"Woof, lima menit," gumam Dean saat merasakan jilatan di wajahnya.
Woofer ganti menggigit kaus majikannya, menarik-nariknya hingga Dean tak punya pilihan selain bangun. "Woofer!" tegurnya ketika binatang itu ganti menarik ujung celana olahraganya.
"Woof, aku akan—" omelan Dean terjeda suara benda jatuh dari kamarnya. Ia segera berlari menuju ke sana.
Lampu nakasnya jatuh, pecah, tumbler air minumnya tumpah, senter berkedap-kedip dan seorang gadis jatuh terlungkup dari tempat tidur.
"Apa yang terjadi?" tanya Dean, berhati-hati melangkah melewati pecahan lampu dan membantu membalikkan posisi si gadis yang kepayahan saat akan meninggalkan tempat tidur.
"Senter ini omong kosong dan aku tak tahan berbaring," kata gadis itu kesal dan semakin melotot, "Apa yang kau lihat?" tanyanya sembari menarik ujung kemeja menutupi paha.
Dean mengalihkan tatapan, "Memastikan kakimu tidak terluka, apa yang kau inginkan?"
"Pertama-tama toilet dan aku ingin pakaian dalamku," kata si gadis, wajahnya tidak merona seperti kebanyakan perempuan dalam situasi yang sama.
"Sure," kata Dean lalu membawa gadis itu ke kamar mandi, mendudukkannya di kloset yang tertutup lalu keluar untuk membawakan satu-satunya pakaian dalam perempuan yang ada di rumahnya.
"Aku ingin sikat gigi baru," kata si gadis saat melirik ke wastafel.
Dean keluar lagi dan membawakan apa yang diminta, "Ada lagi?"
"Tinggalkan aku," katanya.
"Seolah aku ingin berada di sini saja," balas Dean saat beranjak keluar, langsung membereskan kekacauan yang ada di kamarnya. Woofer melompat naik ke tempat tidur dan berbaring mengamati majikannya bersih-bersih.
"Pasti nyaman di sana, aku merindukannya juga," kata Dean lalu menghela napas saat membuang semua pecahan lampu. Dean baru akan memanaskan sup ikan ketika terdengar teriakan, diikuti benda-benda berjatuhan.
"Jangan masuk!" larangan itu menghentikan langkah Dean di depan pintu kamar mandi.
"Apa yang terjadi? kau menghancurkan wastafelku?" tanya Dean, Woofer beranjak ke sampingnya, mengendus-endus pintu kamar mandi.
"Tidak ...," suara itu terdengar ragu. "Belum ...," ralatnya tak lama kemudian.
Dean menunggu dalam kecemasan selama kurang lebih sepuluh menit dan saat gadis itu mengizinkannya masuk, semua alat mandi terjatuh dari rak, tumpukan handuknya juga dan rambut gadis itu basah.
"Bau rambutku mengerikan jadi aku memutuskan untuk keramas, tapi menjaga keseimbangan dengan satu kaki sangat sulit dan—"
"Dan kau gadis bodoh yang memilih menghancurkan properti orang lain, alih-alih meminta bantuan," kata Dean sambil berdecak.
"Aku akan membereskannya." Gadis itu mencoba berdiri dan Dean memilih menahan pinggang ramping itu, dengan mudah mengangkatnya keluar kamar mandi. Melintasi kamar dan ruang duduk, Dean membawa gadis itu ke kursi berjemurnya di halaman.
Sebelum si gadis memprotes, Dean memposisikan kepala dan meraih selang air. Mengguyur buih sampo yang masih tersisa di rambut hitam tersebut.
"Oh, ini menyenangkan, terima kasih," ucap si gadis, tampak lega saat rambutnya benar-benar bersih.
"Woofer akan membawakan handukmu, jangan ke mana-mana," kata Dean, lalu kembali ke dalam rumah. Woofer membawakan handuk baru yang masih terbungkus plastik, Dean mengamati gadis itu menerima handuknya dan berterima kasih dengan cara mengusap-usap moncong Woofer. Anjing jantan itu mengibaskan ekornya tanda kesenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLIANCE
RomanceDi tengah rencana balas dendam karena kematian keluarganya, Freya Fabian justru mengalami amnesia dan jatuh cinta pada Dean Harshad―target yang sedang dia buru. *** Freya Fabian mengalami duka mendalam atas kepergian kakek dan neneknya yang begitu...
Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi