"Hei, Joshua!" sapa Ferdinand lewat telepon, ketika teleponnya dengan Joshua tersambung. "Bagaimana kabarmu, kawan?"
Joshua Spencer tidak langsung menjawab, ia lebih dulu turun dari tempat tidurnya sembari mengucek kedua mata. Lelaki itu pun berjalan menuju jendela dan membuka jendela tersebut, agar mendapat udara segar pagi hari.
"Lumayan baik." jawabnya singkat dan terdengar serak.
"Kau baru bangun?" celetuk Ferdinand cepat.
"Hm." kemudian Joshua menguap. "Aku begadang mengerjakan cerita baru." katanya.
"Apa!?" seru Ferdinand diujung sana, membuat Joshua menjauhkan ponselnya dari telinga. "Akhirnya Joshua Spencer sembuh dari writer block." timpal laki-laki itu.
Joshua hanya tersenyum sekilas, kemudian ia mengingat kejadian tadi malam. Saat Monica mengatakan secara tidak langsung dia ingin Joshua lebih lama lagi ada disini. Joshua ingin mengabulkan permintaan Monica, tapi dia sendiri tahu kalau dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia sudah meminta waktu libur lama. Dan dia sudah tidak punya penawaran apapun lagi pada Adrian.
Awalnya Joshua memang ingin membuat Monica kembali mengingat masa lalunya, tapi setelah ia mulai ingat dengan masa-sama sekolahnya dulu, ditambah cerita dari Angela tentang Monica, membuat Joshua mengurungkan niat untuk membantu Monica. Ia khawatir kalau Moncia tidak bisa tersenyum seperti sekarang dan menikmati waktunya sebebas sekarang. Joshua takut Monica sepenuhnya menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa Alex.
Terkadang Joshua juga merasa was-was kalau gadis itu tiba-tiba mengeluh pusing.
Entah itu cuma perasaan khawatir atau kasihan. Tapi yang jelas Joshua merasa kalau ia harus membahagiakan Monica. Apalagi Monica itu salah satu penggemarnya.
"Josh?" Joshua sedikit tersentak, ketika Ferdinand kembali memanggil namanya, ternyata ia sedikit melamun. "Ku dengar permintaanmu dikabulkan. Jadi bagaimana hubungan mu dengan si Monica, Monica itu?" timpal Ferdinand.
Joshua tersenyum tipis. "Tidak ada yang spesial. Kami hanya berteman."
"Terus menerus bersama pasti akan jadi dekat, kan?"
Joshua terdiam. Ferdinand benar. Tapi untuk saat ini, Joshua merasa kedekatannya pada Monica hanya sebatas teman. Kalau dibilang teman, kenapa Joshua rela melakukan banyak hal untuk Monica? Kalau dia memang kasihan atau khawatir pada gadis itu, kenapa hatinya menolak alasan tersebut?
Tetapi mendengar permintaan Monica kemarin, entah mengapa darah dalam diri Joshua tiba-tiba berdesir dan napasnya tercekat. Permintaan itu seolah sinyal yang diberikan Monica bahwa ia membutuhkan Joshua. Sama seperti beberapa tahun lalu.
Tidak ada yang berbeda antara Joshua yang dulu dengan sekarang, laki-laki itu tidak bisa menuruti permintaan Monica untuk tetap tinggal, meski Joshua ingin.
Dalam hati Joshua bertanya, mengapa di dunia ini segalanya perlu alasan? Bahkan untuk tinggal dan bertahan saja mesti butuh alasan. Dan sampai detik ini, Joshua belum menemukan alasan mengapa ia harus bertahan untuk tinggal lebih lama lagi.
"Aku yakin kau punya perasaan padanya." celetuk Ferdinand diujung sana, membuat Joshua bergeming.
Mungkinkah itu? Kedengarannya sedikit aneh, tapi...
"Kau mungkin belum menyadarinya sekarang." timpal Ferdinand lagi, seolah tahu apa yang dipikirkan Joshua.
Benar. Bisa jadi itu benar. Apa mungkin Joshua Spencer mulai tertarik pada Monica? Tiba-tiba jantungnya berdebar. Oh... apalagi ini?
"Kita bicarakan hal lain saja." ujar Joshua, berusaha menghindari segala kemungkinan diluar logikanya.
"Baiklah." jawab Ferdinand. "Aku ingin kau bertemu seseorang, dia juga penggemarmu." lanjut Ferdinand membuka permbicaraan dengan topik baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before You
FanfictionJoshua Spencer hanya punya harapan. Dan... sepertinya harapan itu secara tak langsung membawanya pada masa lalu. Menuntunya bertemu dengan Monica Frances, si gadis amnesia. Awalnya Joshua pikir, Monica itu sama seperti gadis kebanyakan, tetapi setel...