Prolog

450 52 9
                                    

Joshua Spencer menatap kaca jendela besar di apartemennya. Pikirannya dipenuhi dengan beban-beban yang terkukung diatas pundak. Selama ini dia terlalu memikirkan orang lain sampai dia melupakan dirinya sendiri. Joshua lupa kalau dirinya juga butuh merilekskan pikiran. Ia menaruh harapan pada hari esok. Semoga saja, ketika hari esok datang, semua masalah yang ada dalam pikirnya dapat teratasi.

Laki-laki itu menghela napas, kemudian pergi ke balkon untuk melihat gemerlap dunia dari atas. Selama hidup di lantai dua belas ini, tidak pernah sekalipun Joshua mendapat sesuatu yang 'cukup' rasanya selalu ada yang kurang.

Terutama disisi terdalam perasaannya.

Belakangan ini, istirahatnya agak sedikit terganggu karena memikirkan sesuatu. Entah itu kepikiran atau memang sengaja dipikirkan. Terkadang hal itu mengganggu aktivitasnya. Dia bahkan beberapa kali pergi ke dokter atau sekadar ke psikiater untuk membicarakan masalah kesehatannya. Rasanya benar-benar mengganggu, sampai Joshua kesal sendiri.

Untungnya, orang-orang disekitar Joshua mengerti keadaan laki-laki itu. Dan mereka juga memberikan saran yang bagus untuk Joshua.

Dan besok adalah satu-satunya harapan untuk Joshua bisa hidup kembali, menjadi dirinya sendiri. Pun kembali memunculkan hal baru nan mengejutkan.

Me Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang