Getaran ponsel di dalam tasku, ku abaikan hingga Profesor keluar dari ruangan kelasku. Panggilan tak terjawab dari Yoongi. Segera ku hubungi dia kembali.
"Miane Yoongi-ah.. aku" kata-kataku terhenti karena Yonggi memotongnya.
"Lekaslah kembali Nana-ssi"
Aku langsung mempercepat langkahku menuju parkiran, mengendarai mobil segera menuju apartemen.
Saat sampai disana, aku terkejut melihat banyak orang disana. Termasuk beberapa penjaga keamanan apartemen dan petugas dari kepolisian.Aku meluaskan pandanganku, mencari sosok Yoongi. Aku lega melihatnya sedang berbincang-bincang dengan seorang petugas Polisi. Dia langsung menyambutku, begitu melihatku.
"Ya! Nana-ssi.. Jadilah penerjemah untuk kami."
Yoongi mulai menceritakan kronologis yamg terjadi saat aku meninggalkannya tadi. Saat dia menyalakan pendingin ruangan dan kabut asap yang tebal dan berbau segera melingkupi ruangan apartemenku. Untungnya alarm pendeteksi asap di apartemenku berfungsi demgan baik, hingga membuat petugas keamanan segera datang ke apartemenku. Yoongi juga sigap untuk membuka pintu dan keluar dari ruangan. Polisi menanyakan kami, kemungkinan orang yang berpotensi melakukan sabotase ini. Iya. Ini sabotase. Yang dengan sengaja dibuat untuk membahayakan penghuni apartemenku.
Aku dan Yoongi tidak bisa memikirkan kemungkinan lain selain Eun Woo. TapiYoongi memintaku untuk tidak memberitahukan hal itu pada Polisi. Aku menurutinya saja. Aku tau Yoongi selalu mempunyai alasan yang tepat untuk setiap keputusannya.
Setelah semua dipastikan aman, Polisi meninggalkan kami. Tapi aku dan Yoongi memutuskan untuk kembali menginap di hotel.
Malamnya kami mengobrol di balkon Hotel. Menikmati udara Amerika yang hangat malam itu.
"Nana-ssi.. maukah kau menuruti kemauanku kali ini?" Suara Yoongi terdengar serius. Aku menoleh.
"Tentang?"
"Ikutlah kembali ke Korea bersamaku."
Yoongi mengatakannya tanpa melihatku. Aku tau dia benar-benar serius dengan ucapannya kali ini. Aku terdiam sebentar.
"Ini terlalu mendadak Yoongi-ah"
"Nana-ssi, seandainya aku punya hak penuh untuk mengatur hidupmu, sedari awal aku tidak akan pernah membiarkanmu berangkat kesini."
"Yoongi-ah .."
Yoongi memutar posisi duduknya, menghadapku. Menggenggam kedua tanganku. Aku melihat wajahnya yang sangat serius kali ini.
"Aku juga ingin kau meraih mimpimu Nana-ssi. Jika benar ini mimpimu. Tapi aku tau pasti, bukan ini cita-citamu. Aku membiarkannya karna katamu kau akan mewujudkan harapan orangtuamu. Tapi disini.. disini terlalu berbahaya .. dan aku tidak bisa selalu melindungimu dengan jarak yg ada." Aku menatap matanya yang juga sedang menatapku."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri Yonggi-ah" kataku mencoba menenangkan.
"Anio. Aku sudah nyaris kehilanganmu saat kecelakaan itu. Dan hari ini, bisa saja kau kehilanganku dengan kejadian di apartemenmu kan?"
Lagi2 aku terdiam. Memikirkan semua yang terjadi belakangan ini.
"Aku akan menjauh dari Eun Woo."
"Ani ani .. bukan itu masalahnya. Bahaya akan selalu ada dimana saja Nana-ssi. Kita tidak bisa menebak hal itu. Tapi kalau kita bersama, setidaknya kita yakin bisa melewatinya bersama-sama dengan baik. Fikirkan lah lagi keputusanmu. Aku rasa pendidikan disini tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan otakmu."
"Ya!! Kau mau bilang kalau aku bodoh?" Aku berpura-pura marah.
"Aku tidak menyebutnya seperti itu. Kau sendiri yg menyimpulkannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
-SeeSaw-
FanfictionKetika kau harus memilih untuk bertahan dengan prinsipmu atau bahagia dengan sahabatmu yang mencintaimu lebih dari dirinya sendiri.. Khilaf yang membuatmu jauh tapi cintanya mendekatimu kembali. Hanya denganmu Min Yoongi bisa terus merasa hidup.