Chapter 2

1.9K 268 23
                                    


Malam hari di Mokpo sangat berbeda dengan di Seoul. Malam hari saat musim panas di Seoul sangat gerah, bahkan ketika sudah menyalakan AC, Mark masih bisa merasa gerah. Dan parahnya lagi adalah ketika mereka mulai pindah ke rumah atap kecil tanpa pendingin maupun penghangat ruangan. Musim panas akan sangat menyiksa dan musim dingin akan membuat mereka bergantian terserang flu.

Tapi disini Mark bahkan tak perlu lagi yang namanya pendingin ruangan atau sejenisnya, karena berada di dekat pantai sungguh membuat udara terasa segar. Dan duduk di teras seperti saat ini adalah hampir sama nikmatnya dengan duduk di bawah tebing di pinggir pantai.

Ah, tiba-tiba saja wajah bocah yang Mark temui tadi siang melintas di benaknya.

Sudah beberapa hari Mark selalu pergi ke pantai itu, namun itu adalah pertama kalinya Mark melihat bocah itu.

Matanya sipit dan.. indah?

Kulitnya putih ditambah lagi rona merah yang tadi muncul entah karena apa, membuat wajah tampannya terlihat semakin menarik.

Bahkan wajah gugupnya sangat menggemaskan bagi Mark.

Bodoh sekali karena Mark tidak menanyakan siapa nama bocah itu tadi. Bukan salah Mark juga sih, bocah itu saja yang begitu terburu-buru pergi seolah sedang melihat hantu.

Jika Mark tidak salah dengar, bocah tadi menggumam tentang 'mengintip'.

Tunggu..

Apakah dia terjatuh ketika sedang mengintip Mark?

Seulas senyum terukir di bibir Mark tanpa disadari.

"Minhyung-ah!"

Suara neneknya membuat Mark tersadar dari lamunan akan bocah aneh yang ia temui tadi. Ah, nama koreanya adalah Lee Minhyung. Ia lahir di Kanada dan tinggal disana selama beberapa tahun, itu sebabnya ia juga memiliki 'Mark' sebagai nama.

Ia bergegas masuk ke dalam, duduk di meja makan yang sudah tersaji berbagai macam makanan yang telah neneknya siapkan.

"Jangan terlalu lama diluar ketika malam hari, kau bisa sakit nanti" tegur neneknya. Mark hanya mengangguk paham.

"Eum.. nenek?" panggil Mark.

"Hm?" sang nenek duduk di meja seberang Mark dan menatap cucunya.

"Apa disini ada bocah yang seumuran denganku?" pertanyaannya membuat sang nenek mengernyit lalu terlihat berpikir sesaat.

"Sepertinya tidak ada yang seumuranmu. Kalau seumuran mendiang kakakmu, mungkin ada" ada nada berat di suara neneknya ketika menyebut kata 'mendiang' dan itu membuat hati Mark sedikit berdesir nyeri.

Mark mencoba menghilangkan perasaan sakit ketika kakaknya disebut dan kembali pada rasa penasarannya.

"Benarkah tidak ada?" nada Mark sedikit kecewa.

Jika tidak ada, lalu darimana bocah tadi berasal?

Apa jangan-jangan bocah itu bukan manusia?

Bulu kuduk Mark hampir saja berdiri jika saja neneknya tidak menyela pemikiran aneh Mark dengan pekikannya.

"Ah! Nenek ingat!" Mark menatap nenek penuh harap.

"Putra Pak Lee sepertinya hampir seumuran denganmu, hanya saja dia lebih muda satu tahun darimu"

Mark tersenyum lebar, entah kenapa hatinya merasa senang.

"Nenek tau siapa namanya?" tanya Mark semangat.

Neneknya kembali berpikir.

"Lee.. Lee.. Lee Jeno? Sepertinya itu namanya, nenek tidak begitu yakin" neneknya mengendikkan bahu.

Lee Jeno?

Apakah bocah aneh yang tadi ia temui bernama Lee Jeno?

Namanya saja sudah membuat senyum Mark semakin melebar.

"Kau merasa kesepian, Minhyungie?" tanya neneknya.

Mark tidak menjawab.

"Kau ingin kembali bersekolah lagi?" tawar neneknya.

Mark cepat-cepat menggeleng. Mark tidak ingin kembali ke sekolah. Menjadi korban pembulian hanya karena mendadak jatuh miskin sungguh membuatnya takut akan kata sekolah.

"Ti-tidak perlu, nek"

"Tapi kau tidak akan punya teman disini jika tidak ke sekolah" neneknya terdengar prihatin.

Mark tersenyum dan menggeleeng.

"Tidak, nek. Aku akan mencari teman. Lee Jeno misalnya?" Mark menggaruk tengkuknya canggung. Sudikah Jeno berteman dengannya?

Neneknya tersenyum dan mengangguk, tak mengatakan sepatah katapun dan mulai menikmati makanannya. Ekspresinya sedikit berubah.

Mark mengernyit, namun tak mengatakan apapun lalu mengikuti sang nenek untuk memulai makan malamnya.

Lee Jeno.

Lee Jeno.

.

.

.

TBC~

Udah bisa nebak siap yang pipinya merah pas kepergok lagi ngintipin Mark? Hehehehehehehehe

Buat next chapternya mohon dimaklumi yang kalau agak lama, author habis uts bener-bener sibuk soalnya T_T

Readersnim jangan pada kabur atau lupa sama ff ini lho ya :3

Jangan lupa tinggalkan jejak~~

Thankyou.

Someone To StayWhere stories live. Discover now