Setelah saya tersadar bahwa seseorang yang berdiri di depan saya itu kamu. Saya melihat kamu begitu cueknya terhadap saya, membuang muka ke arah depan, sedangkan saya duduk tepat di samping kamu berdiri.
Diri ini menunjukan betapa senangnya saya saat melihat kamu sambil menelan ludah, dengan timbulnya rasa gugup yang berlebihan ketika kamu di depan saya.
Apa yang ada di kepala saya waktu itu, adalah saya tidak tahu harus memulai percakapan itu dengan kata apa.
Akhirnya bibir ini dengan lantang berbicara kepada kamu, dengan kamu yang masih cuek terhadap saya waktu itu.
"eh kamu, jadinya di jemput? Sendirian aja?" sambil saya menahan rasa gugup saat mengatakannya.
"iya di jemput, ini sama teman" kamu pun menengok ke arah saya sambil kamu menunjuk teman baru kamu, yang bertemu di satu mobil penjemputan.
Saya hanya menjawabnya dengan anggukan dan sedikit bibir manyun.
Setelah itu, kamu pun masuk dan duduk bersama teman kamu.
Saking gugupnya saya, saya menjadi lupa tugas saya sebagai tim dokumentasi. Yang seharusnya, setiap peserta acara yang baru datang, diharuskan foto terlebih dahulu di backdrop yang sudah disiapkan panitia.
Setelah beberapa peserta saya minta untuk kembali lagi beranjak dari duduknya untuk saya foto di backdrop.
Akhirnya giliran kamu tiba, dari kejauhan diri ini sebetulnya sangat gugup. Lagi-lagi diri ini tidak tahu kenapa bukan menjadi dirinya setiap dekat kamu.
Saya mendekati tempat duduk kamu secara perhalan, dan mengajak kamu untuk foto di backdrop bersama teman kamu yang lain.
Dan setelah kamu berdiri dan sambil saya tuntun menuju ke backdrop. Kamu Bersama teman-teman kamu pun sudah siap untuk di foto oleh saya.
Berhadapan lah saya dan kamu. Kamu yang menatap saya sambil memegangi bucket bag bewarna cream kepunyaan kamu. Saya yang menatap kamu sambil memegangi kamera untuk bersiap mengambil foto kamu dan teman-teman kamu.
Dan ketika saya memejamkan mata sebelah kanan untuk mengeker kamera yang sudah siap untuk di foto, pandangan ini tertuju ke arah kamu yang sedang memasang senyum yang waktu itu saya lihat pertama kali di acara keakraban pagi itu.
Sambil menghitung satu dua dan tiga, terambil lah foto kamu dan teman-teman kamu. Dan saya ulangi sampai tiga kali hanya untuk memandangi senyum kamu dari sudut keker kamera.
Selang berapa lama setelah kamu kembali ke tempat duduk kamu, acara pun di mulai.
Saya yang sibuk menjadi fotografer sekaligus kameramen, dan kamu yang sedang asik menikmati rangkaian acara.
Di sela-sela kesibukan saya yang sibuk mendokumentasikan acara, mata saya selalu menyempatkan pandangannya ke arah kamu secara otomatis. Sesekali dan hanya sekejap.
Masuk di sesi ice breaking, MC mengajak peserta bermain sebuah game yang sudah di rencanakan panitia.
Saat itu, kamera yang saya pegang baterainya habis. Dan saya pun ingin bertanya kepada teman saya yang mempunyai kamera, dimana baterai cadangannya. Dan ketika melihat teman yang saya maksud itu, teman saya itu duduk persis di samping kamu. Karena seluruh panitia di haruskan membaur dengan para peserta.
Lagi dan lagi, diri ini tidak menjadi dirinya sendiri setiap dekat atau berhadapan dengan kamu.
Sampai akhirnya saya menghampiri teman saya itu, dan sebelahnya itu ada kamu.
Dikarenakan nama kamu dan nama teman saya itu mempunyai panggilan yang hampir mirip, hanya berbeda huruf depannya saja. Saya memanggil nama teman saya, namun kamu ikut menengok ke arah saya bersamaan dengan teman saya, yang namanya saya panggil.
Dan kamu pun seperti tersipu malu saat mengetahui bahwa saya memanggil dan menghampiri teman saya itu, bukannya kamu. Karena nama panggilan yang hampir mirip, hanya huruf awal saja yang berbeda.
Hingga tiba di saat sesi akustikan, dimana semua orang yang ada di acara itu, begitu menikmati sesi bernyanyi bersama itu.
Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada kamu lewat sebuah pesan. Tak berani menyampaikan langsung ke kamu.
"terima kasih ya sudah datang, kalau mau pulang, pulang aja gapapa" saya yang sambil melihat kamu setelah mengirim pesan yang saya ketik itu.
"santai, kamu telat ngasih taunya, saya sudah di kunciin bapak kos" jawab kamu.
Kamu pun berkata kalau kosan yang kamu tinggali ada jam malamnya. Namun tetap santai karena kamu bisa meminta tolong teman kamu untuk membukan pintu gerbang yang di gembok.
Dan akhirnya, tiba juga di penghujung acara, yaitu foto bersama antara panitia dan peserta, beserta tamu undangan yang berupa pengurus acara di tahun sebelumnya.
Setelah foto terakhir, saya pun melihat kamu bergegas menuju pintu pulang bersama teman-teman kamu.
Malam yang harusnya usai waktu itu, karena urusan saya terhadap kamu sudah selesai.
Namun, malam ini pula yang menjadi titik balik di kisah antara saya dan kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu.
RomanceRasanya, kata "kita" belum pantas di cetuskan dalam kisah ini. Saya dan kamu, terdengar lebih realistis daripada kata tersebut, yang seakan menyatakan kalau saya dan kamu pernah bersama. Berceritakan tentang saya dan kamu, yang di pertemukan Tuhan...