#4

54 4 6
                                    

Alma Safira
Lagi dimana?

Hah?

Dicky Permana
Rumah

Alma Safira
Kuy

Hah?

Dicky mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa maksudnya? Ia memicingkan matanya dan mendekatkannya ke ponselnya. Apa ia salah baca?

Dicky Permana
Kemana?

Klung...

"Aku pergi dulu ya, Paman!"

Pamannya yang sedang di belakang tak mendengar dengan jelas. "Hah? Apa? Yaa.." Seketika terdengar suara motor dinyalakan.

---

Langit di telaga cukup berawan tetapi matahari masih bersinar cukup terik. Seperti sedang dilema saja, sebenarnya mau hujan atau tidak, sih? Sedari pagi tadi sejujurnya Alma juga takut jika hari ini turun hujan. Bisa gagal rencananya. Sangat sulit mendapat kesempatan emas seperti ini, ia luang, Dicky juga luang. Tapi sekarang sudah tidak apa, sekarang ia sudah disini dan sudah mengajaknya, ia hanya perlu menunggunya datang, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia tersenyum menatap telaga di hadapannya sambil mengayun-ayunkan kakinya di ujung gazebo.

Sayup-sayup terdengar suara motor, Alma meliriknya sedikit, sepertinya ia sudah datang. Ah, Alma mulai gugup dan salah tingkah. Bagaimana ia harus bersikap? Bagaimana cara ia menyambutnya? Akhirnya ia memutuskan untuk pura-pura tidak tahu dengan memainkan ponselnya.

Lama sekali. Kenapa ia tak sampai-sampai di gazebo ini? Perasaan dan pikirannya tambah semrawut. Ia sangat tidak suka berada dalam keadaan seperti ini. Mengapa jantungnya seperti sedang meloncat-loncat dari tempatnya.

Dicky sudah berada dekat dari tempatnya!

Aaaa.. ingin sekali teriak. Bagaimana ini?! Alma berusaha mengendalikan dirinya, pelan-pelan ia mendongakkan kepalanya lalu tersenyum. Sayang, senyumannya tak terbalas. Menyebalkan. Tapi ia tetap berusaha tersenyum.

"Aah.. Untuk apa kesini panas-panas begini?"

Sial, kenapa itu yang harus menjadi kalimat pertama yang dikatakannya pada Alma setelah sekian lama tak bertemu. Tidak bisakah ia mengatakan "Hai, aku merindukanmu" atau semacamnya?

Alma hanya bisa nyengir-nyengir canggung. Kenapa juga ia tak mau langsung duduk? Ah iya, kini ia sedang berteduh di sisi lain gazebo. Menyebalkan memang. Alma mencoba membuka obrolan dan sepertinya berhasil. Mereka mengobrolkan banyak hal, tetapi tidak tentang hubungan mereka dan juga bukan tentang kenangan yang pernah mereka lalui. Hanya bincang-bincang biasa, basa-basi.

Eh iya, jangan pikir Dicky akan terus-terusan berdiri. Setelah beberapa waktu, akhirnya Dicky duduk juga, kok. Karena Dicky duduk di sampingnya, Alma jadi mulai berkhayal Dicky akan memegang tangannya. Dasar bodoh, jangankan memegang tanganmu, Al, ia bahkan sekarang sudah tak ingin kau tatap, ia lebih memilih berpaling. Tapi memang bandel si Alma, ia tidak peduli. Ia sudah sangat senang bisa duduk berdampingan dengan Dicky dan berbicara banyak hal -menghabiskan waktu bersama.

Dicky sempat mengajaknya makan, mau ditraktir, katanya. Tapi Alma menolak. Bukannya tidak mau, sejujurnya ia juga sangat lapar, perutnya terus keroncongan di sepanjang obrolan mereka. Ia hanya merasa tidak enak mengingat bagaimana hubungan mereka saat ini. Menambah hutang, katanya. Selama mereka berhubungan Dicky sangat baik padanya, membelikan ini itu. Setelah seperti ini, ia jadi merasa tidak enak. Kalaupun ia ingin membayar sendiri, Dicky pasti menolaknya. Mungkin lain kali saja, pikirnya. Padahal ia sendiri tidak tau masihkah ada 'lain kali'? Semoga saja.

