Chapter 4

1.6K 244 70
                                    

"Murk hyung!"

Mark menoleh ke arah sumber suara. Ia tersenyum lebar begitu melihat siapa yang tadi memanggil namanya dengan ngawur dan saat ini sedang berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan. Tubuh kurus berbalutkan hoodie putih bergambar seekor bebek kecil berwarna kuning, benar-benar membuatnya terlihat jauh lebih manis. Kulit yang seputih salju serta mata membentuk bulan sabit ketika tersenyum, membuat bocah laki-laki itu terlihat semakin sempurna.

Giliran Mark yang sekarang ikut melambaikan tangan. Ia tak ingin bocah itu kecewa karena tak dibalas lambaiannya oleh Mark seperti pada pertemuan mereka yang kedua kalin. Bocah itu protes pada Mark dengan bibir yang mengerucut manis karena Mark tak membalas lambaian tangan dan hanya tersenyum.

"Kalau ada orang yang melambaikan tangan padamu, hyung harus membalasnya. Orang itu bisa dikira gila jika ia melambai-lambai sendiri"

Tak masuk akal memang, tapi sayangnya dulu Mark tertawa. Pemikiran bocah ini masih benar-benar polos.

"Tidak lupa membawa yang kau janjikan?" tanya Mark.

Jeno mengangguk semangat. Tangan kiri mengangkat sebuah tas hitam yang ia pegang. Lalu dengan semangat mengeluarkan isinya.

"Hyung ingin mendengarkan lagu apa?"

Mark berpikir sejenak, lalu tak berapa lama ia hanya menggaruk tengkuknya dan tersenyum kaku.

"Aku tidak terlalu mengerti musik klasik, Jen..hehe"

Jeno tersenyum dan mengangguk mengerti. Memang tak semua orang suka akan musik klasik. Bahkan Taeyong, kakaknya sendiri mengatakan ia tidak mengerti kenapa Jeno menyukai musik klasik yang menurutnya membuat suasana menjadi suram dan menyedihkan. Tentu saja Jeno membantah, tak semua musik klasik seperti itu.

"Sama saja seperti Taeyong hyung" bocah itu memajukan bibir, membuat Mark tertawa kecil. Bocah dihadapannya ini terlalu menggemaskan.

"Mainkan saja, apapun itu, aku akan mendengarkan dengan baik"

Pernyataan Mark membuat Jeno tersenyum lebar dan mengangguk.

Setelah sebelumnya ia melakukan tuning, kini jari-jari kurusnya mulai ambil posisi. Matanya ia pejamkan sejenak, menarik nafas panjang sebelum akhirnya menggesek bow-nya perlahan. Gesekan yang awalnya menghasilkan nada lembut yang menenangkan, kini perlahan berubah menghasilkan nada yang sedikit bersemangat.

Ah, atau mungkin sedikit emosional?

Setidaknya itu yang ditangkap oleh telinga Mark.

Tak hanya menikmat setiap nada indah yang diciptakan oleh gesekan biola Jeno yang membuat Mark seperti hanyut dan bersatu dalam setiap nadanya, Mark juga menikmati bagaimana Jeno memainkan biolanya. Wajah tampannya yang sempurna berekspresi seolah mengikuti setiap nada yang ia ciptakan. Mata sipit yang sesekali terpejam untuk menghayati permainan, entah kenapa Mark sangat menyukai itu.

Mark jatuh terlalu dalam pada bocah lelaki ini. Bocah lelaki yang entah bagaimana ceritanya bisa dekat dan menjadi satu-satunya teman selama ia berada disini. Kepribadiannya yang secerah mentari walau terkadang sedikit misterius membuat Mark merasa bocah itu unik.

Musik berhenti ketika Jeno menyudahi permainannya. Dengan nafas yang sedikit terengah, ia tersenyum bangga ke arah Mark. Tentu saja Mark tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Bahkan tanpa sadar Mark sudah bertepuk tangan dan tersenyum kagum.

Senyum Jeno semakin lebar. Membuat mata sipitnya hilang sempurna dan hanya menyisakan sebuah garis melengkung yang lucu. Ia memasukkan biola ke dalam tempatnya kembali dan sekarang mengambil posisi disamping Mark.

Someone To StayWhere stories live. Discover now