harus mandi," Hevelin berlari-lari kecil menuju kamar mandinya yang masih terletak di dalam kamar tidurnya.
Setelah mandi, Hevelin segera berpakaian. Ia memakai dress berwarna cokelat selutut.
Roknya mengembang dari bagian pinggangnya sampai bawah. Di bagian tengah terdapat pita besar. Rambutnya yang bewarna coklat tua diikat kecil. Bagian rambut yang paling pinggir di bagian kanan dan kirinya disatukan dan diikat memakai ikat rambut kesayangannya. Alis berbentuk bulan sabit, mata bulat, hidung mancung, bibir mungil, gigi putih yang rapi, pipi merah merona, dan wajah yang ceria, membuat Hevelin terlihat begitu cantik.
Hevelin keluar dari kamarnya kemudian mengintip ke dalam kamar Mifa dan Perlinda. Dilihatnya ada ibu yang sedang memakaikan pakaian Mifa. Hevelin duduk di atas ranjang.
"Perlinda dimana bu?" tanya Hevelin.
"Seperti biasa, ke taman. Dia sudah duluan," jawab ibu sambil sibuk mencari bedak Mifa.
"Ibu, bajuku terbalik tahu..," seru Mifa.
"Oh iya, kau benar," kata ibu dengan malu. Mifa mengenakan kaos putih polos yang dilapisi kemeja gantung yang seluruh kancingnya dibuka dan juga celana pendek bewarna hitam.
"Baiklah aku akan kesana membawa sepedaku," ujar Hevelin sambil membuka pintu kamar Mifa karena ingin keluar.
"Tunggu kak... Aku ingin ikut," teriak Mifa dari dalam kamarnya.
Hevelin menaiki sepeda dengan roknya. Sedangkan Mifa menaiki sepeda yang joke-nya setinggi pinggangnya. Mereka mengayuh pedal sepedanya dengan santai.
Sesampainya di taman, Hevelin dan Mifa menaruh sepedanya di tempat parkir. Hevelin melihat sebuah sepeda berkeranjang hitam yang tampak kuno dan sudah rapuh.
"Astaga, sepeda butut siapa ini?", tanya Hevelin pada Mifa. Mifa hanya mengangkat bahu. Seorang wanita manis menengok ke arah Hevelin dan menatap tajam. Wanita manis itu tampak seperti penyihir.
"Hai anak - anak... Kalian cantik sekali seperti ibu kalian. Tapi kalian juga benar-benar mirip dengan ayah kalian. Baju kalian sangat lucu seperti yang memakainya. Aduh, kalian sangat menganggumkan," ucap seorang wanita tua kepada Hevelin dan adiknya.
"Terima kasih Bi!", balas Hevelin lembut. Tiba - tiba Perlinda datang dengan rok selutut dan baju berlengan sebahu bewarna ungu yang ada tudungnya. Ia memaki bando merah muda polos.
"Hai Bi! Apa kabar?", kata Perlinda sopan.
"Wah ada Perlinda juga, tapi tampaknya kurang satu. Hmm.. aku baru ingat Tifa kembarannya Mifa, ia sedang ikut ayah kalian ke rumah nenek ya?", seru Bibi Hesi lagi. Mereka mengangguk sambil tersenyum.
Orang-orang di taman itu sudah tidak asing lagi wajahnya bagi mereka dan beberapa dari orang-orang itu bahkan sudah kenal dengan mereka tapi kali ini mereka merasa asing dengan wanita manis yang menatap Hevelin tajam di tempat parkir tadi.
Wanita itu memakai gaun hitam besar dan topi penyihir bewarna hitam putih. Rambutnya di bagian atasnya lurus dan semakin ke bawah bergelombang. Rambutnya yang pirang dan terlihat sangat lembut membuatnya begitu cantik.
"Kakak tahu tidak, wanita manis yang seperti penyihir tinggal di rumah hitam, seram, dan kuno. Kau tahu kan? Rumah itu terletak di ujung jalan," seru Perlinda.
"Dia tampak sangat cantik walaupun berwajah seram seperti penyihir tingkat tinggi yang sombong dan kesepian," tukas Mifa sambil memandang wanita manis itu.
"Menurutku dia tidak cantik. Yah.. kuakui dia memang manis, tapi sedikit," balas Hevelin sambil berjalan menuju kursi besar pinggir kolam yang diikuti oleh adik-adiknya.
"Pakaian, gaya, bahkan jika itu memang benar rumahnya, rumahnya benar-benar seperti rumah penyihir. Apakah dia seorang penyihir?", tanya Hevelin pada kedua adiknya.
"Menurutku mungkin saja benar, itu masuk akalkan?, tukas Mifa.
Makasih yang udah sempetin mau baca apalagi vote. Please yang belum vote, di vote yah terus kasih comment.
Ini cerita pertamaku jadi maaf agak aneh gitu. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hevelin (Pengungkap Misteri)
Mystery / ThrillerHevelin yang bersekolah di SMP Swasta Jevjyn, dikejutkan oleh banyaknya misteri yang saling berkaitan satu sama lain. Mulai dari seorang gadis seperti penyihir, seorang anak baru, serta pencurian di kelasnya yang merugikan Hevelin dan juga teman-tem...