Selama tiga puluh dua tahun hidup, baru kali ini Dean merasa setiap inci kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan kepuasan. Lilac tidak bertingkah seperti gadis yang mengorbankan diri, justru merespon setiap intensitas percintaan mereka dengan sama bersemangatnya. Ada saat gadis itu larut dalam emosi kesedihan. Saat Dean menyatakan kepemilikan sepenuhnya, Lilac terkesiap dan merengut kesakitan. Dean menciumi wajah gadis itu hingga keadaan tubuhnya kembali tenang.
Keseluruhan tubuh Lilac bisa disebut cantik dan Dean akan memberikan nilai seratus pada masing-masing kaki jenjang gadis itu. Meski salah satunya terluka, tidak mengurangi betapa sempurna saat kaki-kaki itu melekat di pinggang Dean semalam.
Dean memperhatikan wajah tidur yang damai tersebut, beralih pada leher dan tulang selangka yang dipenuhi bekas ciuman. Beberapa di antaranya berwarna merah keunguan. Saat mata Dean beralih ke belahan dada, Lilac bergerak dan langsung menutupi diri karena sadar Dean memandanginya.
"Sayang sekali semalam kita menghabiskan persediaan pengaman yang kupunya."
Pipi Lilac merona tapi mendongak untuk menanggapi santai, "Apa yang akan kau lakukan hari ini?"
"Woofer akan menuntut perhatianku dan ada hal yang harus kukerjakan di halaman belakang."
"Aku ingin tetap di kamar, membaca buku."
Dean menggeliat untuk meregangkan tubuh, "Bertingkah seperti perempuan simpanan?"
"Dean!" Lilac menegur tak terima.
Beranjak turun dari tempat tidur, Dean meraih celana pendek dan mengenakannya. "Dengar, terlepas dari kesepakatan yang kita lakukan, aku akan menganggapmu sebagai kekasihku. Jangan berharap tentang romantisme, aku hanya tidak suka hubungan dingin tanpa perasaan."
"Perasaan?"
"Ya, aku kasihan terhadapmu dan kau bergantung padaku. Aku pikir perasaan semacam itu sudah cukup, tapi aku bisa mengucapkan sayang kalau kau ingin mendengarnya."
Lilac merasa lelaki ini mencemoohnya, "Pergilah," ujarnya dengan wajah datar.
"Aku tetap harus bertanya sebelumnya," kata Dean memastikan Lilac memperhatikannya saat melanjutkan, "Apa kau baik-baik saja? Aku berselibat selama lebih dari lima tahun dan bisa dibilang terlalu bersemangat, semalam itu saat pertamamu."
Pipi Lilac merona kembali, kali ini sampai telinganya ikut bersemu.
"Aku baik," katanya singkat.
"Aku akan membawakan sarapanmu ke kamar."
"Terima kasih."
Setengah jam kemudian, Lilac baru keluar dari kamar mandi saat Dean duduk di tempat tidur dengan handycam. Tampak serius memeriksa sesuatu.
"Kau punya handycam?" tanya Lilac sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Dean mendongak, "Aku punya banyak hal yang tidak akan kau sadari."
"Apa yang ingin kau rekam?" tanya Lilac, berjalan mendekat.
"Aku sudah merekam."
Lilac menghentikan langkahnya, terhenyak kaku. "Apa tepatnya yang kau rekam?"
"Tubuh telanjangmu dan apa yang kita lakukan sema—" Dean menjauhkan diri saat Lilac langsung kalap menerjangnya.
"Kau menjijikkan!" desis Lilac marah, Dean sampai kewalahan menahan kekuatan yang entah bagaimana bisa dimiliki gadis lemah ini.
"Kau mengancamku dengan sesuatu yang tak bisa kuabaikan begitu saja," kata Dean tidak kalah memasang wajah muram. "Jika nanti kau benar-benar keluar dari pulauku dan bicara pada orang lain, apa yang terekam di sini akan tayang di semua situs yang memuat berita tentangmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLIANCE
RomanceDi tengah rencana balas dendam karena kematian keluarganya, Freya Fabian justru mengalami amnesia dan jatuh cinta pada Dean Harshad―target yang sedang dia buru. *** Freya Fabian mengalami duka mendalam atas kepergian kakek dan neneknya yang begitu...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi