***
Tersenyumlah di depan semesta, dimana pun dan dalam situasi apapun.
- Alifa Fadheela -
***Begitu sampai di Resto Camelia Alifa langsung mencari keberadaan bundanya.
Tak perlu lama Alifa sudah menemukan bundanya dimeja nomor 6 bersama Zainal-ayahnya dan..., 3 orang yang tidak pernah ia temui sebelumnya.
Apa itu rekan kerja Asma dan Zainal? Tapi tadi Bundanya tidak memberitahu Alifa akan mengajak rekan kerjanya bukan? Lalu siapa mereka? Sudahlah, daripada berkecamuk dengan pikirannya, Alifa memilih langsung menghampiri mereka.
"Assalamu'alaikum.." sapa Alifa pada mereka yang berada di meja bundar yang tampak mewah itu.
"Wa'alaikumsalam.." serempak mereka.
"Ifa, sini sayang," ucap Asma memberikan arahan agar sang putri duduk disampingnya, lebih tepatnya disamping laki-laki yang tidak ia kenal.
"Iya Bunda," sahut Alifa dan langsung duduk disamping Asma. Ia tak mau banyak bertanya siapa mereka, nanti juga pasti bundanya akan memperkenalkan, itulah yang saat ini ada dalam pikiran Alifa.
"Andi, Aisha, dan Rendy, perkenalakan ini putri saya Alifa." Asma memperkenalkan Alifa pada ketiga orang tadi, dan terjawablah pertanyaan yang sempat muncul dalam benak Alifa.
"Alifa Tante, Om, dan--" sapa Alifa tersenyum canggung dan Alifa bahkan lupa nama lelaki di sebelahnya. Ya Tuhan, rupanya Alifa tak memperhatikan saat Asma memperkenalkannya!
"Rendy." tutur lelaki di sebelahnya itu dengan wajah datar, dan Alifa sama sekali tidak mempermasalahkan itu, yang penting ia sudah tersenyum, dibalas atau tidak itu haknya.
"Oke, Alifa, Rendy. Saya tidak mau basa-basi, di sini ada hal penting yang ingin kami beritahukan kepada kalian berdua," Andi-papanya Rendy, mengambil alih pembicaraan. Ia menghela napas, kemudian melanjutkan ucapannya.
"Ibu saya, neneknya Rendy dan ibu Zainal, almarhumah neneknya Alifa mempunyai keinginan untuk menjodohkan cucu mereka, dan nenek Alifa sudah meninggal lebih dahulu sebelum menyampaikan perjodohan ini, sedangkan Ibu saya tengah sakit, dan beliau baru saja memberitahukan hal ini kepada saya, dia ingin kamu Alifa dan anak saya Rendy dijodohkan." jelas Andi panjang lebar.
Deg.
Alifa benar-benar terkejut mendengar penuturan Andi. Ia dijodohkan? Ia belum siap untuk membuka hati pada seseorang. Bahkan ia sama sekali tidak mengenal Rendy, ini kali pertama keduanya bertemu.
Ya Allah.. bagaimana ini? Alifa bingung, tapi ini adalah keinginan nenek, Alifa ingin membahagiakan nenek, Ya Allah.. yakinkan hati Alifa dengan pilihan yang terbaik menurut Engkau.
"Ini adalah keinginan nenek kalian, saya harap kalian berdua bisa mengerti!" lanjut Andi membuyarkan lamunan Alifa dan Rendy pun akhirnya bersuara.
"Aku nggak bisa, udah ada pacar," sahut Rendy santai tanpa berpikir panjang.
Andi mendesah berat mendengar ucapan putranya. Tidak bisa 'kah dipikirkan dulu? Alifa gadis yang baik, cantik, lembut dan pintar. Sedang pacar Rendy? Rumah tangga seperti apa yang akan ia bangun bersama gadis yang tidak tahu sopan santun itu?
