"Hevelin!", Jinka mengetuk pintu rumah Hevelin setelah pagar dibukakan oleh Pak Deva.
"Sebentar... Kak Jinka, ada apa? Apa Kak Jinka mencari Kak Hevelin?", tanya Perlinda sopan sambil membukakan pintu rumah.
"Siapa yang datang Lin? Apa itu Jinka?", teriak Hevelin dari dalam sambil menuruni anak tangga. Dilihatnya Jinka sudah siap berangkat. Hevelin pun keluar menuju terus rumah dan langsung menarik tangan Jinka menuju mobil.
"Bolehkah aku menaruh sepedaku di rumahmu ? Terima kasih," Jinka menunjuk ke arah sepedanya yang ia taruh di halaman rumah Hevelin. Hevelin dan Jinka pun masuk ke dalam mobil.
Setelah mereka ke rumah Gendi untuk menjemput Gendi, mereka pun menuju mall. Di dalam perjalanan, mereka melewati sebuah rumah bewarna hitam di ujung jalan terlihat seram karena dipenuhi oleh pepohonan, halaman yang begitu luas dengan banyaknya timbunan daun sehingga terlihat seperti tak diurus dan tak pernah disapu, serta dengan gaya kuno layaknya rumah penyihir.
Itukah rumah si gadis manis di taman? Benarkah yang dikatakan Mifa?, pikir Hevelin.
"Lihat! Itu rumahku," Jinka memecah keheningan sambil menunjuk ke sebuah rumah. Hevelin sangat terkejut mendengarmya.
"Ru.. ru.. rumah yang hitam dan seram seperti penyihir itu?", tanya Hevelin terbata-bata. Jinka mengangguk mantap.
"Percaya atau tidak, itu memang rumahku. Memangnya ada apa? Seram yah? Dengan begitu, pasti pencuri tidak ada yang berani menyelinap ke dalam rumahku. Hehe," gumam Jinka.
Hevelin jadi semakin bingung. Sebenarnya rumah itu adalah rumah Jinka atau rumah penyihir manis di taman?, tanya Hevelin dalam hati.
Sampai di mall, Hevelin masih memikirkan rumah Jinka. Bahkan Hevelin sudah beberapa kali hampir tersandung karena terus saja memikirkan hal itu.
"Kesana yuk," Jinka menunjuk ke sebuah tempat belanja pakaian ternama. Setelah mereka puas berbelanja dan makan di restoran, mereka pun menuju pintu keluar.
Praaaaangggg... terdengar bunyi kaca pecah.
"Tolong-tolong... ada pencuri!", teriak seorang wanita gemuk.
"Hei... berhenti kau!", teriak seorang satpam sambil berlari mengejar pencuri keluar. Suasana seketika menjadi ricuh.
"Ayo kita lihat," ajak Jinka.
"Jangan, jika terjadi apa-apa pada kita bagaimana? Lebih baik kita menunggu sampai masalah di luar selesai. Kita jalan-jalan saja di dalam," gumam Hevelin yang terlihat khawatir. Jinka dan Gendi tidak memedulikan perkataan Hevelin. Mereka langsung bergegas keluar dari mall.
"Hei... kalian, tunggu," teriak Hevelin yang masih berdiri sendiri dan akhirnya menyusul keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hevelin (Pengungkap Misteri)
Детектив / ТриллерHevelin yang bersekolah di SMP Swasta Jevjyn, dikejutkan oleh banyaknya misteri yang saling berkaitan satu sama lain. Mulai dari seorang gadis seperti penyihir, seorang anak baru, serta pencurian di kelasnya yang merugikan Hevelin dan juga teman-tem...