Setelah saya harus kalah dengan prinsip saya, saya dan kamu masih sama, hanya sebatas seorang senior dan junior yang asing.
Belum ada yang berubah.
Jauh setelah pagi itu, disaat saya dan kamu masih asing, entah angin jenis apa yang berhembus kencang pada malam itu, tepatnya di balkon kosan yang saya tinggali. Terlintas seketika dan terlihat jelas senyum dan tawa dari kamu di dalam tatapan saya yang kosong itu.
Yang tadinya saya menganggap kamu adalah hal biasa, sampai-sampai saya harus kalah pada situasi yang nyatanya, saya terpikirkan kamu.
"Ah sial, petanda apa ini? Masih belum saatnya, tenang dulu" gumam saya dalam hati, karena saat itu saya masih menjaga hati dari segala godaan dan ancamannya.
Setelah pikiran tentang kamu hilang, tak tersadar bahwa jemari saya tergerak membuka notes group angkatan kamu, yang kebetulan ada saya sebagai salah satu membernya. Hanya untuk mengecek, apa nama yang kamu cantumkan dan gunakan sebagai username sosial media berbasis media sharing itu.
Dan singkatnya, diri ini tak sadar sudah menjadi bagian dari followers akun punya kamu itu. Semuanya tergerak begitu saja tanpa direncanakan sedikitpun.
Setelah momen itu, saya hanya menyesal. Karena harus kalah pada kenyataan yang jauh sebelum itu saya tak menyangka akan seperti ini.
Saya tak menunggu tak jua berharap kamu follow back saya.
Namun, handphone yang kala itu letaknya cukup jauh dari saya, bergetar hebat. Pertanda sebuah notifikasi baru muncul. Anehnya, saya langsung sigap menanggapinya. Dan tertera jelas apa yang saya lihat di layar handphone saya, itu notifikasi dari kamu.
Kamu follow back saya.
Bibir ini hanya tersenyum sendirinya. Lalu mengembalikan lagi layar handphone yang dayanya sedang diisi itu, ketempat semulanya tanpa melihat masuk jauh lebih dalam lagi.
Hari demi hari terlewati tanpa kamu didalamnya. Menurut saya waktu itu petanda baik, masih bisa saya pikir menjaga hati ini, tak ada apa-apa dengan senyum dan notifikasi dari kamu itu.
Saya masih menganggap hal itu biasa saja.
Dan naskah perjalanan hidup saya yang dibuat Tuhan menunjukkan kuasa-Nya.
Hingga saat saya menjadi bagian dari panitia penyelenggara sebuah acara perkumpulan mahasiswa dari ibukota dan sekitarnya. Sebelum saya tersadar, bahwa kamu juga tumbuh besar di hiruk-pikuknya ibukota.
Saya ingin mengajak teman-teman seangkatan kamu yang berasal daerah yang sama. Tentunya juga saya mengajak kamu. Agar terkesan adil.
Dan akhirnya saya punya daftar nama, siapa-siapa saja yang beralamat di ibukota dan sekitarnya. Dikarenakan tugas panitia penyelenggara yang mengharuskan mengajak mahasiswa baru dalam jurusannya masing-masing.
Satu persatu saya mengajak mereka, hingga akhirnya tersisa kamu seorang. Yang nama kamu saja tidak ada dalam daftar nama yang saya buat itu. Dan entah mengapa, kamu yang saya sisakan paling akhir.
Tanpa perasaan apapun yang muncul kala itu. Mungkin waktu itu saya memikirkan kamu hanya terlintas belaka. Sampai pada waktunya, saya yang mencoba berinteraksi dengan kamu untuk pertama kalinya.
Jauh sebelum itu, saya tak pernah terpikirkan dan membayangkan akan menjadi seperti ini. Yang dulu tak pernah terlintas sedikitpun mengenai perkara memulai obrolan dengan kamu.
Tapi, malam itu. Saat saya memperkenalkan diri. Semua berubah.
Cerita tentang saya dan kamu pun, dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu.
RomanceRasanya, kata "kita" belum pantas di cetuskan dalam kisah ini. Saya dan kamu, terdengar lebih realistis daripada kata tersebut, yang seakan menyatakan kalau saya dan kamu pernah bersama. Berceritakan tentang saya dan kamu, yang di pertemukan Tuhan...