2 . U r u s a n

447 77 10
                                    

"(Surename)-san aku menyukaimu, berkencanlah denganku!"

Kau kembali mengedipkan matamu untuk yang ketiga kalinya dalam-dalam, mengambil asumsi kalau beberapa inderamu mencoba menciptakan halusinasi aneh ini. Kalaupun kenyataan yang kaulihat adalah benar, masih terasa aneh.

Pasalnya, kau tidak pernah sekalipun melakukan hal yang sekiranya cukup untuk menarik perhatian lawan jenis hingga mereka mengajakmu berkencan ... seperti ini! Perpaduan antara fokus pada nilai akademik dan ketidakpercayadirian, tetap menjaga kewarasanmu dari hasrat akan mencicipi manis-pahitnya romansa sekolah yang mereka bicarakan.

Di penghujung jam sekolah, bendahara OSIS --yang kalian bahkan tak pernah berinteraksi sekalipun-- tetiba menyatakan perasaan padamu.

Lalu apa-apaan semua penonton ini? Mengerumungi kalian seperti koloni semut kepada remahan roti. Dan setelah menyimak kalimat-kalimat yang mereka ucapkan kau percaya mereka adalah orang-orang dari pihak lawanmu.

"Um ... aku, maaf aku tidak bisa." Kaupaksakan seutas senyum di akhir kalimatmu. Mencoba tidak melukai siapapun dengan keputusan remehmu ini. Dan ya, kau tentu berharap pemuda di hadapanmu langsung menyerah dan pergi.

Pria dihadapanmu berparas cukup tampan, dengan tinggi lelaki rata-rata dan wajah putih porselen, walau agak kurus. Potongan rambutnya begitu rapi, kelihatan seperti dia tipe siswa teladan.

Dia tersenyum kecil setelah penolakanmu, disusul dengan kicauan dari beberapa orang di belakang pria itu.

Enggan angkat bicara sementara kakimu kebas untuk segera pergi dari sana. Untuk beberapa hal, semua kejadian ini menarik mundur ingatanmu, memicu de javu asin yang tak ingin kausentuh lagi.

Dimana ada kau, kenaifan dan Oikawa Tooru.

"Wow, apakah dunia akan kiamat sampai-sampai pangeran Ichinose Koutaro kita tertolak seperti ini?"

Segelintir suara menggelikan itu merasuk dan sontak mengangkat wajahmu unuk menemukan sang empunya. Dari rasa dongkol yang mendadak muncul rasanya kau bisa menebak siapa itu.

Oikawa Tooru merangkul laki-laki di hadapanmu dan mengerling usil ke arahmu.

Kau merasa napasmu agak cekat lantas mengalihkan pandangan ke langit sore di luar jendela. Padahal kemarin atmofsir di antara kalian baik-baik saja, hanya dipicu kejadian seperti ini saja kau merasa kembali ke titik awal pertemuan kalian. Canggung, keki dan astaga ... kau mendadak mulas melihat muka Tooru.

Semua lakon telah berada di panggung yang sama, skenario yang sama, dan sesak yang kau rasakan sekarang semakin menyiksa mendorongmu kembali ke jurang penyesalan.

Mungkin akan kelihatan tidak sopan, namun kau menolak untuk tetap peduli. Tanpa peringatan kau undur diri dari sana. Meninggalkan Tooru dan kepala-kepala yang bahkan tak kau kenali sebelumnya.

.
.
= Magnifying all our flaws =
.
.

Ketika kekhawatiranmu hanya bersambut senyap saat kau baru saja tiba di apartemen, sisa napas yang sedari tadi kau tahan sekarang terjejal di udara dengan benar. Kau bersyukur Tooru masih belum sampai duluan di apartemen. Dengan begitu, pria itu tak akan punya kesempatan untuk melontarkan sepatah katapun untukmu.


Sial, sekarang keberadaan Tooru semakin membuatmu tidak nyaman.

Nyatanya memikirkan pertanyaan atau kelakar dari mulut Tooru saja membuatmu jengah setengah mati.

"Aku pulang ...."

Hening. Lagi pula kau seorang diri di rumah bukan.

Selesai melepas sepatu dan meletakkannya di rak dekat pintu kau memakai sandal rumah dan menyeret langkah menuju ruanganmu. Dari arah jam sebelas kau menilik pintu kamar Tooru. Tidak terdengar apapun dari sana, kosong kan?

Kau memejamkan mata rapat, menghalau keingintahuan yang kembali meledak-ledak dalam kepalamu. Apakah animo sesaat guna mengintip interior kamar seorang laki-laki dapat membuatmu mendapat label mesum?

"Aaah, kau mikir apa sih, (Name)!" Kau mengerang pelan seraya mengetuk-ngetuk kepala pelan.

"Memangnya apa yang kau pikirkan?"

Oke, jantungmu terasa melorot sekarang. Ketika suara itu kembali membelah udara dari belakang punggungmu. Segera kau berbalik dan mendapati Tooru di ambang pintu kamarnya dengan seragam yang masih melekat. Dan kau tidak bisa mengabaikan garis-garis wajah seriusnya. Tooru berbeda hari ini.

Melipat tangan dan menyandarkan punggung tegapnya pada sisi kusen pintunya. Mata cokelatnya menatapmu lurus. Kau tidak bisa mengandai-andai apa yang dipikirnya, terlalu abstrak.

"Bu-bukan apa-apa. Kau sudah pulang rupanya, Oikawa-san," ucapmu seadanya, memeluk tas yang sedari tadi bergelayutan pada tanganmu.

Tooru bergeming, kemudian melangkah mendekat. "Daripada itu, aku ingin tau hubunganmu dengan Ichinose. Tak kusangka ia akan menyukai gadis naif sepertimu."

"...."

"Bukankah punya pacar seperti Ichinose cukup bagus? Dia tampan, pintar dan disayang guru. Bagaimana menurutmu?"

Hanya perasaanmu saja, atau kalimat Tooru barusan cukup untuk membuat kerongkongan menggersang?

"Nee, (Name)-chan, kau tidak menyesal menyia-nyiakan kesempatan seperti ini?" Sekarang Tooru berdiri tepat di depanmu. Mengulitimu lewat tatapannya.

Tanpa alasan yang rasional, kau merasa tak berdaya. Kalau saja dia hanya Oikawa Tooru, tanpa sekelumit urusan denganmu di masa lalu, kau pasti masih punya cukup nyali untuk menaboknya langsung detik ini juga.

"Bukan urusanmu." Sekarang suaramu semakin transparan. Kau tidak bisa membiarkan semua ini terus berlangsung. "A-aku ke kamar dulu."

"Kalau ini menyangkut hubunganmu dengan laki-laki selain aku, itu sudah jadi urusanku, (Name)."

Lalu kau menghentikan langkahmu. Enggan menoleh, namun kedua telingamu semakin menajam. Lembabnya udara seakan menyemarakkan ketegangan yang kau rasakan. Jadi ini? Pada akhirnya kalian harus mengurus duri kecil di masing-masing ruang hati kalian.

"Aku tanya alasanmu waktu itu," jeda untuk seembus udara. "Apa aku tidak cukup kompeten di matamu, sampai kau menolak bersanding bersamaku, (Fullname)?"

###

A/N :
selanjutnya ff bakal kuaplod dua hari sekali kalau memungkinkan /mentang" tingal aplod.

>>gak sadar ini hutang dari zaman dahulu kala

Ehe he 👀

Ehe he 👀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
7 Days » Haikyu!!Where stories live. Discover now