Sudah dua jam lebih.

Akhirnya hal yang Alma sangat tidak suka tiba juga. Dicky mengajaknya pulang. Beberapa kali Alma menolaknya dengan berbagai alasan. Padahal hal yang sebenarnya ia ingin katakan adalah ia ingin lebih berlama-lama dengan Dicky. Sangat klise, bukan? Tetapi memang benar begitu adanya. Karena Alma tidak tau, akankah mereka bisa bertemu lagi, suatu saat. Dan entah mengapa Dicky sangat ingin pulang saat itu. Ditanyapun tidak menjawab. "Tidak apa-apa, tidak apa-apa." Menyebalkan. Padahal Alma akan menerima apapun alasannya, mungkin.

"Kenapa ngga mau pulang sekarang? Mau main dulu, ya?"

Hah? Apa? Seperti tidak mengenal Alma saja.

"Engga, kok, mau main kemana juga. Ngga ada temen." Jawabnya malas sambil menengok ke arah yang lain.

Sepertinya Dicky mulai kesal. "Ya udah, ayo, pulang."

Seketika Alma melihat ke arah Dicky lagi. Ia perhatikan setiap inchi wajahnya. Sial, kenapa Dicky sangat ingin pulang dan terlihat kesal?! Tidak inginkah ia lebih berlama-lama dengan Alma? Baiklah, akhirnya Alma mengalah. Ia tak ingin pertemuan ini berakhir tidak baik. Ia menundukkan kepalanya tak ingin menatap wajah itu lagi, kesal juga melihat Dicky kesal padanya. Ia sadar saat itu Dicky menatapnya, tapi ia tak ingin membalas. Biarkan saja, lagipula jika ia balas pasti Dicky kembali berpaling. Pelan-pelan ia turun dari gazebo itu dan berjalan menuju ke arah parkiran. Dicky menyusulnya lalu mendahuluinya. Entah kenapa Alma tambah kesal!

Ya sudahlah!

Satu lagi hal yang Alma suka di setiap pertemuan mereka sejak dulu. Mengendarai motor, beriringan. Alma melihatnya dari spion, entah kenapa sangat menyenangkan. Dengan begitu ia bisa bebas senyum-senyum sendiri seperti orang gila karena Dicky juga tidak akan tau.

Mereka beriringan hingga ke persimpangan dimana Alma dan Dicky harus berpisah menuju arah yang berbeda.

Ada hal yang cukup mengejutkan Alma saat di persimpangan.

Sambil menengok kanan kiri sebelum menyeberang. "Makasih, ya." Ucap Alma sambil tersenyum tipis, entah terlihat atau tidak.

"Sampai rumah cepat makan!"

Alma mengerjap-ngerjapkan matanya, apa benar yang barusan ia dengar? Ia hanya bisa terdiam sambil mengangguk kecil lalu tak tersadar motornya tertarik gasnya, mereka harus berpisah begitu saja. Alma sempat menengok Dicky lewat spion beberapa saat setelah menyeberang. Ia masih disana, apa maksudnya? Kenyataan ini benar-benar membuat Alma bingung, pertahanannya runtuh.

Alma ingat saat Dicky mengatakan itu, Dicky sedang menatapnya. Alma sadar, namun Alma tak membalasnya. Kalimat itu, sangat sederhana. Tapi sangat ia rindukan. Perhatian kecil yang menenangkan. Alma tak bisa berbohong, ia sangat senang, senang bukan main. Bolehkah ia senang karena hal ini sekarang?

•••

Lanjut?

Vote dan komentar kalian sangat kutunggu ❤

24 Februari 2019

Hati - Aku dan Segala TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang