#1

97 8 2
                                    

Hari ini seperti biasa, pagi-pagi aku duduk di lantai mengamati ikan-ikan kecil dalam aquarium yang cukup besar di hadapanku. Aku meregangkan seluruh sendi dan ototku yang kaku setelah bangun tidur. Lalu menekuk lututku kembali dan memeluknya. Kembali kuamati ikan-ikan itu.

"Sepertinya mereka bersenang-senang"

Setelah mengabsennya satu persatu, aku tersenyum. Alangkah bahagianya mereka memiliki banyak teman, bermain bersama, kesana kemari bersama. Sedangkan diriku sekarang?

Sendiri

Sesak

Aku menertawai diriku sendiri, bagaimana bisa aku merasa layaknya menjadi satu-satunya orang yang merasa kesepian yang padahal aku memiliki keluarga yang sangat menyayangiku.

Seketika aku teringat seseorang yang pernah sangat dekat denganku, kini semua memori bersamanya seperti rekaman film yang diputar dalam ingatanku. Aku tergerak, mencari dinding untuk bersandar lalu menundukkan kepalaku. Kupejamkan mataku, semakin lama suara gemricik air dalam aquarium kian menghilang. Aku hanyut ke dalam ingatanku bersamanya.

Tes

Air mataku seketika jatuh dan kesadaranku mulai kembali. Aku mengusap kasar wajahku lalu menengok kembali ke arah aquarium tadi.

"Enak sekali kalian!"

Hebat, kau berhasil membuatku marah-marah pada ikan. Seharusnya aku memberi perhitungan padamu, seharusnya. Tetapi aku sadar sepertinya itu tidak mungkin. Aku kembali menertawai diriku sendiri.

Mengenai kesendirian ini, seharusnya memberi kesempatan untuk ku membahagiakan diri sendiri, memotivasi diri sendiri, dan menunjukkan ke semua orang bahwa aku hebat. Namun sepertinya aku tidak sehebat itu, dan bahkan aku tidak memiliki keinginan untuk menjadi hebat.

Memang, orang-orang dengan berbagai pencapaian itu terlihat hebat, menginspirasi. Dan akan sangat menakjubkan jika aku berada di posisi itu. Namun aku tidak ingin, dan juga takut jika berada di posisi itu. Aku bukanlah tipe orang yang senang menjadi pusat perhatian.

Tetapi entah mengapa aku selalu menginginkan ada orang lain yang berusaha membahagiakanku, menyayangiku, memberikan seluruh perhatiannya untukku. Padahal kupikir di saat kita ingin dibahagiakan orang lain, maka kita harus siap membahagiakan orang lain.

"Lantas apa bedanya dengan membahagiakan diri sendiri?"

Bodoh, sudah cukup. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu agar tidak terlalu banyak berpikir.

---

Liburan semester ini aku lebih banyak bermalas-malasan dan tidak melakukan banyak kegiatan. Ini membuatku mudah sakit. Seperti saat ini, aku sedang flu. Bersin saja bisa membuat lelah. Malas melakukan apapun dan hanya bergelung dengan kasurku.

Kuraih ponselku yang sangat anteng sedari bangun tadi.

Alma Safira
Sibuk?

Dicky Permana
Ga, ada apa?

Alma Safira
Gapapa, bagus kalo gitu.

Dicky Permana
Hmm

Kuhembuskan nafas kasar. Ku tutup kembali ponsel itu dan melemparnya ke sisi lain kasurku. Dia selalu seperti itu.

Ah, seharusnya tidak seperti ini.

Kubenamkan kepalaku pada bantal kuning kesayanganku. Ia memang yang paling mengerti diriku.

Kita bersama sudah cukup lama, sudah banyak kenangan yang kita ukir bersama. Tahun demi tahun kita jalani. Tapi semuanya berubah setelah aku melakukan kesalahan.

Aku pernah menyuruhmu untuk menjauhiku, tidak dekat-dekat denganku, dan tidak lagi mengirimiku pesan -karena suatu hal yang cukup rumit. Tapi seandainya kau tau, hal itu adalah salah satu penyesalan besar dalam hidupku. Katanya, kita tidak boleh mengatakan "seandainya" tapi kenyataannya yang ingin kukatakan adalah seandainya aku bisa menarik perkataanku. Kuingin kau tau aku sangat ingin kembali bersamamu seperti dulu.

Kau bahkan berulangkali menolakku dan mengatakan kau tidak bisa bersikap seperti dulu.

Sakit

Sakit yang menyangat, mungkin ini balasanmu untukku karena kau juga merasakan sangat sakit saat itu. Meskipun aku hanya orang bodoh yang tidak bisa berhenti berasumsi mengenai dirimu.

---

Hari ini sudah menjadi hitungan bulan sejak kau tidak menghubungiku. Kau menjadi orang yang semakin jauh, orang yang sepertinya tidak lagi ku mengerti. Tak henti-hentinya aku berasumsi mengenai dirimu. Apa yang sedang kau lakukan, apa yang sedang kau rasakan, pikirkan, apa aku pernah terpikir olehmu, masihkah ada rasamu untukku?

Aku menjadi cukup gila karena semua pertanyaanku sendiri yang tak kunjung terjawab. Aku tipe orang pemikir, ada banyak pertanyaan di kepalaku tapi aku tak pernah berani mengungkapkannya.
Bahkan sepertinya, aku membenci diriku sendiri.

Kuraih ponselku dan membuka aplikasi chatting, ku cari namamu yang kini berada jauh di bawah.

Sudah berjam-jam yang lalu sejak terakhir kau aktif.

Huft

Setiap hari pasti begini. Meskipun di tiap harinya tidak ada pesan masuk darimu, aku sudah cukup senang melihat tulisan online di bawah namamu. Apalagi jika aku mendapat kabarmu dengan melihat status yang kau buat, senangnya bukan main. Kau tau mengapa? Karena saat ini rasanya mustahil kau akan mengirimiku pesan.

•••

Mungkin awalannya masih membingungkan, soalnya ini masih tahap pengenalan. Jadi ikutin aja alurnya yaa :)

Btw maaf kalo penulisannya masih acakadul wkwk

Vote dan komentar kalian sangat kutunggu ❤

20 Februari 2019

Hati - Aku dan Segala TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang