Bulan terbentang di hamparan bintang,
Angin meniup helaian rambut yang panjang,
Kamu datang lalu menghilang,
Layaknya dandelion yang tertiup angin malam.
****
Sejujurnya sekarang ini Andrea tengah duduk di bangku kelas 3 SMA. Yang artinya beberapa bulan lagi ia akan meninggalkan masa SMA nya.
Ia sering terdiam dan menatap daun rindang di halaman belakang.
Duduk sendiri ditemani earphone yang setia menemani, ia merasa tenang saat ini. Sampai adanya seseorang yang datang dan duduk di sampingnya. "Hai." Sapa seseorang itu.
Andrea tidak mengenali lelaki di depannya, karena memang ia merasa tidak pernah sekalipun bertemu dengan seseorang yang kini ada di hadapannya.
Seolah tahu Andrea yang kini sedang kebingungan, lelaki itu menggeleng lalu tersenyum. "Gue yang nolongin lo semalem, lo lupa?"
"Oh... Iya..." Hanya singkat respond yang di berikan Andrea. Lalu ia langsung bersiap meninggalkan taman belakang.
"Gue duluan." Ucap Andrea datar."Nama gue Nathan. Nama lo?" Ucap seseorang dari arah belakang yang tak lain adalah si cowo yang tadi menyapa Andrea.
Andrea tidak menjawab, langsung saja ia berlalu pergi meninggalkan Nathan, ia tidak tahu bahwa dibelakangnya ada seseorang yang menatapnya tajam.
***
Jam pulang tiba. Saat Andrea berjalan menyusuri lorong, hingar bingar ucapan banyak orang yang menyebut nyebut namanya mulai terdengar, orang orang menatapnya seolah olah ia melakukan suatu kesalahan.
Andrea penasaran lalu ia melihat ke arah mading yang di penuhi banyak orang. Ia menerobos hanya sekedar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya saat ini, dilihatnya papan putih itu yang menempelkan banyak foto dirinya dengan kata kata tak senonoh menyertainya.
Kata kata itu berbunyi...
"Andrea, si anak haram yang tidak diinginkan."
Dengan cepat andrea mulai merobek kertas kertas putih menjijikan itu, apa yang sebenarnya terjadi? Ia tidak tahu kejutan apa lagi yang dihadapinya kini.
Setelah merobek lembaran kertas itu ia membuang semuanya ke dalam tempat sampah dan berlari meninggalkan sekolah, disertai dengan deraian air mata yang mulai mengalir membasahi pipi.
Sesampainya dirumah ia mengurung diri di kamarnya seorang sendiri.
Bi Inah mengetuk pintu kamar Andrea, berharap Andrea bisa bercerita padanya atas apa yang telah terjadi.
"Non buka pintunya non."
Andrea menangis pilu di balik pintu. Banyak pertanyaan pertanyaan di benak Andrea yang belum terjawabkan sampai sekarang.
Sebenarnya ia ingin sekali bercerita kepada Bi Inah, tapi raganya enggan bergerak dan memilih meluapkan semuanya sendiri dalam sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andrenath
Teen FictionSebuah fiksi hanya akan mengingatkan kita bahwa semuanya hanyalah angan yg mengingatkan kita tentang sebuah kehidupan yg takkan seindah khayalan. (raMkh4ik) Gaakan nulis sinopsis, Bacaaja deh wkwkwkwk...^^ Bagian awal-awal emang sengaja di bikin pe...