ketika seantero tempat itu dihebohkan dengan kedekatan kita,
seseorang menghampiri kita dengan memberikan sebuah pertanyaan yang membuat aku dan kamu tercekat.
pertanyaan yang dilontarkan orang itu adalah 'apa kamu suka sama dia?' ya, pertanyaan itu membuatmu terdiam seribu bahasa.
malu tak terhingga, memikirkan apa yang harus kau jawab.
aku disini berdiri hanya mematung mendengar pertanyaan orang itu, diam, tidak bisa berbuat apa apa.
apa maksudnya orang itu, tiba tiba menanyakan hal ini?
ternyata pertanyaan itu merupakan petaka untukku. sangat celaka.
sejak saat itu, kamu jadi lebih banyak diam. tidak ada lagi obrolan yang tersusun, kenangan manis yang dirangkai bersama, tidak ada lagi senyuman, tidak ada lagi tawa yang menghiasi petang ku.
kini semua tinggal air mata, kenangan, juga kehampaan hidupku, seolah senja yang sudah tidak sudi memberikan warnanya saat petang, juga pelangi yang tidak mau hadir lagi setelah hujan.
semua tinggal kelabu, hujan akan segera turun, langit kini hitam pekat, petang akan berganti malam gelap, dingin, sepi, dan sunyi.
kau menjauh, seolah aku yang salah disini, karena kamu pasti beranggapan bahwa aku lah yang membuat skenario supaya semua orang tahu tentang kedekatan kita.
lalu beranggapan bahwa ada hal spesial dibalik ini semua. salah satu menyimpan rasa, dan mereka berpikir bahwa itu kamu.
padahal aku sendiri tidak pernah berandai andai supaya di cintaimu, tidak pernah. mungkin apa yang mereka maksud tidak sama dengan yang sebenarnya terjadi.
sehingga disini aku yang harus menanggung ini semua karena aku yang salah. memang aku selalu saja salah.
YOU ARE READING
hurt broken
PoesíaIni cerita tentang bagaimana aku yang sangat mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, walaupun semesta menyarankanku untuk berhenti.