#5

44 5 0
                                    

Setelah pertemuan itu aku merasa aku bisa menjalani hari-hariku dengan lebih tenang. Jujur saja, ada perasaan lega setelah bertemu dengannya.

Aku baru bisa membenarkan semua perkataan para pujangga itu setelah aku merasakannya. Dulu sebelum aku mengenal Dicky, kupikir semua perkataan mereka hanya omong kosong.

Ini sedikit menggelikan rasanya ketika dulunya aku mencemooh mereka malah sekarang aku sangat membutuhkan mereka -untuk menggambarkan perasaanku. Karena sejujurnya aku sendiri tidak bisa mengekspresikan diriku, aku tidak bisa memilih kata-kata yang tepat. Dengan adanya mereka, aku merasa sangat terbantu.

Pernah tidak, merasa dirimu sangat kosong dan hampa tetapi kamu sedang malas melakukan apapun untuk mengisi kekosongan itu? Ya, sepertinya aku sedang dalam keadaan itu.

Aku begitu ingin ada seseorang yang mengisi kekosongan itu tanpa harus kuminta. Rasanya sudah terlalu lama seperti ini. Sebenarnya aku sangat tidak menginginkan hal ini. Tapi aku masih belum bisa menghapusnya. Rasanya aku belum sanggup membuka diri untuk orang yang baru.

"Aku ingin ia bahagia, meski tak bersamaku."

Kalimat yang terdengar begitu mulia tetapi sebenarnya hanyalah omong kosong besar. Memang benar, aku ingin ia bahagia, tapi yang kuinginkan adalah bahagianya itu karenaku -bersamaku.

Takdir memang seringkali jahat -bagi manusia. Seharusnya aku sadar, aku hanyalah makhluk yang tak memiliki hak apapun atas hidup ini. Semuanya sudah diatur, Tuhan menyerahkan beberapa bagian untuk kita urus dan beberapa bagian lain yang tidak perlu kita pusingkan. Salah satunya takdir.

Akan sangat sulit bagiku menjalani kali kedua dengan orang lain. Namun seketika aku ingat satu hal. Bukankah aku tidak tahu apakah ajal atau jodoh yang akan menjemputku terlebih dahulu? Dalam sekejap aku menjadi lebih tenang karena mungkin saja tidak akan ada orang lain setelah dia dan mungkin saja dia adalah yang terakhir untukku.

Menurutnya, kami sudah berakhir sejak lama. Sayangnya aku tidak sependapat, aku masih di tempat yang sama meskipun tertatih sendirian. Ada satu hal lagi yang mesti ia tahu, aku tak pernah putus harapan meski harapan itu terdengar sangat mustahil saat ini.

---

Selama ini yang aku tahu kau tak akan pernah mau menerimaku kembali, sebagai aku, kamu, kita, yang dulu. 'Perpisahan' yang kau anggap itu entah karena apa, karena siapa. Yang aku tahu, kau selalu merasa aku yang menghancurkan hatimu -perasaanmu.

Namun seandainya kau tahu, kalau kau berhak merasa begitu seharusnya aku juga berhak merasa seperti itu. Aku berhak merasa, semua rasa sakit dan sesak di dadaku ini karenamu. Padahal sudah ku bilang, kan, seringkali anggapan seperti itu hanya anggapan subjektif belaka.

Kuharap dirimu, juga semua orang sadar, dan segera menghentikan hal-hal seperti itu. Jangan sampai malah-malah kita menyalahkan orang yang tak bersalah, atau tidak bersalah sebesar yang kita rasakan.

Berminggu-minggu sebelum bertemu denganmu, aku sering memimpikanmu. Aku ingat, malam itu aku terbangun, jam 2 dini hari. Kehadiranmu -dalam mimpi- yang sangat tiba-tiba itu benar-benar mengejutkanku. Entah kenapa, saat terbangun perasaanku sangat semrawut. Aku terlalu baper.

Memang benar di setiap hariku terkadang terbesit dirimu dalam ingatanku, dan hanya itu saja, tidak lebih. Tapi saat itu entah kenapa, dadaku kembali sesak saat mengingatmu. Mungkin mimpi itu menyadarkanku akan keadaan hubunganku denganmu saat ini. Mimpi yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan. Sejak saat itu hariku tidak pernah tenang.

Dick, tolong maafkan aku yang masih terus mengharapkanmu. Maaf jika aku membuatmu lelah menolakku hingga tak tahu lagi cara yang ampuh untuk mengenyahkan diriku dari hidupmu. Semua ini berada di luar kuasaku. Aku minta pada Tuhan untuk menghapus perasaan ini jika kau memang bukan untukku. Sayangnya aku tidak tahu apapun mengenai isyarat Tuhan yang satu ini, hingga Dia masih menaruh perasaan ini padaku -untukmu.

Sebenarnya aku juga tidak ingin berharap yang tidak-tidak, mengingat dirimu yang sudah tidak menginginkanku. Harapan yang suatu saat akan menjatuhkanku, lagi, untuk yang ke sekian kalinya.

Kegelisahan, ketakutan, kekosongan yang membuat bingung harus melakukan apa, bingung harus bagaimana, dan selera makan menjadi hilang. Terkadang selera makan masih normal, tetapi semua makanan terasa menjadi tidak enak.

Serba salah.

Setelah bertemu denganmu, ku merasa sepertinya dirimu adalah obat dari segala rasa tidak mengenakkan itu, rasa yang tidak membuatku nyaman. Semua asumsi negatif mengenaimu, seketika hilang. Kupikir kau telah meninggalkanku, melupakanku.

Aku sudah tidak peduli bagaimanapun perasaan dan pikiranmu mengenaiku, yang terpenting kau masih orang yang sama, yang perhatian dan baik padaku.

Terimakasih karena kau selalu menjadi orang yang seperti itu. Terlepas dari pikiran apakah aku spesial untukmu atau tidak, kau tetap orang yang baik.

Setidaknya pertemuan itu mengurangi ketakutanku karena 'kehilanganmu' selama ini. Aku tidak lagi merasa hampa dan bisa menjalani hari-hariku dengan lebih tenang.

Kau tahu, mungkin ini terdengar lebay. Sungguh aku tidak bisa membayangkan jika kamu benar-benar meninggalkanku, setidaknya untuk saat ini. Cukup sekali kurasakan itu, dan jika memang kita tidak berjodoh, jika boleh, aku tidak ingin dipisahkan dengan cara seperti itu.

Tapi kita hanyalah makhluk yang akan mengikuti semua takdir yang sudah ditentukan-Nya, bukan?

•••

Bagaimana?
Maaf kalo ceritanya absurd, wattpad ku juga sering error jadi maaf kalo banyak notif wkwk

Vote dan komentar kalian sangat kutunggu ❤

25 Februari 2019

Hati - Aku dan Segala TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang