Pada suatu malam yang cerah, setelah urusan saya dan kamu usai beberapa hari yang lalu, saya sedang menghadiri rapat pertama saya sebagai panitia, yang sebetulnya saya adalah anggota baru di karenakan saya telat mendaftarkan diri. Acara yang sebenarnya tinggal 4 hari lagi di laksanakan.
Perkenalan diri menjadi pembuka dalam rapat itu dan bahasan demi bahasan pun sudah usai di bicarakan. Di tengah-tengah rapat, handphone saya berdering tanda seseorang menelfon saya.
Dan ternyata, itu telfon dari kamu!
Saya yang tadinya duduk membungkuk langsung menghela napas panjang sambil meregangkan badan ke arah depan.
Saya yang tadinya ogah-ogahan mengangkat telfon dari kamu, langsung tersigap tangan ini menjawab telfon itu.
Setelah saya angkat, dan setelah saya mengucapkan hallo, kamu langsung mematikan percakapan yang belum dimulai itu.
Antara kesal karena mengganggu saya yang sedang fokus rapat, atau girang karena kamu menelfon saya walaupun tak jelas apa maksud kamu menelfon saya.
Sebelum saya meletakan kembali handphone yang saya genggam itu ke meja, handphone saya kembali berdering, namun hanya notifikasi pesan baru muncul.
Dan itu pesan dari kamu.
Ternyata kamu belum usai membuat saya tersenyum malam itu.
Namun, saya hanya melihat seklias apa pesan dari kamu. Dan kamu muncul dengan posisi, sebagai junior yang menanyakan ke senior nya.
Kamu muncul dengan menanyakan tempat yang menjual cat poster bewarna putih. Di karenakan, cat warna putih milik kamu dan teman-teman kamu habis, dan juga toko yang kamu dan teman-teman kamu singgahi sebelumnya sudah tidak memiliki cat warna putih lagi.
Saya yang tadinya hanya melihat notifikasi tersebut tanpa membuka pesan dari kamu, langsung mengembalikan lagi handphone yang saya pegang ke meja.
Namun selang berapa detik saja, diri ini tidak tahan untuk menjawab pesan dari kamu itu. Entah apa yang terjadi terhadap saya malam itu. Ingin berlagak cuek tapi nyatanya tak bisa sedikitpun apabila kamu orangnya.
Saya pun akhirnya menjawab pesan dari kamu itu, dengan menyebut toko mana yang harus kamu kunjungi, namun saya lupa nama tokonya apa waktu itu. Saya hanya menjabarkan posisi jelasnya toko itu berada secara detail.
Muncul pertanyaan dalam benak saya saat itu juga, kenapa harus saya yang kamu tanyakan. Padahal, masih banyak teman-teman seangkatan kamu yang lahir di kota yang saya dan kamu tinggali sementara itu. Dan juga masih banyak senior lainnya yang bisa kamu tanyakan yang lebih tahu di banding saya.
Namun diri ini juga mendapat jawabannya sendiri. Mungkin dengan kamu yang beranggapan, saya adalah satu-satunya senior yang punya kampung halaman yang sama dengan kamu, ditambah logat dan candaan khas asal daerah saya dan kamu berasal, yang terjalin di antara saya dan kamu.
Baris demi baris percakapan terjalin di antara saya dan kamu hingga akhirnya, kamu dan teman-teman kamu memutuskan mendatangi toko yang saya sebut itu. Namun, kamu hanya menyuruh teman kamu lainnya yang berangkat untuk membeli cat tersebut. Dengan alasan kamu malas.
Saya yang tidak enak dengan kawan panitia lainnya, mengembalikan lagi handphone saya itu ke meja dengan mengubah modenya menjadi bergetar, karena takut ketika berdering lagi malah mengganggu jalannya rapat.
Selang beberapa menit, handphone saya bergetar. Lagi-lagi, diri ini dengan sigap mengambil handphone tersebut.
Dan notifikasi itu berisi, kamu mengirim foto untuk saya.
Saya hanya memejamkan mata saat melihat notifikasi tersebut.
Apadaya, diri ini langsung sigap menanggapi pesan yang berisikan foto yang kamu kirim itu, dengan rasa penasaran, apa foto yang kamu kirim untuk saya itu.
Ternyata, kamu mengirimkan foto ketika kamu sedang berada di pinggir jalan untuk mencari toko yang saya maksud. Kamu bertanya letak pastinya toko tersebut berada.
Yang tadinya kamu malas ikut, sampai akhirnya kamu tergerak untuk ikut mencari toko tersebut. Saya hanya terheran-heran dengan kamu malam itu.
Foto demi foto ruko yang kamu kirim, pertanyaan demi pertanyaan dari kamu dan jawaban demi jawaban dari saya akhirnya usai. Dengan kamu yang sudah menemukan toko yang saya maksud itu.
Setelahnya, kamu mengucapkan terima kasih kepada saya karena telah menjadi senior yang sedikit membantu junior nya.
Hingga akhirnya, percakapan yang singkat itu namun begitu akurat di ingatan ini usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu.
RomanceRasanya, kata "kita" belum pantas di cetuskan dalam kisah ini. Saya dan kamu, terdengar lebih realistis daripada kata tersebut, yang seakan menyatakan kalau saya dan kamu pernah bersama. Berceritakan tentang saya dan kamu, yang di pertemukan Tuhan...