Setelah 3 hari yang sangat repot. Semuanya sudah siap untuk ku bawa kembali ke Korea. Yoongi tidak banyak membantu. Dia lebih banyak tidur di apartemen. Katanya udara disini tidak baik untuk kesehatannya. Preett.
Di dalam pesawat, Yoongi melepaskan earphone yang terpasang di telingaku. Aku melihatnya melepas kacamata hitamnya. Sepertinya dia akan mulai mengajakku berbicara.
"Kau banyak diam.. apa kau sedih meninggalkan kota ini?"
"Anio.. Aku hanya berfikir tentang bagaimana aku meneruskan semuanya lagi di Korea."
"Tidak ada hal yang tidak bisa kau kerjakan dengan baik selama kau dekat denganku. Bukankah begitu Nana-ssi?"
"Kau terlalu besar kepala teman."
Aku memasang kembali earphoneku dan menyalakan musik. Yonggi melepasnya lagi.
"Kau bahkan lebih memilih mendengar musik daripada mendengar suaraku, Nana-ssi?"
Aku langsung memasangkan earphone itu ke telinganya yang tidak terluka, dia langsung tersenyum kemudian mencium bibirku sekilas.
Suaranyalah yang sedang ku dengarkan melalui earphone itu. Lagu "The Last" yang sedang ku putar saat itu.
"Gumawo Nana-ah.. Gumawo sudah membawaku sejauh ini"
Ucapnya sambil tersenyum melihatku. Aku menggeleng.
"Kau yang membuat mimpimu jadi nyata Yoongi-ah"
"Ne .. tapi kau yang membuatku menemukan keyakinan untuk bermimpi"
Entah kenapa aku jadi tersenyum mendengarnya mengucapkan itu. Aku menggenggam tangannya.
"Gumawo sudah bertahan sampai sekarang Yoongi-ah .. Gumawo karena tetap hidup. Berjanjilah untuk menjadi lebih baik lagi mulai sekarang."
"Aku pasti akan membuatmu semakin mencintaiku mulai sekarang."
Katanya yakin. Aku hanya tertawa menanggapi.
Ya .. Yoongi sudah siap untuk bertarung lagi.
Sesampainya di Korea, ponsel Yoongi berdering, PdNim.
"Ne PdNim.. Ne.. Aku segera ke sana."
Yoongi langsung memeriksa ponselnya. Membuka pesan masuk di grup Bangtan. Mereka membicarakan tentang foto Yoongi yang beredar di media-media.
Yoongi memperlihatkan fotonya kepadaku. Spontan mataku langsung membulat begitu melihatnya. Bagaimana bisa foto kami saat di pesawat beredar di media sosial? Kami ada di kelas bisnis. Dan Yoongi menggunakan penutup wajah yang cukup ekstrim.
Aku melihat Yoongi yang tampak sangat tenang. Seperti tidak ada kekhawatiran sedikit pun disana.
"Ya! Kenapa kau begitu tenang?"
"Memangnya kau mau aku seperti apa?"
"Apa kau tidak khawatir sedikit pun?"
"Sedikit. Tapi ini lebih baik daripada rumor-rumor aneh yang pernah menimpaku bukan?"
"Ya Yoongi-ah"
"Nana-ssi.. Apa perlu aku sekhawatir yang kau harapkan agar kau tenang? Aku hanya perlu membuat statement pada media. Dan memang benar kau adalah kekasihku."
"Ya! Fikirkanlah karirmu dan member lain."
"Tenanglah.. Aku akan menangani ini dengan baik."
Bukannya tenang, aku malah merasa semakin tertekan. Aku menyeka peluh di keningku. Sebentar saja peluh ini sudah seperti aku berlari sejauh 1 km.
KAMU SEDANG MEMBACA
-SeeSaw-
FanfictionKetika kau harus memilih untuk bertahan dengan prinsipmu atau bahagia dengan sahabatmu yang mencintaimu lebih dari dirinya sendiri.. Khilaf yang membuatmu jauh tapi cintanya mendekatimu kembali. Hanya denganmu Min Yoongi bisa terus merasa hidup.