#3

62 4 0
                                    

Alma Safira
Hari ini sibuk?

Dicky Permana
Ga

Alma Safira
Oke bagus.

---

Hari itu Alma sangat bersemangat. Setelah sebulan lebih ia habiskan liburan semesternya di rumah saja akhirnya ia mendapatkan kesempatan ini. Ia berencana untuk menemuinya. Laki-laki yang sangat ia rindukan. Kira-kira bagaimana ia sekarang ya?

"Tambah kurus atau gemuk? Tambah item apa engga ya? Apa nanti dia bakal banyak ngobrol sama aku?"

Semua pertanyaan yang terus berputar di kepalanya justru membuatnya tambah kegirangan dan terus tersenyum.

"Tidak akan ada kata malas hari ini!" Begitulah tekadnya saat itu.

Bagaimana tidak? Kesempatan itu akhirnya datang juga. Dicky -laki-laki si gila kerja itu- akhirnya mendapat libur dan pulang. Ini adalah saat yang Alma tunggu-tunggu. Ia akan mengajaknya bertemu. Ia berharap Dicky bisa bertemu dengannya, semoga saja.

Selama liburan Alma tak pernah pergi kemanapun untuk bermain. Karena hampir setiap hari ia ditinggal orang tuanya pergi bekerja, jadilah ia asisten rumah tangga di rumahnya sendiri, begitulah kira-kira ia menyebutnya. Padahal tak banyak pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan karena seringkali ibunya masih mengerjakannya sendiri.

Hari inipun sama, ia sendiri lagi. Pagi-pagi setelah merapikan kamarnya, ia ke ruang tengah untuk menyapa ikan-ikan kecil kesayangannya, memberinya makan, dan mengajaknya mengobrol sebentar.

"Selamat pagi! Kalian kelihatan senang. Yosh, aku juga akan bersenang-senang bahkan aku akan membuat kalian iri! Kalian tau apa? Aku akan bertemu dengannya!" Ia beranjak dari duduknya dengan senyum yang mengembang sangat lebar menatap aquarium di hadapannya.

---

Dicky sedang menonton tv di ruang tengah rumahnya. Akhirnya ia bisa bersantai, ia sangat lelah. Dua hari libur dengan satu hari ia habiskan untuk tidur dan bermalas-malasan. Cukup puas rasanya.

Klung...

Dengan malas ia menggerakkan tangannya untuk meraih ponselnya.

Alma?

Alisnya berkerut. Apa maksudnya? Ah sudahlah tak usah terlalu dipikirkan. Lebih baik melanjutkan menikmati waktu-waktu seperti ini. Waktu yang sangat langka. Hari libur, keluarga, dan menonton pertandingan bola tim kesayangan, sudah sangat cukup untuknya, ia tak ingin apa-apa lagi.

Tetapi sebenarnya ia tak terbiasa bermalas-malasan seperti ini meskipun tubuhnya sangat lelah. Ia orang yang rajin dan senang melakukan sesuatu.

Sudah diputuskan, ia bersegera membersihkan diri.

"Bu, aku mau ke warung paman."

"Ya, udah sarapan?"

"Hmm, nanti saja, Bu."

"Ya sudah terserah saja."

Dicky mengeluarkan motornya dari garasi. Motor matic kesayangan hasil jerih payahnya bekerja siang malam sebagai buruh sebuah pabrik di kota sebelah. Tak lupa ia sedikit memantaskan diri bercermin di spion motornya itu.

"Yap, sepertinya sudah tampan. Seperti biasanya." Batinnya.

Dengan santai ia melajukan motor maticnya menuju warung pamannya. Hal ini biasa ia lakukan jika senggang -menunggu warung pamannya. Lumayan bisa wifian, katanya. Kadang-kadang juga dikasih makan. Begitu saja sudah cukup, maklum, terkadang di rumah ia kehabisan makanan. Karena ia memiliki empat adik.

"Tadi Alma ngapain ya, kok tau-tau tanya begitu, hmm dasar ngga jelas!"

"Assalamualaikum, Paman!"

Pamannya yang sedang mengotak-atik motor butut kesayangannya itu melongok, "Eh, Dicky. Waalaikumsalam. Libur kamu? Mau nunggu warung? Udah makan belum?"

"Iya, Paman. Ee.. Sudah." Jawabnya sambil nyengir.

Pamannya memutar bola mata malas "Halah, kamu itu. Udah sana ke belakang, sarapan dulu."

"Siap, Paman. Kalau paman memaksa. Hehe.." Jawab Dicky diiringi dengan gelengan kepala pamannya.

---

"Akhirnya selesai juga!"

Alma menengok ke arah jam dinding di ruang tengah lalu menghembuskan nafasnya kasar.

Sudah jam sepuluh.

Padahal ia belum bersiap-siap. Lelah membersihkan seisi rumah dan mengurus urusan dapur, rasanya ingin tidur saja. Tapi bagaimana bisa ia melewatkan kesempatan ini?

Huft.. Dilema.

"Istirahat sebentar dululah."

Istirahatnya tidak tenang, ia selalu kepikiran. Bagaimana cara bertemunya? Bertemu dimana? Bagaimana cara mengajaknya? Akhirnya ia memutuskan untuk bersiap dahulu. Yang ini-itu, urusan belakangan.

Kini ia tengah berada di depan cermin.

Begini saja.

Dandanannya selalu sederhana. Rambut sebahunya dibiarkan terurai. Pelembab dan bedak bayi, sudah nampak sempurna baginya. Jujur saja ia tak mempunyai perlengkapan make up yang ita-itu. Dan sepertinya ia juga tidak tau cara menggunakannya.

Sebenarnya ia sudah siap dari tadi. Tapi ia bingung bagaimana cara mengajak Dicky. Dia memang terlalu banyak berpikir, kesana kemari tidak jelas, terlalu gugup dan bingung. Berpikir dan menyiapkan mental saja membutuhkan waktu berjam-jam. Ia sendiri juga bingung, apakah ia normal? Adakah gadis lain yang sepertinya juga? Tunggu-tunggu, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu.

Akhirnya ia langsung mengunci pintu rumah setelah mengeluarkan motornya. Ia melajukan motornya tanpa tau tujuan. Setelah dipikir sambil berputar-putar tidak jelas, ia telah memutuskan pilihannya. Sebuah telaga yang beberapa kali pernah mereka kunjungi bersama sebelumnya. Tempatnya tidak ramai, sangat menenangkan seperti yang Alma suka, dan semoga saja Dicky juga menyukainya.

Sampai di tujuan Alma bingung harus kemana. Sudah mulai sore. Ah, tidak ada banyak orang. Maklum ini bukan hari libur maupun weekend. Tidak apa, ini sempurna baginya. Ia memilih duduk di sebuah gazebo. Gazebo yang nyaman, sejuk. Ia memejamkan matanya lalu tersenyum.

Seketika ia teringat lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, ia harus mengajak Dicky! Ia mengobrak-abrik isi tas kecil hitam miliknya.

Ponsel ponsel ponsel, mana ya..

Aha!

---

Klung...

Alma?

Klik

Alma Safira
Lagi dimana?

•••

Lanjut?

Vote dan komentar kalian sangat kutunggu ❤

23 Februari 2019

Hati - Aku dan Segala TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang