Awal Mula Kisah Ini.

41 13 0
                                    

Malam itu pun tiba. Malam yang dimana menjadi awal sejarah yang paling berpengaruh dan pernah tertulis di kehidupan saya. Yang jauh setelah awal cerita ini tertulis, saya bersyukur pernah mengenal kamu.

Seorang saya yang mulanya tidak ingin sedikitpun tau menau tentang kamu. Tiba-tiba menjadi sosok pertama yang mengenalkan dirinya terlebih dahulu pada awal mula kisah ini berasal.

Saya, yang menambahkan kamu menjadi bagian dari teman saya di aplikasi chatting tersebut tanpa rasa ragu didalamnya.

Dan sejarah pun dimulai.

"Hallo, Saya (sambil mengenalkan nama saya). Kamu anak ibukota kan?" dibukanya percakapan itu dari saya.

"Iya." Jawab sinis kamu untuk pertama kali.

"Saya ingin mengajak kamu ikut sebuah acara perkumpulan anak ibukota dan sekitarnya. Dateng ya." Tambah saya.

"Kamu jurusan ini juga? Kapan acaranya?" Tanya kamu.

"Iya sama dengan kamu. Minggu depan. Ajak teman kamu yang lain ya. Yang asalnya sama seperti kamu" tutur saya menjelaskan.

"Kamu senior ya? Iya nanti saya ajak" senyuman kecil saya mewarnai jawaban dari kamu itu.

"Iya. Panggilan kamu siapa?" Tanya saya yang tak tahu harus memanggilnya apa.

Dengan kamu yang menyebutkan nama setelah saya tanyai, saya mengakhirinya dengan menyebut nama kamu di akhir kalimat. Setelah itu kamu tak menjawab bahkan membaca penutup pesan dari saya.

Saya dibodohi layar handphone malam itu, tak kala saya menunggu balasan pesan dari kamu.

Selang beberapa hari, saya menanyai kamu tentang kabar kejelasan kamu dan teman-teman kamu dari jurusan lain namun punya kampung halaman yang sama untuk ikut atau tidak, yang kamu bilang kamu akan ajak mereka.

Jawaban kamu yang ragu tentang teman-teman yang kamu ajak ikut atau tidak. Justru sebuah jawaban iya yang saya dapat dari kamu, yang sepertinya menandakan seratus persen kamu sendiri akan ikut.

Senyum kecil lainnya yang timbul saat memandang layar handphone yang saya punya ketika melihat jawaban dari kamu itu.

Hingga akhirnya, dari beberapa anak yang saya ajak. Hanya ada kamu dan dua orang teman  sekelas kamu. Dan teman sekelas kamu itu, jauh-jauh hari sudah membayar biaya yang dikenakan untuk ikut acara tersebut. Tersisa kamu.

Kamu yang malam itu menanyakan berapa harga yang di kenakan untuk ikut dalam acara tersebut. Saya pun menjawab nominalnya.

Dan saya dibuat kamu tersenyum lebar, sembari menggigit bibir saya saat kamu menjawab, "sekian ribu tidak dapat makan? RUGI!"

Antara takjub karena merasa tersinggung atau takjub karena saya merasa kamu amat berbeda dari kebanyakan wanita yang pernah saya kenal.

Sampai pada suatu siang yang lumayan menyengat kota ini. Di depan kelas yang ramai dengan teman-teman sekelas kamu dan ada kamu terduduk diantaranya.

Saya ingin menemui kamu untuk pertama kalinya untuk menagihi pembayaran tersebut, yang pada awalnya saya begitu santai menghadapi kenyataan bahwa saya dan kamu akan bertemu.

Seketika saya terhenti langkahnya saat melihat kamu dari kejauhan, dan spontan raga yang saya punya ini berbalik arah dibuatnya. Padahal, hanya melihat kamu dari belakang saja, yang sedak asik berbincang dan tertawa dengan teman-teman kamu.

Seperti itu saja saya tak berani.

Saya yang bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan muka, malah menjadi sibuk memperbaiki penampilan untuk kamu lihat nanti. Merapihkan rambut gondrong yang acak-acakan serta mengambil sebotol parfum yang selalu saya bawa kemanapun saya pergi di dalam tas lalu menyemprotkannya ke baju yang saya pakai. Dan mencium kembali baju yang sehabis saya lumuri dengan wangi-wangian itu.

Entah apa yang saya pikirkan waktu itu. Saya hanya menjadi diri saya sendiri kala itu.

Dan persiapan pun usai. Lantas saya bergegas kembali untuk menemui kamu.

Bumi tempat saya dan kamu pijaki menjadi saksi, bagaimana percakapan singkat pertama yang terjalin antara saya dan kamu secara langsung terjadi.

Kamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang