"O, Ferdinand!"
Joshua langsung berseru kala mengetahui siapa yang menelepon dirinya. Ditengah liburan yang ia ambil beberapa waktu lalu, temannya ini paling pengertian karena terus meneleponnya, entah itu bertanya mengenai progres pekerjaan atau membicarakan hal-hal tidak penting.
"Kau dimana?" alis Joshua langsung berkerut mendengarnya.
"Kan aku sudah bilang, aku mau liburan."
Terdengar suara helaan napas diujung sana. "Maksudku tempatmu berlibur, kawan."
"Ah... aku di... hmm...." Joshua menengok ke samping jendela minibus, mencoba mencari tahu keberadaannya sekarang. "Entahlah... aku tidak tahu nama desanya, tapi kupastikan aku akan kembali. Sudah dulu, ya? Aku sudah mau sampai. Bye."
Setelah berbicara dengan temannya, Joshua Spencer memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam kantong celana. Joshua sangat yakin kalau telepon tadi diteruskan, Ferdinand akan memberitahu hal-hal yang membuat kepalanya berdenyut. Misalnya pekerjaan yang harus selesai dalam waktu yang ditentukan. Oh... memikirkannya membuat Joshua memijat kembali pelipisnya. Liburan Joshua tidak boleh dirusak oleh siapapun, termasuk oleh temannya.
Rasanya sudah lama Joshua tidak sebebas ini menikmati hidup. Selama ini hidupnya penuh dengan deadline-deadline yang membuat kepalanya bercabang. Tapi, sekarang dia memutuskan untuk istirahat sejenak disebuah pedesaan. Gibbston Valley adalah tempat yang akan menjadi destinasi peristirahatannya. Well, desa anggur itu sepertinya cocok untuk tempatnya bersantai, mencari inspirasi dan memulai kisah baru. Selama di Wellington, Joshua mengalami frustrasi karena kesulitan untuk berpikir ditengah pekerjaannya yang menumpuk.
Untuk sementara Joshua meminta ijin selama beberapa minggu pada atasan untuk beristirahat sejenak dari pekerjaannya. Untungnya, atasannya mengijinkan dan merekomendasikan tempat bagus untuk Joshua beristirahat. Bahkan, dia juga mencarikan penginapan untuk Joshua selama tinggal di desa tersebut.
Setelah sampai ke tujuan dengan kendaraan travel, Joshua langsung menurunkan koper dan barang-barangnya yang lain untuk segera menuju ke penginapan. Dia sudah jauh-jauh hari memesan penginapan milik Keluarga Frances yang berdekatan dengan kebun anggur milik mereka. Akan sangat indah bila bangun di pagi hari dan disambut dengan wangi anggur.
Begitu semua barangnya telah turun, Joshua langsung pergi ke rumah keluarga Frances untuk mengambil kunci kamarnya. Semuanya masih terlihat asri disini, tidak ada uap-uap yang penuh polusi. Hanya ada tumbuhan hijau, wangi anggur serta keju. Joshua semakin tak sabar untuk mencicipi anggur dan keju disini.
"Kau Joshua Spencer, kan?" tanya seseorang yang membuat Joshua menoleh dan melihat seorang petani wanita yang sedang memanen anggur.
"Iya, aku Joshua." terlihat alis Joshua sedikit turun.
"Oh, perkenalkan, aku Michelle Frances. Istri Joan Frances, pemilik penginapannya." ujar wanita paruh baya itu sembari mendekati Joshua.
"Nyonya Frances, senang bertemu denganmu." lantas Joshua menjabat tangan wanita itu.
"Mari ikuti aku, aku akan menunjukkan tempatmu."
Joshua lantas mengikuti wanita itu. Penginapannya tidak jauh dari kebun. Oh.. tunggu sebentar. Tempatnya dikelilingi oleh perkebunan. Lahan hijau terlihat jelas sepanjang mata memandang. Bahkan aroma udaranya tercium hingga membuat Joshua terlena. Sepanjang perjalanan, Nyonya Frances memberitahu setiap detail dari tempat tersebut. Mulai dari kebun anggur, peternakan sapi, olahan anggur, keju, dan penginapannya. Oh, Joshua cukup terperangah saat Nyonya Frances mengatakan kalau penginapan miliknya berada sangat dekat dengan rumah Keluarga Frances. Katanya penginapannya berada di depan rumah. Setidaknya itu akan mudah bagi Joshua saat meminta bantuan pada tuan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before You
FanfictionJoshua Spencer hanya punya harapan. Dan... sepertinya harapan itu secara tak langsung membawanya pada masa lalu. Menuntunya bertemu dengan Monica Frances, si gadis amnesia. Awalnya Joshua pikir, Monica itu sama seperti gadis kebanyakan, tetapi setel...