"Rendy, kamu sayang 'kan sama Nenek? Kamu mau 'kan Nenek bahagia? Terima perjodohan ini yah sayang," ucap Aisha-Mama Rendy sembari mengusap punggung tangan putranya.
Rendy diam tak menjawab, ia tengah berpikir, ia sangat menyayangi sang nenek. Neneklah yang merawatnya sejak kecil karena mamanya yang sibuk dengan pekerjaan tak sempat memperhatikannya, ia ingin neneknya bahagia, ia tak mau mengecewakan orang yang menyayanginya.
"Bagaimana Rendy?" tanya Aisha pada Rendy yang hanya diam sedari tadi.
Rendy menatap Aisha datar "Rendy terima perjodohan ini karena Nenek." jawabnya setelah berpikir cukup lama.
Aisha tersenyum karena Rendy mau menerima perjodohan ini. Meskipun awalnya karena sang nenek, ia yakin kebaikan dan kelembutan hati Alifa akan membuat Rendy menyukainya kelak.
"Dan kamu Alifa?" tanya Asma pada putrinya yang hanya menunduk saja.
"Bismillah, Alifa juga terima perjodohan ini." jawab Alifa dengan senyum diwajahnya. Alifa yakin inilah pilihan yang telah Allah tentukan untuknya, hatinya merasa mantap untuk memberikan jawaban 'iya'.
"Bagus, jadi mulai sekarang kalian harus lebih sering berkomunikasi. Supaya bisa lebih akrab, setiap weekend kalian harus pergi jalan-jalan berdua. Papa tidak terima penolakan!" ucap Andi tegas.
Alifa maupun Rendy sebenarnya tidak setuju dengan peraturan yang dibuat oleh Andi. Alifa merasa tidak tenang jika harus pergi berdua dengan laki-laki yang belum menjadi pasangan halalnya, mereka baru dijodohkan, perjodohan itu tak menghalalkan seorang Rendy untuk berduaan dengannya.
Sedang Rendy, setiap weekend sudah jadwalnya pergi bersama sang pacar. Ia tak mau memutuskan pacarnya, karena Rendy sudah berniat sejak awal untuk membuat Alifa yang membatalkan perjodohan ini, Termasuk membatalkan setiap acara weekend itu!
Tapi, seperti yang sudah dikatakan Andi, ia tidak menerima penolakan. Keduanya pun pasrah saja untuk mengikuti keinginan Andi. Ralat, hanya Alifa yang pasrah, tidak dengan Rendy, ia hanya berpura-pura pasrah.
"Rendy, Alifa, sekarang kalian tukaran nomor WhatsApp ya" pinta Aisha.
Rendy yang tak mau banyak bicara langsung menyerahkan ponselnya pada Alifa, dan begitupun dengan Alifa. Yang berbeda adalah Rendy menyerahkan ponsel dengan wajah datar dan tak mau melihat kearah perempuan disebelahnya. Sedang Alifa menyerahkan ponsel dengan senyum yang selalu ia perlihatkan. Tapi, kita tidak tahu, kadang senyum hanya dijadikan penutup luka, namun tidak menutup kemungkinan pula menjadi gambaran suka.
Bersambung . . .
Assalamualaikum teman-teman. Terima kasih sudah membaca cerita Alifa ^^
Jangan lupa kasih bintang dan komentar kalian ya. Berikan masukan kalian lewat komentar ya.
Mohon bantuannya untuk koreksi typo, ataupun teknik penulisan yang salah yah. Biah pun manusia yang tidak luput dari khilaf, jadi mohon kerjasama-nya teman-teman:)))
Wassalamualaikum.
See u next chapter guys!
Luv u <3Salabiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alifa
Spiritual[ Spiritual ] Seperti bunga daisy; dia polos, indah dan setia Tatapannya meneduhkan, senyumnya menenangkan Bersama sabar dia menyusuri rumitnya labirin kehidupan Dia adalah kakak yang baik untuk sahabatnya Dia pendengar yang baik, namun tidak pernah...