Part 14

1.3K 100 0
                                    

✏ Sorry For Typo✏

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca 💖💙

Happy Reading ~

____oOo____

"Prill", lirih Aliando.

"Kamu salah toilet. Ini toilet cewek", ujar Prilly sembari mundur seraya akan menutup pintu.

"Tunggu tunggu!" Aliando menahan dengan kedua tangannya. Prilly tidak berhasil menutup pintu toilet.
Aliando berhasil membuka pintu toilet itu lagi. Karena merasa aman, Aliando masuk ke dalam toilet.
Kemudian Aliando menutup pintu kamar mandi itu dari dalam.

"A...",

'Sstttt' Aliando menaruh jari telunjuknya di bibir Prilly.

[ sisi lain ]

Voke menunggu Suaminya dengan gelisah. Voke sendiri tidak paham mengapa dirinya merasa gelisah. Tak jarang Voke melirik arah toilet.

Rayn yang diam diam memperhatikan Voke, merasa bingung dengan tingkah Voke.
Sedangkan Ily, asik menikmati minuman kesukaan nya hingga tidak memperhatikan tingkah sang ibu.

" lo kenapa?"
Tanya Rayn yang penasaran.

"E..eum, engga kok", jawab Voke gugup karena menutupi kebenarannya.

"Lo kaya cemas gitu", ujar Rayn yang memperhatikan raut wajah Voke.

"Ali kok lama ya?" Tanya Voke

"Yaelah.." tangan Rayn refleks menyentuh punggung tangan Voke. Kedua tangan Voke memang berada diatas meja.
Voke refleks melirik tangan Rayn yang ada di atas punggung tangannya.
Rayn yang peka dengan tatapan Voke, segera menjauhkan tangan dari tangan Voke.

"Sorry sorry.
Gini lho, Ali belum juga dua menit ke toilet, lo udah cemas aja. Tenang aja kali, bentar lagi juga dia balik.
Prilly belum balik aja, gue masih bisa selow. Ayolah, jangan Berlebihan", ujar Rayn berusaha menenangkan Voke.

"Justru itu. Kenapa aku takut gini? Kenapa aku merasa mereka ada apa - apa", batin Voke.

"Ya mudah mudahan aja mereka lama. gue seneng, karena sekarang gue ngerasa kaya gue itu suami lo dan ily adalah anak kita", batin Rayn.
Berbeda dengan Voke yang gelisah, Rayn justru menganggap ini adalah sebuah kesempatan yang tuhan berikan untuk Rayn merasakan seperti seorang suami yang tengah dinner dengan anak dan istrinya. Rayn senyum senyum sendiri

[ di sisi lain ]

"Kenapa kamu harus datang sebagai calon laki laki lain? Dan kenapa harus Rayn?" Tanya Aliando yang terkesan protes.

"Cuma itu pertanyaan nya?" Tanya Prilly.

"Jawab aja dulu", ujar Aliando.

Prilly tertawa kecut.

"Terus, kenapa kamu hadir sebagai SUAMI orang lain? Sama aja kaya aku.
Bedanya aku masih calon, sedangkan kamu? Kamu udah punya istri bahkan ANAK. Kenapa? Kenapa harus kaya gitu? Apa kamu bisa menjawab? Ngga! Apa hidup sejahat itu? Takdir memisahkan kita Ali, aku terima itu. Tapi jika kita sudah tidak bisa lagi bersatu, kenapa takdir mempertemukan kita lagi? Apa hidup sekejam ini? Hiks.
Aku memang pernah berharap kita akan ketemu lagi, tapi bukan dengan keadaan yang seperti ini. Keadaan yang pahit, yang membuat RASA SAKIT menimpah KESAKITAN yang pernah ada kembali hadir lagi.
Bayangkan, BERAPA LIPAT kesakitan yang ada saat ini? Lucunya, kamu bisa mencintai perempuan yang melahirkan anak kamu, tapi kenapa tidak kepada aku? Bukankah aku juga perempuan yang melahirkan anak kamu?"

"Prill.."

"Diam. Aku gak mau mendengar apapun dari kamu, jadi kamu gak perlu bicara apapun! Tugas kamu hanya mendengarkan Aku.
Aku! Yang kamu tidak pedulikan.
Mana cinta yang kamu katakan? Mana sayang yang kamu bilang? Semua itu bohong. Kamu bisa gampang mencintai wanita lain, menikahi wanita lain sedangkan aku? Aku yang mengandung anak kamu, melahirkan anak kamu, Boro boro nikahin aku. Kamu malah ninggalin aku", Prilly begitu lantang mengeluarkan kemarahannya, begitu lantang mengungkapkan apa yang ia rasakan. Terutama kesedihannya. Tidak ada kesedihan yang ia sembunyikan, ia begitu menunjukan kesakitannya kepada Aliando.

Takdir Kita ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang