Satu

390 64 34
                                    

***

Jangan biarkan persoalaan dunia membuyarkan fokusmu saat berkomunikasi dengan-Nya.

- Alifa Fadheela -

***

Seorang gadis berjilbab instan tengah duduk di dekat jendela kamarnya, irama hujan yang menghantam atap berpadu dengan tilawah merdu dari bibir merah muda miliknya.

Gadis itu adalah Alifa. Alifa Fadheela. Anak tunggal dari pasangan Zainal Hakim dan Asma Jahida.

Tidak terasa hujan berlalu, bersamaan dengan redanya hujan, adzan ashar berkumandang. Alifa menjalankan kakinya untuk pertemuan sore hari ini dengan sang Ilahi.

Bagi Alifa sholat adalah kebutuhannya setiap hari yang apabila dilewatkan membuatnya resah. Dari sholat ia bisa berkomunikasi dengan-Nya, membagi keluh kesah yang tak bisa ia bagi selain kepada-Nya.

Setelah sholat tidak lupa Alifa tadahkan tangannya, memohon ampun atas kesalahan dan kekhilafan yang ia lakukan hari ini, meminta taufik dan hidayah-Nya, mendo'akan kedua orang tua yang disayanginya, dan neneknya yang sudah tenang di alam yang berbeda. Juga do'a lainnya yang tak pernah luput dari mulutnya.

Setelah merapikan peralatan sholatnya, Alifa menuju dapur hendak membantu Bi Tarti memasak untuk makan malam. Memasak adalah aktivitas yang disukai Alifa, ia bisa lebih pandai memasak dan mengenal berbagai macam masakan.

Bi Tarti tak sedikit pun merasa terbebani dengan keinginan Alifa, karena memasak bersama sudah menjadi rutinitas keduanya sejak Alifa berada di kursi kelas VIII SMP. Jadi tak perlu diragukan lagi, Alifa adalah gadis yang pandai memasak.

"BIBI!" teriak Alifa hendak mengejutkan Bi Tarti yang tengah mencuci tangan.

"EEE OPOR AYAM!!!" teriak Bi Tarti terkejut.

Tawa keduanya pecah mengisi heningnya rumah. Keduanya tertawa bukan tanpa sebab, akan tetapi karena Alifa sudah berhasil membuat Bi Tarti terkejut untuk kesekian kalinya.

"Bibi masih terkejut saja," ucap Alifa dengan tawa yang mulai mereda.

"Iyah, Neng, padahal sudah bertahun-tahun masih saja terkejut," balas Bi Tarti disertai kekehan keduanya.

"Yaudah, kita mulai masak aja yuk, Bi!" ajak Alifa pada Bi Tarti.

"Ayo Neng, hari ini kita masak opor ayam, soalnya kemarin ayah Neng bilang pengen opor ayam." balas Bi Tarti sembari membuka kulkas untuk mengambil ayam segar yang akan digunakan membuat opor ayam.

"Ohh.. pantesan tadi Bibi terkejutnya teriak opor ayam." ucap Alifa disertai kekehan dan Bi Tarti hanya menanggapi dengan tertawa ringan.

Keduanya memasak dengan diiringi candaan. Hal yang sangat Alifa rindukan dari Bundanya yang selalu sibuk sejak empat tahun kebelakang.

Dari Bi Tarti Alifa bisa merasakan kasih sayang seorang ibu yang telah lama tak diberikan oleh Asma-Bunda Alifa.

Ifa pengen masak bareng Bunda lagi .

Batin Alifa yang merindu.

"Neng Ifa, kok ngelamun.." tutur Bi Tarti lembut.

AlifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang