8. Reza?

99 5 6
                                    

Di ruangan Steffi sangat berisik karena suara tawa dari Salsha dan juga Steffi. Yap! Steffi sudah kembali ceria walaupun wajahnya masih terlihat pucat. Sedari tadi Alex tersenyum melihat adiknya yang tertawa bersama sahabatnya. Dia akhirnya masuk ke ruangan setelah beberapa menit berdiri di depan pintu.

"Lagi ngomongin apa sih? Kok ketawanya sampai segitunya?" Tanya Alex dan duduk di sebelah Salsha.

Steffi memberikan kode kepada Salsha untuk tidak mengatakan apa-apa pada Alex. Salsha mengangguk dan menahan senyumnya.

"Gak ada bang,gak ngomongin apa-apa kok." Steffi menjawab dan Salsha menimpalinya dengan mengangguk.

Alex menatap heran ke arah Steffi dan Salsha. "Gak mau jujur nih?" Tanya Alex dan mengangkat sebelah alisnya.

Steffi dan Salsha masih bungkam dan berusaha menahan senyum mereka masing-masing.

"Yaudah kalau gitu. Abang kasi tau Mama ah tentang barista yang kamu suka itu." Alex merogoh kantongnya berniat mengambil hpnya untuk menelpon Mamanya. Tapi Steffi dengan cepat menahan pergerakan tangan Alex.

"Ih jangan gitu abang! Steffi mau ngasi tau sendiri!" Steffi menggerutu kesal melihat tingkah Alex. Sedangkan Alex dan Salsha cekikikan melihat Steffi yang ngedumel dan menggembungkan pipinya. Dalam hati mereka berdua mengucap syukur karena Steffi sudah kembali ceria seperti biasanya.

~ ~ ~ ~ ~

Di coffee in trip,cafe milik Iqbaal. Sekarang sangat ramai sekali,sedari tadi Iqbaal belum istirahat karena membuat coffee pesanan para pelanggannya. Tapi banyak juga yang datang kesini hanya untuk melihatnya.

"Baal,istirahat dulu gih. Gantian aja sama si tian,sana istirahat dulu." Reno memperhatikan Iqbaal sedari tadi,dia tau bahwa Iqbaal sudah bekerja keras hari ini.

Iqbaal mengangguk dan berjalan ke arah ruangannya. Sesekali dia memijat pelipisnya karena merasa terlalu lelah.

"Huft,nanti kalau ada yang nyariin gue bilang ya,Ren." Ujar Iqbaal kepada Reno. Reno memang mengikuti Iqbaal ke ruangannya. Setelah melihat Iqbaal memejamkan matanya,Reno melangkah keluar dan membantu yang lain.

Sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore,dan itu artinya sudah 2 jam Iqbaal tidur di ruangannya. Dan sekarang cafe pun tidak seramai tadi. Baru saja Reno ingin merapikan meja,dia menoleh saat melihat seorang perempuan celingukan di depan pintu.

"Em,permisi mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Reno bertanya pada perempuan itu,tapi perempuan itu sepertinya tidak mendegar suaranya dan masih celingukan.

"Mbak? Ada yang bisa saya bantu?" Reno kembali bertanya,tapi reaksi perempuan yang di sampingnya ini masih sama. Sampai akhirnya dia menyentuh tangan perempuan itu,barulah perempuan itu menoleh dengan mata yang melotot kaget.

"Eh,apaan sih mas kok megang megang? Saya tau saya cantik,tapi saya gak suka sama mas. Saya sukanya sama kak Iqbaal,jadi jangan sentuh saya kalau gak mau dihajar kak Iqbaal nantinya!" Jelasnya yang membuat Reno menganga tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Eh nggak gitu,mbak. Maksud saya--" Ucapan Reno terpotong karena perempuan itu lebih dulu memotong ucapannya.

"Apa? Mbak lo bilang? Lo pikir gue mbak lo,ha?"

Reno kembali menganga melihat perempuan di sampingnya ini. "Bu-bukan mbak. Maksud saya,duh. Nama mbak siapa?" Tanya Reno dengan suara pelan karena was was akan diceramahi lagi oleh perempuan ini.

"Heh! Lo ngapain nanya nama gue? Lo suka sama gue,iya? Udah gue bilang kalau gue tuh sukanya sama Iqbaal. Jadi jangan banyak tanya deh,dan jangan nanya nama gue. Dan satu lagi,nama gue Steffi." Ya,perempuan yang celingukan tadi adalah Steffi.

About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang