MERIDIAN HARSHAD & FREYA LUNETTA FABIAN
"Lilac ... kau bisa melihatku?"
Bukan, Lilac.
"Lilac, hey ... lihat aku, kau baik-baik saja? Jawablah ...."
"Ya," jawabnya sembari menatap kosong.
"Kau yakin? Posisi jatuhmu aneh, buku-buku berjatuhan menimpamu dan—"
"Pusing ... biarkan aku istirahat."
Dean segera mengangguk, "Tentu... Woofer akan menjagamu, pekerjaanku di luar tinggal sebentar," katanya lalu menatap si anjing, "Woof, menyalaklah jika terjadi sesuatu."
"Guk!"
"Maksudku nanti jika Lilac pingsan lagi atau semacamnya," kata Dean, mengusap pipi Lilac lembut dan melangkah keluar kamar.
Begitu mendengar daun pintu tertutup, mata si gadis nyalang ke segala arah. Ingatannya pulih sepenuhnya dan apa yang belakangan ini terjadi langsung membuatnya jijik pada diri sendiri.
Lilac Forrest hanyalah nama samaran, Freya menarik kalung yang selalu dimasukkannya dalam kaus. Mengusap grafis nama di sana lalu tersenyum senang. Walau tidak berjalan seperti yang direncanakannya tapi Freya senang berhasil memasuki rumah ini bahkan mendapatkan perhatian Dean. Perlahan Freya turun dari tempat tidur dan mengusap-usap leher Woofer, menemukan kalung anjing itu dan merabanya.
"Ke mana tuanmu yang satu lagi, Woof?" tanya Freya dengan senyum lembut. Si anjing tampak kebingungan, hewan cerdas itu menyadari ada yang berbeda tapi tetap diam pada posisinya.
Berjingkat ke jendela untuk memastikan Dean bekerja di luar, Freya segera mendekat ke laci nakas yang terkunci. Meraba bagian samping dan menemukan deretan angka, kunci kode. Berpikir sejenak, Freya menekan sebaris angka yang melintas di pikirannya. Laci itu terbuka dan Freya tersenyum menemukan paspor beserta kartu tanda penduduk yang mengkonfirmasi identitas Dean. Ada sebuah foto lama di dasar laci, Freya menggertakkan gigi pada sepasang anak lelaki yang berangkulan akrab itu.
Woofer tiba-tiba menyalak dan Freya bergegas merapikan temuannya kembali ke dalam laci. Saat Dean memasuki kamar, Freya sudah berbaring pada posisi semula. Tidak pernah sulit baginya berpura-pura terlelap.
"Woof, apa yang terjadi?" tanya Dean mendekat ke tempat tidur.
Terasa telapak tangan lembab menyentuh kening dan pipi Freya, "Dia baik-baik saja, Woof ... tenanglah," pinta Dean pada anjingnya.
Freya berusaha bernapas senormal mungkin saat Dean bertahan mengamati selama beberapa menit. Lelaki itu duduk di pinggir tempat tidur dan sesekali menggenggam tangan Freya.
Saat kembali ditinggalkan sendiri, dalam diam Freya mengingat rincian misinya. Temukan bukti-bukti bahwa Renato Aldern bersalah dalam tragedi pengeboman Grand Amarilys Hotel, lima tahun yang lalu. Perasaan duka langsung menyengat dan setetes air mata jatuh ke pipinya. Tragedi itu masih sangat menyakitkan untuk Freya hadapi, satu-satunya cara untuk mengurangi rasa sakitnya hanya dengan menjebloskan Renato ke penjara. Seluruh penyelidikan yang Freya lakukan bermuara pada satu nama itu dan ia bertekad melakukan apa pun agar misinya berhasil.
Dean bisa jadi pion yang bagus, batin Freya sambil tersenyum.
)o([x])o(
Dean sedang memeriksa bahan-bahan di lemari es saat Freya memasuki dapur. "Ada bahan apa?" tanyanya.
Dean terkesiap, "Damn! Aku tak mendengar suara langkahmu."
Freya pura-pura terkejut, "Benarkah?" Ia berjalan dengan mengentakkan kakinya di lantai, "Terdengar kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLIANCE
RomanceDi tengah rencana balas dendam karena kematian keluarganya, Freya Fabian justru mengalami amnesia dan jatuh cinta pada Dean Harshad―target yang sedang dia buru. *** Freya Fabian mengalami duka mendalam atas kepergian kakek dan neneknya yang begitu...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi