Part 21

1.6K 137 6
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca 💖💙

Happy Reading ~

______oOo______

Aliando dan Rayn langsung lari menuju kearah tempat kejadian tersebut.

"MOMMY! TANTE CANTIKK!" Ily lari kearah prilly dan juga voke.

"PRILLLYYY!" bunda aida histeris. Ia menangis berlari kearah prilly sang anak.

Rayn menghampiri voke. Ia langsung mengangkat tubuh tersebut.
Supir yang menabrak keduanya turun.

"Astagfirullah!!! Ayoo bawa masuk ke mobil!" Ucap pengendara mobil itu buru buru membukakan pintu mobilnya.

Rayn segera memasuki voke dan ikut masuk ke dalam.

Langit malam yang dihiasi cahaya kilat menyeramkan, awannya langsung menurunkan hujan.
Aliando dan bunda aida menghampiri prilly.
Aliando mengangkat kepala prilly dan menangkup pipinya. Prilly menatap aliando namun kemudian ia memejamkan matanya.
Aliando segera menggendong tubuh prilly dan menbawanya ke samping (?).
Mobil yang rayn kendarai pergi menuju rumah sakit.

"Mommmyyyy", Ily teriak menangis seraya tiba disana. Ia menatap mobil yang membawa sang mommy.

"Prilly! Ayo ayo ali, bawa Prilly.
Ayo nak!" Bunda aida juga menangis. Ia menarik tangan ily untuk ikut dengannya ke mobil terlebih dahulu.

Tubuh aliando mendadak menjadi lemah.
Ia seolah tak mampu berjalan.
Aliando menangis, airmatanya jatuh bercampuran dengan jutaan tetesan hujan yang menerpa tubuhnya itu.

Aliando menatap wajah prilly yang dihiasi aliran darah dari hidung, mengalir hingga le pipi.
Aliando menunduk menempelkan keningnya ke kening prilly.

"Hiksss.. Prillly",

"ALI CEPETTTT!" Bunda aida baru saja memasukan ily ke dalam mobil. Dan kini bunda aida membuka kan pintu belakang(?).

Aliando berusaha untuk menguatkan dirinya. Ia mendongakkan kepalanya dan berjalan cepat dengan susah payah.

***

Seorang suster keluar dari salah satu ruangan. Menghampiri rayn yang baru saja duduk dikursi depan ruangan tersebut.

"Maaf, pak?"

Rayn menolehkan kepalanya.

"Pasien setengah sadar. Dia meminta bapak untuk masuk, dia mau menyampaikan sesuatu",

Rayn langsung bangkit dari duduknya.

"Pasien sadar sus? Iya iya saya masuk sekarang",

Suster lebih dulu masuk. Di ikuti oleh rayn yang setelah didalam mempercepat langkahnya menghampiri brankar tempat voke kini berbaring dengan darah yang nampak masih belum dibersihkan.

"Voke? Ada apa?" Tanya rayn dengan nada lembut.

Voke meraih satu tangan rayn yang kemudian ia genggam dengan erat. Rayn membalas genggaman itu.

"R..rayn.. ma..maafin aku nghhhh.. ma..maaf ya? A..aku .. aku selama ini.. nghhh bikin kamu sakit ha..hati. a..aku udah tau kalau kamu ci..cinta sama aku. Ta...tapi tapi maaf rayn... a..aku bisa aja belajar cinta sama kamu tapi.. a..aku aku udah ada ali",

"Gak apa apa voke. Gak masalah. Yang penting kamu bahagia sama ali. Udah itu cukup. Ayo yang kuat ya kamu yaa.. kasihan ali sama voke pasti khawatir",

Voke tersenyum miris airmatanya jatuh.

"Ka..kalau.. kalau aku gak ada. To..tolong, tolong bilang sama ali. Di..dia dia boleh menikah lagi. Dia boleh..." voke menahan segala

Rayn menggeleng geleng kepala. Airmatanya pun tak kuasa ia tahan.

Takdir Kita ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang