Entah sudah berapa kali bocah laki-laki campuran Korea-Kanada itu menghela nafas. Wajahnya sarat akan kekecewaan. Kaki kurusnya yang panjang ia gunakan untuk berjalan dengan lesu sambil sesekali menendang kerikil tak berdosa yang menghalangi jalannya. Perasaan yang campur aduk membuat ekspresi bocah itu terlihat kusut. Jika biasa ia akan menyapa setiap orang yang ia lewati, kali ini berbeda. Pikiran yang entah sedang melayang kemana membuatnya tak menyadari berapa banyak manusia yang telah ia lewati begitu saja hingga menatapnya bingung.
Ini sudah hari ke-5 sejak kejadian itu. Kejadian dimana Jeno tiba-tiba saja menginggalkan Mark bahkan biolanya. Tanpa kata dan hanya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Juga kejadian dimana Mark diusir secara dingin oleh kakak Jeno –Lee Taeyong. Jangan lupakan pesan Taeyong yang membuat Mark pulang dengan penuh kebingungan.
"Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan pada Jeno? Apa aku berbuat kesalahan?"
Mark mulai bermonolog.
"Apa maksudnya dengan jangan melakukan hal yang membuat jantung Jeno berdebar. Memangnya aku melakukan apa?"
Argh! Sial!
Mark benar-benar tidak paham.
.
.
.
"Minhyung, kau sakit?"
Wanita tua itu, nenek Mark, menatap cucunya bingung.
Bocah itu sedikit aneh beberapa hari ini. Lebih banyak diam atau lebih tepatnya melamun. Biasanya bocah itu pulang dari pantai dengan ekspresi yang cerah, tapi beberapa hari ini raut mukanya suram. Selera makan cucunya juga berantakan. Semangkuk kecil nasi kini tak lagi ia habiskan, selalu saja tersisa seperempat atau bahkan setengah.
"Minhyung.."
Mark sedikit tersentak mendengar namanya dipanggil. Ia menatap neneknya.
"Kau sakit?"
Mark menggeleng dengan cepat.
Wanita tua itu meletakkan sumpit. Tangan keriputnya ia gunakan untuk menggenggam tangan Mark.
"Butuh tempat untuk cerita?"
"Jeno.. dia menghilang"
Neneknya mengernyit. Mark menghela nafas.
"Ini sudah lima hari, Jeno tak lagi menemuiku di pantai"
Ah~ jadi ini yang membuat cucunya risau akhir-akhir ini. Putra bungsu Tuan Lee yang tampan sekaligus manis, ternyata bocah itu yang membuat cucunya seperti ini.
"Kau menyukai Jeno?"
Hanya sebuah kalimat sederhana, tapi cukup untuk membuat Mark salah tingkah. Telinga lenturnya bahkan ikut memerah seiring dengan muka yang memanas. Bocah lelaki itu salah tingkah. Ingin menjawab tapi tak tau harus menjawab apa, jadi mulutnya hanya terbuka tanpa mengeluarkan suara. Membuat neneknya tertawa.
"Jeno anak yang tampan dan manis, anak itu juga baik. Dia yang membuatmu kembali tersenyum. Wajar sekali jika kau menyukainya, Minhyung-ah. Tak perlu merasa bersalah atas perasaanmu"
Jadi ia menyukai Jeno?
Jeno anak yang manis, senyumnya secerah mentari dan tatapan seteduh senja. Mata yang melengkung seperti bulan sabit ketika tersenyum selalu bisa membuat Mark tenggelam dalam pesonanya. Rasanya sulit untuk tidak ikut tersenyum ketika melihat Jeno tersenyum. Mark tau ia telah jatuh pada pesona Jeno. Terlebih ketika ia mendengar serta melihat permainan biola Jeno yang luar biasa, membuat Mark jatuh semakin dalam.
Bodohnya ia tak menyadari perasaannya sendiri.
"Tapi, nek. Kakak Jeno bilang aku tak boleh melakukan hal yang membuat jantung Jeno berdebar. Apa maksudnya?"
YOU ARE READING
Someone To Stay
FanfictionWe all need someone to stay. . . . . . . WARNING! Yaoi! Uke!Jeno Seme!Mark Gasuka pairnya gausah baca :)